Steve Kerr Dorong Warga AS untuk Memilih
Pelatih Golden State Warrirors, Steve Kerr, mendorong warga Amerika Serikat untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum pada 3 November 2020.
SAN FRANCISCO, MINGGU — Tak hanya sibuk mempersiapkan Golden State Warriors untuk memasuki musim baru NBA setelah absen dari playoff NBA 2020, pelatih Warriors, Steve Kerr, punya aktivitas lain. Akhir pekan lalu, namanya ramai diperbincangkan di media karena aktivitasnya terkait pemilu Amerika Serikat.
Akun media sosial Chase Center, markas Warriors di San Francisco yang menjadi salah satu tempat pemungutan suara pendahuluan, memperlihatkan video saat Kerr memasukkan surat suara ke kota suara dan saat membagikan stiker ”Saya Memilih” kepada warga lainnya.
Dengan persetujuan para pemilik tim, Chase Center membuka fasilitas mereka sebagai tempat pemungutan suara pendahuluan dan pada saat pemilihan presiden berlangsung serentak di seluruh Amerika Serikat pada 3 November. Selain Chase Center, fasilitas latihan lama Warriors di pusat kota Oakland, yang kini digunakan sebagai tempat latihan tim muda Warriors, juga dijadikan tempat pemungutan suara.
Kedatangan Kerr dan keluarganya ke tempat pemungutan suara di Chase Center, Sabtu (31/10/2020), menarik perhatian sejumlah warga yang memintanya untuk foto bersama. Selain berbicara soal bola basket, Kerr juga memanfaatkan momen itu untuk mendorong warga AS menggunakan hak pilihnya.
”Ini cara mudah untuk memilih. Saya baru saja memberikan surat suara saya,” ujar Kerr. ”Saya mencoba mengingatkan kepada semua orang bahwa tidak hanya penting memberikan suara, tetapi juga membuatnya semudah mungkin untuk menggunakan suara anda,” tutur pelatih yang sudah menyumbangkan tiga gelar juara NBA untuk Warriors.
”Jadi, penting bagi setiap orang untuk memiliki hak suara tersebut serta memiliki akses yang mudah untuk memberikan hak suara tersebut,” kata Kerr, yang memberi dukungan penuh kepada Warriors untuk menyediakan tempat pemungutan suara bagi warga sekitar.
”Ini cara yang baik bagi kami sebagai perusahaan, sebagai tim, ataupun sebagai organisasi untuk mengingatkan semua orang bahwa kami bukan hanya tim bola basket. Semoga kami juga bisa menjadi aset bagi komunitas kami sehingga keinginan untuk membantu bisa terwujud. Selain memenangkan banyak pertandingan serta dapat membuat semua orang terhibur,” kata pelatih berusia 55 tahun itu.
”Kami berpikir bahwa kami adalah bagian penting dari komunitas. Itu perlu kami buktikan dengan melakukan hal seperti yang kami lakukan dalam pemilihan umum kali ini,” ucap Kerr, yang sudah mengantongi lima cincin juara NBA sebagai pemain, tiga bersama Chicahgo Biulls dan dua bersama San Antonio Spurs.
NBA sendiri secara terbuka ikut mengampanyekan isu antikekerasan senjata, antikebrutalan polisi, serta antiketidakadilan rasial. Kerr turut terlibat dalam kampanye itu dan berperan aktif dalam aksi damai bertajuk ”Black Lives Matters” di Oakland. Dia juga memuji pemuda yang telah meluangkan waktu untuk mendorong adanya perubahan ke arah positif.
Kampanye aktif Kerr tak lepas dari pengalaman hidupnya yang bersentuhan dengan kekerasan bersenjata dan kekerasan rasial. Kerr lahir di Beirut, Lebanon, putra dari Malcolm Kerr, akademisi AS yang mendalami isu-isu Timur Tengah. Saat Kerr berusia 18 tahun dan memulai pendidikan di Universitas Arizona, ayahnya yang saat itu menjabat sebagai Rektor Universitas Amerika di Beirut, Lebanon, dibunuh oleh kelompok bersenjata.
Saat memperkuat tim Arizona Wildcats pada ajang kompetisi tingkat perguruan tinggi, Kerr pun beberapa kali mendapat perlakuan rasial dari pendukung tim lawan karena lahir di Beirut dan dianggap mendukung perjuangan Palestina.
Kerr yang juga aktif dalam memperjuangkan kesamaan hak dan kesetaraan sosial menegaskan, tidak sulit untuk melaksanakan tugas ganda, sebagai pelatih klub bola basket NBA dan publik figur. ”Dalam beberapa hal, keseimbangan dihadapkan pada kami, mengingat situasi yang tengah terjadi di seluruh negeri ini. Saya tahu, ketika masih bermain, para pemain ataupun pelatih jarang, bahkan tidak pernah, ditanya tentang persoalan politik ataupun pemungutan suara,” tutur Kerr.
Akan tetapi, kini semuanya berbeda. ”Negara kita dalam kekacauan dan semua orang memiliki peran. Jika kita benar-benar negara demokrasi, kami, ’rakyat’, sesuai konstitusi, merupakan bagian penting. Bukan seseorang yang membuat keputusan untuk kita, tetapi kita yang membuat keputusan tentang siapa yang akan kita pilih untuk membantu memimpin negara kita ini,” ujar pelatih yang lima kali beruntun membawa Warriors ke final NBA pada 2015-2019 ini.
D’Antoni bantu Nash
Mantan pelatih Houston Rockets, Mike D’Antoni, yang tidak memperpanjang kontrak dengan Rockets setelah empat musim, dengan hasil terbaik membawa James Harden dan kawan-kawan lolos ke final Wilayah Barat 2018, dikabarkan akan menjadi asisten pelatih Brooklyn Nets. Hal itu berarti D’Antoni akan kembali berkerja sama dengan Steve Nash, mantan pemainnya yang kini menjadi pelatih kepala Nets.
D’Antoni dua kali menangani Nash, pertama saat Nash menjadi point guard andalan D’Antoni di Phoenix Suns (2004-2008) dan bertemu lagi saat D’Antoni menangani Los Angeles Lakers (2012-2014). Bedanya, kali ini D’Antoni justru menjadi asisten bagi Nash pada musim perdananya sebagai pelatih kepala di Nets.
Selain D’Antoni (69), mantan pemain terbaik NBA dua tahun berturut-turut, 2005 dan 2006, itu juga sudah meminta bantuan Amare Stoudemire (37), rekan bermainnya semasa di Phoenix Suns, untuk menjadi asisten pelatih. Nash juga mendapat bantuan dari Ime Udoka (43), yang selama tujuh musim menjadi asisten bagi Gregg Popovich di San Antonio Spurs, tim yang selama 14 musim berturut-turut tidak absen dari babak playoff.
Setelah tujuh musim membantu Popovich, musim lalu Udoka menjadi asisten Brett Browns, di Philadelphia 76-ers. Namun, kariernya di Sixers berakhir seiring pemecatan Browns seusai Sixers kalah di babak ke dua playoff musim 2019-2020.
Kedatangan D’Antoni untuk memperkuat tim pelatih memperlihatkan kesiapan Nash untuk membawa Brooklyn Nets ke final NBA. Dia juga mempertahankan Jacque Vaughn (45) di dalam tim pelatih. Vaughn sempat menggantikan sementara posisi Kenny Atkinson, pelatih Nets sebelumnya, yang mengundurkan diri pada awal Maret 2020, jelang kompetisi NBA dihentikan karena pandemi Covid-19, dengan alasan antara lain interfensi pemain senior, seperti Kyrie Irving dan Kevin Durant.
Padahal, musim ini Atkinson yang mampu kembali membawa Nets lolos ke babak playoff dan Irving serta Durant dalam keadaan cedera. Bahkan, Durant sama sekali tidak bermain sepanjang satu musim, setelah mengantongi dua gelar NBA bersama Warriors.
Dengan tim pelatih yang kuat, Nash berharap bisa menghentikan intervensi pemain pada strategi kepelatihan di Nets. Kekhawatiran itu muncul mengingat sebelumnya para pemain, baik Irving maupun Durant, sempat menyampaikan keinginan mereka untuk terlibat dalam kepelatihan.
Adapun posisi yang ditinggalkan D’Antoni di Rockets telah diisi Stephen Silas (47), yang dalam dua musim terakhir menjadi asisten pelatih Dallas Mavericks. Menurut ESPN, Rockets sepakat mengontrak Silas selama empat musim. Mark Cuban, pemilik Mavericks, juga telah menyampaikan selamat kepada Silas melalui akun media sosialnya.
Selama tugasnya mendampingi Rick Carlisle di Mavericks ataupun sebelumnya menjadi asisten Steve Clifford di Charlotte Hornets, Silas sempat ikut menangani pemain elite, seperti Luka Doncic dan Kemba Walker. Dengan pengalaman itu diharapkan Silas mampu membangun Rockets yang memiliki bintang, yakni James Harden dan Russell Westbrook, untuk menjadi tim yang lebih baik daripada yang sudah dicapai Rockets ketika ditangani D’Antoni.
”Tentu ini upaya terbaik Rockets untuk mendatangkan Stephen. Karena dia telah melakukan pekerjaan yang bagus untuk kami di Dallas, selain kembali membawa kami ke playoff,” tutur Carlisle mengomentari kepergian Silas ke Houston.
Silas merupakan anak dari mantan pemain dan pelatih, Paul Silas. Awal kariernya, dia bekerja membantu ayahnya di Hornets. Stephen dan Paul Silas pun menjadi pasangan ayah-anak kelima di NBA yang menjadi pelatih. Sebelumnya, telah ada Barnie Bickerstaff dan JB Bickerstaff, Brendan Malone serta Mike Malone, Bill Musselman dan Eric Musselman, serta Flip Saunders dan Ryan Saunders.
Menurut media lokal, Houston Chronicle, manajemen Houston Rockets ingin membangun staf veteran yang mendampingi pelatih rookie mereka yang dikenal memiliki gaya menyenangkan, tetapi juga pemarah ini. Itu sebabnya Rockets dikabarkan tengah mendekati dua mantan pemain, Nate McMilan dan Jeff Hornacek.