Timnas basket Indonesia terancam tanpa pemain naturalisasi lagi di jendela kedua kualifikasi Piala Asia, 28-30 November. Proses naturalisasi dua pemain, Jawato dan Prosper, belum selesai jelang pendaftaran skuad.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kurang dari sebulan jelang Kualifikasi Piala Asia FIBA 2021, naturalisasi pebasket Brandon Jawato dan Lester Prosper belum rampung. Nasib mereka untuk bisa membela tim nasional basket kembali di ujung tanduk. Waktu semakin tipis, sedangkan prosedur pengesahan warga negara masih tersisa cukup banyak.
Jawato dan Prosper dibutuhkan timnas karena FIBA telah memastikan jendela kedua kualifikasi akan tetap berlangsung pada 28-30 November 2020, dalam ”gelembung” di tempat netral, Manama, Bahrain. Timnas akan berlaga dua kali melawan Thailand dan Korea Selatan.
Namun, saat ini, keduanya belum dipastikan bisa bergabung. Proses naturalisasi oleh Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) baru melalui persetujuan dalam rapat di Komisi III dan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Prosesnya masih cukup panjang. Perbasi harus menunggu surat persetujuan yang ditandatangani Ketua DPR Puan Maharani yang sedang reses hingga 8 November. Setelah itu, persetujuan akan dibawa ke Presiden Joko Widodo. Presiden akan menandatangani dan memberikan Surat Keputusan (SK) Warga Negara.
Saat ini paling penting mendapatkan tanda tangan dan SK Warga Negara dari Presiden. Target kami prosedur itu bisa selesai minggu depan. Sisa waktunya akan digunakan untuk proses-proses formalitas lain.
”Saat ini paling penting mendapatkan tanda tangan dan SK Warga Negara dari Presiden. Target kami prosedur itu bisa selesai minggu depan. Sisa waktunya akan digunakan untuk proses-proses formalitas lain,” kata Manajer Timnas Fareza Tamrella, saat dihubungi Minggu (1/11/2020), dari Jakarta.
Adapun seusai menerima SK, pemain naturalisasi masih harus menjalani sumpah warga negara di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Baru, mereka bisa membuat kartu tanda penduduk (KTP) dan paspor.
Fareza berharap, semua proses ini bisa segera selesai sebelum pendafaran skuad final, 20 November, dengan dukungan dari PP Perbasi dan pemerintah. Keberadaan pemain naturalisasi sangat penting karena timnas menargetkan satu kemenangan di jendela kedua, atas Thailand.
Indonesia bisa menjaga peluang lolos grup jika bisa menang lawan Thailand. Selain punya kekuatan yang setara dengan timnas, Thailand juga kehilangan keuntungan laga kandang. Hal itu bisa sangat menguntungkan timnas.
Proses naturalisasi diharapkan selesai segera juga agar Indonesia bisa melakukan negosiasi secepatnya dengan FIBA. Meski berstatus naturalisasi, timnas ingin mendaftarkan Jawato sebagai pemain lokal. Sebab, dia merupakan keturunan dari ayah asli Indonesia. Sementara setiap tim hanya diperbolehkan memakai satu pemain naturalisasi.
Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih optimistis pengesahan warga negara dua pemain bisa selesai tepat waktu. Presiden sangat mendukung naturalisasi untuk menggenjot timnas yang akan menjadi tuan rumah Piala Asia 2021 dan Piala Dunia 2023.
”Seharusnya bulan ini sudah selesai semua, tetapi kan jadwal kami di DPR sempat terhalang karena reses. Makanya jadi mundur dari target. Sekarang tinggal menunggu saja proses terakhir. Saya yakin minggu depan sudah selesai semua,” kata Danny.
Lika-liku naturalisasi ini seakan mengulang problem yang terjadi pada jendela pertama, saat Indonesia menjadi tuan rumah, Februari 2020. Saat itu, Indonesia gagal mendaftarkan pemain naturalisasi karena proses belum selesai. Hasilnya, timnas takluk dari Korsel dan Filipina.
Situasi tersebut sempat membuat pelatih timnas Rajko Toroman kecewa. Dalam wawancaranya, dia menyebut hasil dua laga bisa berbeda jika timnas diperkuat Jawato dan Prosper. Sebab, mereka selalu berlatih dan mengikuti kompetisi Liga Bola Basket Indonesia (IBL) dengan sistem yang mengandalkan kedua pemain itu.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto mengatakan, naturalisasi berlarut-larut karena hal tak terduga. Naturalisasi semestinya bisa rampung sebelum pertengah tahun. Namun, agenda yang sudah dijadwalkan di DPR terus tertunda karena situasi darurat pandemi Covid-19.
”Ini termasuk cepat dibandingkan lain-lain. Karena ada urgensi untuk keikutsertaaan Piala Asia dan Piala Dunia FIBA. Tetapi selalu terhalang karena berbagai agenda lebih penting, sampai akhirnya bisa rapat dengan DPR melalui virtual,” sebut Gatot.
Walaupun masih terganjal masalah naturalisasi, timnas terus mempersiapkan diri. Pemusatan latihan nasional saat ini pindah dari sebelumnya di Bandung ke Jakarta. Toroman sedang memantapkan sistem pertahanan dan serangan untuk perjalanan ke Bahrain.
Menurut rencana, timnas masih akan menjalani minimal tiga kali uji coba lagi melawan klub-klub lokal. Setelah itu, Toroman akan memilih 12 nama final yang akan berangkat dari total 17 pemain di pelatnas.