Kontrak Lewis Hamilton sebagai pebalap Mercedes akan berakhir musim ini, tetapi juara dunia enam kali Formula 1 itu belum menyelesaikan perpanjangan kontrak. Dia menyangkal masalah gaji sebagai penghambat kontrak baru.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
BOLOGNA, JUMAT — Lewis Hamilton akan menjadi pebalap yang paling terpengaruh jika batas atas gaji pebalap atau salary cap masuk dalam regulasi baru Formula 1. Aturan baru menyebutkan nilai total gaji kedua pebalap maksimal 30 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 442,5 miliar per musim. Namun, Hamilton yang tak kunjung memperpanjang kontraknya di Mercedes menegaskan, gaji bukanlah kendala finalisasi kontrak untuk musim depan dan seterusnya.
Hamilton diyakini menerima gaji hingga 50 juta dollar AS pada musim lalu atau sekitar Rp 737,6 miliar. Sedangkan rekan satu timnya di tim ”Panah Perak”, Valtteri Bottas, diyakini menerima gaji sekitar 9 juta dollar AS, setara dengan Rp 132,7 miliar. Jika salary cap yang dibahas pekan lalu di Portimao, Portugal, disetujui sebagai regulasi baru, gaji Hamilton akan terjun bebas.
Sebelumnya, aturan baru F1 yang membatasi pengeluaran tim yang akan diterapkan mulai 2021 tidak memasukkan batasan gaji pebalap. Namun, seiring dengan tekanan finansial yang semakin berat akibat pandemi Covid-19, tim-tim papan tengah dan bawah mengajukan usulan pembatasan gaji pebalap. Usulan itu sementara ini disetujui oleh sejumlah tim dan akan dibahas lebih lanjut untuk kemudian disahkan Dewan Motorsport Dunia.
Kepala Tim Haas Gunther Steiner menilai, salary cap ini sangat penting bagi tim-tim kecil seperti yang dia pimpin. Dia berulang kali mengatakan bahwa batasan gaji pebalap seharusnya dimasukkan dalam batasan anggaran tim yang saat ini disepakati senilai 145 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun per musim.
”Jika ingin mengeluarkan sangat banyak uang kepada pebalap, maka Anda tidak akan bisa melakukan hal lainnya. Itu seharusnya bisa lebih menyetarakan level permainan dan saya pikir gaji akan menyesuaikan dengan sendirinya dan akhirnya akan lebih rendah daripada saat ini,” ujar Steiner, dikutip Autoweek.
Konsekuensi besar
Usulan salary cap ini membawa konsekuensi besar bagi para pebalap, terutama mereka yang gajinya setinggi langit. Bagi Hamilton, pembatasan gaji itu bisa membawa dua konsekuensi dalam negosiasi perpanjangan kontrak.
Pertama, dia akan berusaha mendapatkan kontrak jangka panjang—diyakini hingga 2023—karena kontrak yang ditandatangani sebelum pembatasan gaji diratifikasi akan berlaku hingga kontrak selesai. Kedua, dia mempertimbangkan kontrak normal dua tahun dan kemudian akan memikirkan langkah ke depan pada 2022.
Usulan salary cap ini membawa konsekuensi besar bagi para pebalap, terutama mereka yang gajinya setinggi langit, seperti Hamilton.
Pekan lalu, dalam wawancara khusus dengan Sky Sports, Hamilton menegaskan, dirinya masih akan ada di garis start F1 pada 2021. Dia juga masih ingin membalap, tetapi tidak tahu hingga kapan.
”Saya pikir saya berada di area yang bagus dan masih ingin melanjutkan balapan. Akan tetapi, saya tidak tahu akan seberapa lama itu,” ujar Hamilton.
Namun, Hamilton tak kunjung memberikan titik terang kapan dirinya akan menyelesaikan kontrak baru dengan Mercedes. Dia juga menegaskan, penundaan itu tidak ada kaitannya dengan usulan salary cap. Dia mengaku justru baru tahu hal itu pekan ini, yaitu dalam konferensi pers menjelang balapan seri Emilia Romagna di Sirkuit Imola, Italia, Jumat (30/10/2020).
”Kami memang pernah mendengar usulan itu (salary cap), beberapa waktu lalu. Mungkin tahun lalu di Perancis. Akan tetapi, ini pertama kalinya kami mendengar tentang itu pada pekan ini. Saya pikir penting bagi GDPA (Asosiasi Pebalap Grand Prix) bekerja sama dengan F1 ketika kami terlibat dalam pembahasan ke depan,” ujar pebalap asal Inggris itu, dikutip Crash.
Terkait penundaan finalisasi kontrak, Hamilton sempat menyatakan bahwa dirinya merasa kurang nyaman menandatangani kontrak besar pada masa pandemi itu. Karena itu, kontrak baru belum diselesaikan.
Peran dominan Hamilton
Kepala Tim Mercedes Toto Wolff juga menegaskan, pihaknya sangat memahami nilai Hamilton. Dia telah memberikan banyak gelar juara bagi tim pabrikan asal Jerman itu di ajang F1. Bahkan, akhir pekan ini di Imola, Mercedes berpeluang besar mengunci gelar juara konstruktor ketujuh secara beruntun. Peran Hamilton sangat dominan di sana.
Wolff mengindikasikan, kondisi finansial di masa pandemi ini bukan masalah utama bagi Mercedes untuk memperpanjang kontrak Hamilton yang nilainya besar.
”Kontribusi yang diberikan Lewis dalam kesuksesan tim dan juga pada citra yang didapat Formula 1 sangat besar. Itu hal yang akan selalu kami hormati,” kata Wolff yang kontraknya di Mercedes juga akan berakhir tahun ini.
”Lewis dan saya selalu saling menghormati posisi masing-masing dan kami merasakan ketakutan pada suatu hari karena kami memiliki sejumlah pembahasan tentang topik itu. Akan tetapi, kami selalu mendapati situasi di mana kami mencapai kompromi yang bisa berjalan untuk kedua pihak. Saya tidak memiliki keraguan hal itu akan sama kali ini,” ujar Wolff kemudian.