Manchester City berambisi kembali ke jalur kemenangan di Liga Inggris ketika menghadapi Sheffield United, Sabtu. Pep Guardiola telah menemukan susunan pemain baru di lini depan untuk meningkatkan efektivitas gol City.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Sempat memulai Liga Inggris musim ini dengan buruk, Manajer Manchester City Pep Guardiola mulai menemukan keseimbangan baru di skuad timnya. Guardiola perlahan mampu meramu taktik terbaik untuk memadukan kemampuan para bintang lama dengan sejumlah pemain baru.
”The Citizens”, julukan City, kini terlempar dari persaingan elite di Liga Inggris musim 2020-2021. Setelah menjalani lima laga, mereka hanya mampu mengumpulkan delapan poin dan terdampar di peringkat ke-13. Inilah permulaan terburuk City di era Guardiola sejak musim 2016-2017.
Kondisi itu tidak lepas dari badai cedera yang silih berganti menimpa City, terutama para pemain depan. Awal musim ini, Sergio Aguero baru memainkan dua laga di liga, sedangkan Gabriel Jesus hanya sekali berlaga. Keduanya juga tidak akan tampil saat City datang ke Stadion Bramall Lane untuk menghadapi tuan rumah Sheffield United, Sabtu (31/10/2020) malam pukul 19.30 WIB.
Dalam tiga duel Liga Inggris terakhir, yaitu melawan Leeds United, Arsenal, dan West Ham United, City hanya bisa mencetak rata-rata satu gol. Saat menghadapi Arsenal dan West Ham, Aguero sempat bermain, tetapi tidak selama 90 menit karena ia belum cukup bugar.
Adapun Jesus absen karena masih dalam pemulihan cedera otot setelah bermain penuh dalam laga kontra Wolverhampton Wanderers, 22 September lalu. City menang 3-1, salah satu gol dicetak Jesus pada laga itu.
Kehilangan besar
Padahal, Jesus dan Aguero adalah penyerang tengah yang tersedia sekaligus andalan Guardiola untuk melengkapi skema ”trisula” di lini depan City. Musim lalu, keduanya secara akumulatif menciptakan 46 gol bagi City di seluruh kompetisi.
Jumlah gol keduanya hanya kalah dari total gol empat penyerang sayap City, yaitu Raheem Sterling, Bernardo Silva, Riyad Mahrez, dan Leroy Sane. Mereka menciptakan 52 gol.
Absennya penyerang tengah tidak hanya membuat produksi gol City berkurang, tetapi juga jumlah serangannya yang dilihat dari rata-rata tembakan per laga. Musim ini, City hanya mencatatkan rata-rata 14,91 kali tembakan per laga. Musim lalu, rata-rata tembakan City mencapai 17,05 kali per laga.
Tidak hanya itu, efektivitas rata-rata tembakan City pada musim ini juga menurun. Berdasarkan data Analytic5, sekitar 0,142 dari rata-rata tembakan City di setiap laga musim lalu berujung gol. Angka itu membuat efektivitas tembakan City berada di urutan kedua, yaitu di bawah sang juara, Liverpool.
Adapun pada awal musim ini, hanya 0,099 dari rata-rata tembakan City yang berujung gol. Hal itu membuat City berada di urutan ke-18 dalam hal efektivitas tembakan yang mampu dikonversi menjadi gol.
Absennya Jesus dan Aguero di beberapa laga pada awal musim ini memaksa City lebih sering melakukan tembakan dari berbagai sisi di lini pertahanan lawan, khususnya jarak jauh. Hal itu terlihat dari peningkatan rata-rata jarak tembak City di musim ini yang mencapai 19,27 meter. Adapun rata-rata jarak tembakan pada musim lalu adalah 16,88 meter.
Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran bagi fans City yang berambisi melihat tim kesayangannya itu kembali berjaya di Liga Inggris. Jesus dan Aguero tidak diragukan lagi merupakan penyerang tengah yang masuk jajaran elite dunia saat ini. Absennya mereka menjadi kehilangan besar bagi City.
Guardiola pun mengungkapkan, dirinya sempat mempertimbangkan untuk merekrut striker atau penyerang tengah baru di jendela transfer musim panas lalu. City butuh striker untuk melapis Aguero dan Jesus yang rentan cedera.
Namun, Guardiola mengakui tidaklah mudah mencari pemain yang memiliki kualitas yang setara dengan Jesus dan Aguero. Alhasil, Guardiola mencoba realistis dan memilih mengoptimalkan para pemain yang telah dimilikinya saat ini.
”Tim kami memiliki pemain muda yang bisa bermain di beberapa posisi. Kami masih memerlukan waktu untuk memberikan pengalaman berlaga kepada para pemain muda yang masih minim pengalaman,” kata Guardiola kemudian.
Terkait hal itu, Guardiola mulai melakukan eksperimen pada lini depannya di tengah absennya Aguero dan Jesus. Pada laga Liga Champions Eropa, yaitu versus Olympique Marseille, Rabu (28/10/2020), Guardiola memasang pemain baru City, Ferran Torres, di posisi ujung tombak.
Padahal, posisi alaminya adalah penyerang sayap. Tak kalah anehnya, gelandang muda Phil Foden dimainkan sebagai penyerang sayap kiri. Lalu, di sayap kanan, Guardiola memasang Raheem Sterling, pemain yang biasanya tampil di kiri.
Meskipun tidak lazim, taktik tanpa striker murni itu menghadirkan keseimbangan di City. Hasilnya, mereka menang telak, 3-0. City mampu memecahkan kebuntuan atas tim-tim seperti Marseille yang tampil sangat defensif dengan lima bek.
Kondisi itu berbanding terbalik ketika City dibekap Olympique Lyon pada perempat final Liga Champions Eropa musim lalu dan ditahan West Ham, 1-1, akhir pekan lalu. Kedua tim itu juga memainkan lima bek.
”Bermain di posisi sesuai dengan kaki terkuat membuat Foden dan Sterling bisa memanfaatkan sisi luar lapangan dan membuka ruang di pertahanan lawan. Kami tidak bisa lagi bermain rapat melawan tim yang bertahan. Kami harus bermain melebar,” kata Guardiola terkait skema barunya, seperti dilansir Manchester Evening News.
Tim kami memiliki pemain muda yang bisa bermain di beberapa posisi.
Skema baru itu bisa kembali diandalkan City ketika menghadapi Sheffield, tim peringkat ke-19 di Liga Inggris, yang bakal menerapkan pertahanan berlapis. Menurut Manajer Sheffield United Chris Wilder, City menjadi ujian kepantasan timnya bermain di Liga Primer Inggris.
Menurut Wilder, timnya telah menampilkan permainan lebih baik ketika tumbang 1-2 dari Liverpool di Stadion Anfield, akhir pekan lalu. Ia berharap timnya tampil kian baik saat menjamu City.
”Saya amat menikmati permainan kami saat menghadapi tim-tim terbaik di liga. Kami hanya perlu menemukan keseimbangan antara bermain baik dan meraih poin,” ujarnya di laman klub itu.