Real Madrid belum lagi bisa menang di Liga Champions Eropa setelah dikalahkan Manchester City dalam dua laga babak 16 besar, musim lalu. Mereka punya kesempatan untuk bangkit saat melawan Borussia Moenchengladbach.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·5 menit baca
MOENCHENGLADBACH, SENIN — Real Madrid mengakhiri tren buruk dengan mengalahkan Barcelona, 3-1, pada duel el clasico pada akhir pekan lalu. Harga diri Real di Liga Spanyol bisa dipulihkan. Akan tetapi, ”badai” yang menghadang belum usai. Real masih harus mengakhiri tren buruk di kompetisi Eropa.
Real bisa mulai memulihkan reputasi hebatnya sebagai klub yang paling sukses di Liga Champions Eropa jika mampu mengalahkan wakil Jerman, Borussia Moenchengladbach, pada laga pekan kedua penyisihan Grup B di Borussia Park, Rabu (28/10/2020) pukul 03.00 WIB.
Klub yang paling banyak menjuarai Liga Champions (baik format lama maupun baru), yaitu hingga 13 kali, itu kini masih terpuruk. Mereka berada di dasar klasemen Grup B Liga Champions Eropa musim 2020-2021 tanpa satu poin pun.
Tim asuhan Zinedine Zidane ini kalah 2-3 dari Shakhtar Donetsk pada laga pekan pertama penyisihan grup, pekan lalu. Laga tersebut menjadi momen bersejarah bagi Donetsk yang langsung bisa mencetak tiga gol pada babak pertama. Donetsk bahagia, sedangkan Real pusing mencari penyebab penampilan buruk mereka.
Sebelum dikalahkan Donetsk, Real juga ditumbangkan tim promosi, Cadiz, 0-1, pada ajang Liga Spanyol. Kurang dari satu pekan Real dikalahkan dua tim yang memiliki kekuatan di bawah mereka.
”Selalu ada masa-masa sulit. Saya harap masa sulit seperti sekarang hanya berlangsung satu pekan saja,” kata kapten Real, Sergio Ramos, penuh harap.
Harapan Ramos terkabul karena tim bisa bangkit dengan mengalahkan Barcelona di Stadion Camp Nou, akhir pekan lalu. Zidane bisa membuktikan timnya hanya terlelap sebentar dan kini sudah terbangun. Kemenangan atas Barcelona itu membuat Real kini kembali percaya diri menatap laga-laga berikutnya, termasuk melawan Gladbach.
Kepercayaan diri menjadi modal yang sangat berharga bagi Real mengingat laga kontra Donetsk merupakan kekalahan mereka yang ketiga secara beruntun di Liga Champions. Dua laga terakhir Real di Liga Champions musim lalu berakhir dengan kekalahan. Mereka disingkirkan Manchester City pada babak 16 besar. Real kalah 1-2 baik pada laga pertama maupun laga kedua, kala itu.
Dengan demikian, beban Zidane belum berakhir jika mereka tidak mendapat hasil positif saat melawan Gladbach. ”Badai” berupa masalah-masalah besar lainnya akan kembali menerpa Real jika mereka kembali kehilangan poin penting karena persaingan di Grup B sangatlah ketat.
Berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi apabila Inter Milan berhasil mengalahkan Donetsk pada laga lainnya dan Real kalah atau ditahan imbang Gladbach. Inter akan mengumpulkan empat poin jika mereka menang, begitu pula Gladbach jika bisa menumbangkan Real.
Dalam skenario ini, Real akan tetap berada di dasar Grup B tanpa poin. Peluang lolos ke babak berikutnya, yaitu 16 besar, pun bakal sangat sulit.
Keterpurukan Real di Eropa bisa menjadi teror bagi masa depan Zidane. Sebelum laga el clasico, misalnya, media massa di Spanyol telah ramai memberitakan bahwa Real sudah siap memboyong eks manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino jika Real gagal mengalahkan Barcelona.
Namun, seperti biasanya, Zidane bisa tetap tenang dan menaruh kepercayaan tinggi terhadap timnya. ”Setelah menelan kekalahan, sebagai pelatih, sebagian besar kritik mengarah kepada saya. Hal itu normal,” katanya tetap tenang.
Sejarah tak berpihak
Ketenangan Zidane kembali diuji di Borussia Park karena kali ini sejarah tidak berpihak kepada Real. Dalam dua laga tandang melawan Gladbach, pada tahun 1976 dan 1985, Real tidak pernah menang.
Kedua tim terakhir kali bertemu pada babak 16 besar Piala UEFA 1985. Kala itu, Gladbach menang 5-1 pada laga pertama. Akan tetapi, Real bisa menang 4-0 pada laga kedua di Madrid. Real pada saat itu bisa terus melaju dan merebut trofi.
Namun, Pelatih Gladbach Marco Rose tidak mau mengandalkan sejarah karena Real di tangan Zidane memiliki karakter berbeda. ”Sejarah punya peran besar bagi Moenchengladbach, tetapi itu tidak akan banyak membantu pada laga nanti. Skuad Real sangat berkualitas dan laga nanti akan sangat sulit,” ujar Rose dikutip UEFA.
Jika Real termotivasi berkat kemenangan di el clasico, Gladbach termotivasi karena bisa menahan imbang Inter, 2-2, pada laga pertama pekan lalu. Hasil imbang itu memberi mereka kepercayaan diri tinggi karena bisa menahan tim yang memiliki barisan penyerang tajam, seperti Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez.
Real memberikan tantangan berbeda bagi Gladbach berkat kehadiran sosok penyerang Karim Benzema. Mereka siap untuk membendung Benzema.
”Tidak perlu memperdebatkan Benzema. Dia adalah striker top selama beberapa tahun terakhir. Sangat sulit untuk menahannya, tetapi kami akan bisa melakukannya jika bermain secara tim (kolektif),” kata bek Gladbach, Matthias Ginter.
Kenangan buruk Shakhtar
Adapun Shakhtar, setelah bisa menaklukkan Real, bakal menjalani laga yang lebih sulit ketika berjumpa lagi dengan Inter di Stadion NSK Olimpiyski, Kiev, Rabu (28/10/2020) pukul 00.55 WIB. Inter akan membawa kenangan buruk yang pernah terjadi pada laga semifinal Liga Europa pada musim lalu.
Pada babak semifinal yang digelar dalam satu laga akibat pandemi itu, Inter melibas Shakhtar, 5-0. Lukaku dan Martinez masing-masing mencetak dua gol dan mempertegas status mereka sebagai salah satu duet penyerang termaut di Liga Italia.
Namun, ketajaman duet Lukaku-Lautaro tidak tampak lagi pada laga terakhir Inter saat mengalahkan Genoa, 2-0, pada laga Liga Italia. Lukaku berhasil menyumbang satu gol, tetapi Martinez mengakhiri laga itu dengan kemarahan. Martinez marah ketika Pelatih Inter Antonio Conte menggantinya ketika laga berjalan pada menit ke-72.
Surat kabar Italia, La Gazzetta dello Sport, menyebut kemarahan Martinez ini bisa menjadi keuntungan Inter pada laga kontra Shakhtar. Martinez bisa memanfaatkan kemarahannya menjadi energi positif pada laga tersebut dan membuat istilah ”Lula” alias Lukaku-Lautaro kembali menggema.
”Martinez ingin kembali mencetak gol dan Inter membutuhkan Martinez dalam kondisi terbaiknya agar bisa membawa Inter ke puncak klasemen grup,” tulis La Gazzetta dello Sport. Martinez terakhir kali mencetak gol saat Inter ditahan imbang Lazio, 1-1, pada laga Liga Italia, awal Oktober lalu.
Shakhtar juga sempat kehilangan momentum. Setelah bisa mengalahkan Real di ajang Liga Champions, mereka kemudian ditahan imbang Vorskla, 1-1, pada laga Liga Ukraina, akhir pekan lalu. Pelatih Shakhtar Luis Castro tidak melakukan rotasi pemain dan menggunakan skuad yang sama baik pada laga kontra Real maupun Vorskla.
”Kami tidak merotasi tim karena pemain tampak sudah kembali bugar (usai melawan Real),” kata Castro. Namun, pemain tetap saja kelelahan dan masalah kebugaran ini tetap menjadi masalah bagi Shakhtar jelang laga kontra Inter. (AFP/REUTERS)