Di tengah paceklik prestasi olahraga nasional akibat pandemi, tim catur putri Indonesia menghadirkan "oase". Mereka lolos ke semifinal Piala Asia Catur Daring seusai membekap tim kuat Asia, Iran, lewat duel ketat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sempat tidak diunggulkan, tim putri Indonesia melaju ke semifinal Piala Asia Catur Daring 2020 setelah mengalahkan tim kuat, Iran, Jumat (23/10/2020). Capaian langka itu menjaga kans mereka menembus level dunia.
Tim putri Indonesia berhak tampil di empat besar Piala Asia Daring itu seusai menang dramatis, yaitu lewat tie-break, 11-9, atas Iran. Keunggulan tie-break itu diperoleh lewat Chelsie Monica Ignesias Sihite, pecatur nasional yang bergelar Woman International Master (WIM), setelah kedua tim imbang, 4-4.
Tim putri Indonesia dua kali berhadapan dengan Iran di babak perempat final itu. Dalam laga pertama, tim "Merah-Putih" menang 2,5 - 1,5 atas Iran. Namun, di laga kedua, mereka justru tumbang 1,5-2,5. Karena skor akhir imbang 4-4, perhitungan tie-break dilakukan untuk menentukan tim yang berhak melangkah ke semifinal.
Dalam mekanisme itu, pecatur Chelsie Monica--yang bermain di papan ketiga-- menjadi pahlawan karena menang dua kali dengan skor 2-0 atas lawan di papan yang sama. Sementara itu, Iran hanya mencetak skor 2-0 di papan keempat. Meja pertama dan kedua masing-masing berakhir dengan skor seri 1-1. Maka itu, total, Indonesia unggul 11-9 atas Iran dan berhak ke semifinal.
Kemenangan tipis atas Iran itu terbilang fenomenal. Sebelum laga itu, tim putri Indonesia tidak diunggulkan lolos ke semifinal. Mereka sempat kalah telak, 1-3, dari Iran pada babak penyisihan grup, pekan lalu. Lalu, di klasemen akhir fase grup itu, Indonesia hanya menempati peringkat keenam. Adapun Iran di peringkat ketiga.
Peluang ke final terbuka lebar
Kans Indonesia lolos ke final pun kini terbuka lebar. Mereka akan menghadapi Filipina pada babak semifinal, Sabtu (24/10) ini. Indonesia sempat mengalahkan Filipina di penyisihan.
Selain itu, Indonesia punya dua pecatur putri berpredikat Woman Grandmaster (WGM) dan International Master (IM) sekaligus, yaitu Irene Kharisma Sukandar dan Medina Warda Aulia. Adapun pecatur terbaik Filipina hanyalah Janelle Mae Frayna yang bergelar WGM.
Maka itu, Kristianus menuturkan, dirinya optimistis tim putri Indonesia berpeluang lolos ke partai akhir. "Kuncinya, pecatur pertama, kedua, dan ketiga, kita tidak boleh terjungkal agar tidak kehilangan poin. Sebab, kekuatan pecatur keempat kita sangat timpang. Apalagi, kekuatan pecatur Filipina cukup merata dari pecatur pertama sampai keempat," ujarnya.
Dalam menyiapkan laga tersebut, tambah Kristianus, pihaknya hanya bisa mengajak semua pecatur berdiskusi mempelajari permainan lawan. Tujuannya, untuk merencanakan startegi terbaik untuk membendung taktik lawan. "Dalam catur, sulit meningkatkan kemampuan dalam waktu singkat di tengah kejuaraan. Jadi, solusinya adalah mempelajari permainan lawan agar bisa antisipasi gerakan mereka," katanya.
Kejuaraan dunia
Pada perempat final, Filipina menyingkirkan Srilanka, 7 - 1. Tim yang menjuarai turnamen berhadiah 20.000 dollar AS (Rp 300 juta) itu berhak tampil di Kejuaraan Dunia Beregu.
”Kalau bisa sampai juara, itu bisa mengangkat nama pecatur Indonesia di level Asia ataupun internasional, terutama di catur cepat (sistem pertandingan di Piala Asia Catur Daring 2020),” ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kristianus Liem penuh harap
Selain lolos ke semifinal, sejumlah pecatur putri Indonesia juga meraih prestasi individual di Piala Asia Catur yang digelar secara daring akibat pandemi Covid-19 itu. Medina menyabet medali emas, adapun Irene meraih perak di turnamen itu.
Sebelumnya, Indonesia terakhir kali berpartisipasi di Piala Asia Catur pada edisi ke-17 di Zaozhuang, China, 2012 silam. Ketika itu, tim putri hanya berada di peringkat ketujuh catur klasik dan meraih perunggu pada catur kilat. Adapun tim putra hanya menempati peringkat ketujuh pada catur klasik dan kedelapan pada catur kilat.
Sempat lama absen
Setelah itu, tim putri maupun putra Indonesia absen di kejuaraan dua tahunan itu, yakni di Iran pada 2014, Uni Emirat Arab 2016, dan Iran 2018 lalu.
”Kita jarang sekali mengikuti kejuaraan ini karena hambatan anggaran dan juga kekuatan tim yang kurang merata. Perlu ada empat pecatur kuat untuk tampil di empat papan. Kalau dikirim, peluang berprestasi kita berat,” tutur Kristianus.
Adapun tim putra Indonesia memiliki catatan prestasi lebih baik dibandingkan tim putri dalam Piala Asia Catur. Sejak kali pertama digelar di Penang, Malaysia, 1974 lalu, tim putra pernah menyabet dua kali medali perak (1987 dan 1989) dan lima kali perunggu (1974, 1977, 1979, 1986, 1991) pada catur klasik.
Tim ini ibarat (klub sepak bola) Liverpool FC. Tanpa Virgil van Dijk, sulit juara seperti musim lalu.(Irene Kharisma Sukandar)
Namun, setelah itu, prestasi tim putra Indonesia terus menurun. Bahkan, pada perempat final, kemarin, Grand Master (GM) Susanto Megaranto dan kawan-kawannya kalah 1,5 - 6,5 dari Australia. Padahal, selama ini, Indonesia kerap unggul atas tim ”Negeri Kangguru” itu.
”Tadi, tim putra merasa sudah menang. Jadi, mereka terkesan sedikit meremehkan lawan. Begitu dapat posisi susah, tidak bisa bertahan ulet,” ujar Kristianus kemudian.
Adapun kengototan dan kerjasama terlihat jelas di tim putri. Irene mencontohkan, di perempat final, ia sengaja menahan remis andalan Iran, Sarasadat Khademalsharieh, agar rekan di timnya bisa mengambil poin.
”Tim ini ibarat (klub sepak bola) Liverpool FC. Tanpa Virgil van Dijk, sulit juara seperti musim lalu,” ujarnya.