Sejumlah klub Liga 1 Indonesia, seperti Persiraja Banda Aceh, menderita kerugian akibat tidak jelasnya nasib atau kelanjutan kompetisi itu. Guna mencegah kerugian lebih besar, klub promosi itu lantas membubarkan timnya.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS - Klub promosi Shopee Liga 1 Indonesia, Persiraja Banda Aceh, mengalami kerugian hingga Rp 2 miliar akibat tidak kunjung bergulirnya kelanjutan kompetisi sepak bola nasional itu. Guna mencegah kerugian lebih lanjut, klub itu terpaksa membubarkan skuad timnya.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Umum Persiraja, Rahmat Djailani, Kamis (22/10/2020) menyikapi situasi tidak jelasnya soal kepastian kapan bergulirnya kembali Liga 1 yang terhenti sejak Maret lalu akibat pandemi Covid-19. Liga itu sempat dijadwalkan bisa bergulir kembali mulai 1 Oktober lalu. Akan tetapi, jadwal itu tidak bisa terealisasi akibat tidak adanya izin keramaian dari Kepolisian Negara RI.
Manajemen klub yang berjuluk ”Laskar Rencong” itu lantas membubarkan tim. ”Kita sudah tidak bisa berharap banyak untuk kelanjutan kompetisi tahun ini. Kami terpaksa membubarkan tim karena kompetisi belum jelas,” ujar Rahmat.
Ia menjelaskan, para pemain klubnya sudah dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing mulai kemarin. Adapun para pemain yang berasal dari Aceh baru akan dipulangkan Minggu (25/10/2020). ”Ketika kompetisi sudah pasti, kami baru akan memanggil kembali semua pemain,” ujar Rahmat kemudian.
”Kita sudah tidak bisa berharap banyak untuk kelanjutan kompetisi tahun ini. Kami terpaksa membubarkan tim.
Para pemain dan ofisial Persiraja sempat lama tinggal di Yogyakarta. Persiraja adalah salah satu dari sejumlah klub asal luar Pulau Jawa yang diminta pindah markas ke Yogyakarta selama pelaksanaan Liga 1 di era pandemi saat ini. Ketentuan itu dikeluarkan PT Liga Indonesia Baru (LIB), selaku operator liga, untuk mempermudah pengawasan sekaligus membatasi potensi penyebaran Covid-19 di liga itu.
Sempat bertahan
Skuad Persiraja tiba di Yogyakarta pada 25 September lalu dengan harapan bisa memulai kembali Liga 1 mulai 1 Oktober lalu seperti dijadwalkan PSSI dan PT LIB. Meskipun liga itu batal bergulir saat itu, skuad Persiraja memilih tetap bertahan di Yogyakarta sambil menunggu perkembangan terbaru.
Pada Selasa (13/10/2020) lalu, 18 klub Liga 1, PSSI, dan PT LIB, lantas menggelar rapat darurat mengenai nasib kompetisi itu. Hasil rapat itu memutuskan, mereka akan tetap menggelar Liga 1, yaitu mulai 1 November mendatang. Namun, hingga kemarin, belum ada kejelasan apakah liga itu bisa dilanjutkan mulai 1 November mendatang.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono menegaskan, pihaknya belum akan mengubah keputusan melarang segala kegiatan yang menghadirkan banyak orang, termasuk laga sepak bola. (Kompas, 14/10/2020).
Kondisi itu memperkuat alasan manajemen Persiraja lantas meninggalkan Yogyakarta dan membubarkan skuad tim hingga waktu yang belum ditentukan. Rahmat bercerita, selama nyaris sebulan di Yogyakarta, manajemen harus mengeluarkan biaya besar untuk sewa lapangan latihan, makan, cuci pakaian, gaji pemain, dan lain-lain.
Biaya besar
Persiraja memboyong 7 orang ofisial dan 28 pemain. Empat orang di antaranya adalah para pemain asing. ”Kami juga harus mengeluarkan biaya besar untuk tiket pesawat,” kata Rahmat kemudian.
Pemain Persiraja, Fery Komul, berkata, dirinya sangat rindu untuk bisa kembali bermain sepak bola. Selain hobi, bermain sepak bola adalah sumber utama penghasilannya. Selama libur serta tidak adanya kompetisi, gaji para pemain pun dipotong.
Indonesia menjadi satu-satunya negara besar di kawasan Asia Tenggara yang tidak bisa melanjutkan kompetisi sepak bolanya. Liga-liga di negara lainnya, seperti Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia, telah bergulir kembali.