Borobudur Marathon 2020, Pelepas Rindu Pelari Elite
Kerinduan sejumlah pelari elite untuk berlomba akan tersalurkan dalam Borobudur Marathon 2020. Persiapan dilakukan untuk menorehkan prestasi terbaik.
Setelah 8-9 bulan yang panjang tanpa perlombaan, para pelari akhirnya melihat ujung penantian. Borobudur Marathon akan diadakan 15 November 2020. Perlombaan nyata di depan mata. Saatnya kembali melaju sampai finis.
Borobudur Marathon 2020 adalah ajang kolaborasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Yayasan Borobudur Marathon, Bank Jateng, dan Harian Kompas. Ini adalah tahun keempat kolaborasi.
Tahun ini seharusnya jadi tahun yang sibuk bagi atlet lari Welman David Pasaribu (27). Ia semestinya berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 dan mengikuti maraton di beberapa daerah. Latihan dua kali sehari pun ia jalani saban hari.
Baca juga: Menjaga Semangat Berlari dan Berkompetisi
Satu demi satu perlombaan kemudian dibatalkan atau diundur. Rasa kecewa tidak bisa ditampik. Tapi, bisa apa dia—dan ribuan pelari lain—dihadang pandemi Covid-19?
“Kecewa itu pasti. Saya berpikir, mungkin ini bukan rezeki saya (untuk ikut perlombaan). Kemudian saya berpikir, saya, kan, sudah sembilan tahun berlari. Masa karena pandemi beberapa bulan saya jadi tidak berlatih seperti biasa? Itu cara saya untuk tetap semangat,” kata Welman saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Beberapa pekan lalu, Welman dikabari kawannya sesama atlet soal undangan mengikuti Borobudur Marathon 2020. Welman yang belum menerima kabar itu jadi harap-harap cemas, gelisah jika tidak diundang. Beruntung ia diundang oleh panitia. Partisipasinya pun dikonfirmasi melalui email resmi panitia.
“Begitu dihubungi panitia, saya mau langsung latihan lari saja. Rasanya program yang diberi pelatih kurang. Saya ingin tambah latihannya, lalu lari,” kata Welman menggebu.
Pelatih pun mengabulkan permintaan Welman dan menambah porsi latihan. Welman yang selama ini fokus di nomor lari 10K dinilai siap menghadapi maraton 42K, tinggal menambah intensitas dan fokus mencapai waktu terbaik.
Sebelumnya, Welman menjajal maraton SEA Games 2019 dan menduduki peringkat keempat. Peringkat pertama ditempati seniornya, Agus Prayogo. Adapun Welman menjadi juara dua Borobudur Marathon 2018 di kategori half marathon dengan catatan waktu 1 jam 14 menit 11 detik. Targetnya di Borobudur Marathon tahun ini ialah naik podium.
“Saya mau ‘balas dendam’ setelah sekian lama tidak berlomba. Ingin melampiaskan kerinduan di jalan raya, kemudian reuni dengan teman-teman. Saya sampai sering lihat kalender untuk menghitung hari,” ujar atlet asal Sumatera Utara ini.
Begitu dihubungi panitia, saya mau langsung latihan lari saja. Rasanya program yang diberi pelatih kurang. Saya ingin tambah latihannya, lalu lari.
Latihan yang terbayar
Pandemi tidak menghentikan atlet lari Odekta Elvina Naibaho (28) untuk berlatih. Kendati sempat kecewa karena sejumlah ajang lari ditunda, Borobudur Marathon memberinya harapan baru. Latihan yang melelahkan selama ini akhirnya akan terbayar.
Sama seperti atlet-atlet lain, peraih medali perunggu di SEA Games 2019 ini berlatih intensif dua kali sehari. Latihan tetap dilakukan saat pandemi untuk menjaga performa. Ajang maraton bulan depan memecutnya berlatih semakin giat. Latihannya kini fokus di kecepatan dan daya tahan.
“Saya sempat kecewa saat tahu banyak race dibatalkan tahun ini. Tapi, mau kecewa sama siapa? Ini, kan, ujian alam dan berdampak ke semua orang. Yang bisa dilakukan adalah berbesar hati. Tahun ini mengajarkan saya untuk berefleksi,” kata Odekta.
Selama beberapa bulan terakhir ia belajar bahwa kesehatan itu mahal harganya. Siapa saja bisa terkena Covid-19. Untuk itu, ia bersyukur atas kehidupan, waktu, serta kehangatan keluarga dari Tuhan.
Baca juga: Perunggu Seharga Emas untuk Odekta
Odekta yang menjuarai Borobudur Marathon 2018 (juara satu) dan 2017 (juara dua) hanya punya satu target tahun ini, yakni mengalahkan diri sendiri. Ia tidak ingin lagi dikuasai ambisi menang seperti yang dialami pada SEA Games 2019. Ambisi membuatnya terserang heat stroke, lalu blank 200 meter menjelang finis. Ia memperoleh medali perunggu saat itu.
“Itu pengalaman dan pelajaran yang berharga. Dulu saya lari untuk membuktikan diri. Sekarang saya berlari untuk Tuhan dan untuk mengalahkan diri sendiri,” ucap Odekta mantap.
Atlet asal Salatiga Sharfina Sheila Rosada berencana mencetak waktu yang lebih baik di ajang tahun ini. Catatan waktunya di Borobudur Marathon 2018 ialah 3 jam 51 menit 3 detik, sedangkan pada 2019 adalah 3 jam 45 menit 38 detik. Keduanya untuk kategori marathon 42K.
Ia ingin memperbaiki catatan waktunya menjadi 3 jam 30 menit atau 3 jam 20 menit. “Peserta yang lari di Borobudur nanti adalah para elit. Lawannya adalah para senior. Ini seperti lomba tingkat tinggi. Saya jadi semakin semangat,” katanya.
Adapun atlet Atjong Tio Purwanto (29) mengaku sebagai pelari “penggembira” di ajang tahun ini. Ini karena ia bukan pelari spesialis maraton penuh. Kendati demikian, ia tetap akan tampil sebaik mungkin hingga finis.
“Saya melihat ini sebagai pemanasan untuk SEA Games tahun depan dan hiburan. Saya menantikan Borobudur Marathon tahun ini. Sebab, ini tanda-tanda kemunculan perlombaan lain,” ucap pemecah rekor Asian Games 2018 kategori halang rintang 3.000 meter ini. Ia memecahkan rekor dengan catatan waktu 8 menit 54 detik.
30 pelari
Berbeda dari penyelenggaraan pada tahun-tahun sebelumnya, Borobudur Marathon kali ini berlangsung secara hibrida—yakni ada lomba langsung di kawasan Candi Borobudur dan ajang lari virtual—karena pandemi Covid-19.
Menurut data per Kamis, ada 30 pelari yang akan berlari langsung di kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah, November mendatang. Kebanyakan dari mereka adalah peserta Borobudur Marathon tahun-tahun sebelumnya yang naik podium, serta para atlet yang lolos kualifikasi PON 2020.
“Kami ingin beri tempat ke mereka untuk berlomba walau kondisi terbatas saat ini. Kebanyakan mereka sudah melakukan persiapan, namun tidak jadi berlomba karena pandemi. Kami ingin mereka tetap semangat,” kata Project Officer Borobudur Marathon 2020 Budhi Sarwiadi.
Adapun 9.090 peserta lain akan berlari secara virtual di daerah masing-masing. Catatan waktu dan jarak tempuh direkam dengan aplikasi Google Fit dan Garmin Connect, kemudian diunggah di laman panitia. Peserta yang menyelesaikan lari sampai finis akan mendapat emblem yang dikirim ke rumah peserta.
Peserta paling banyak mendaftar di nomor 10K, yakni sekitar 4.000 orang. Peserta kategori maraton separuh jumlahnya hampir 3.000 orang, maraton penuh 1.400 orang, dan friendship run (3,8 kilometer) sekitar 400 orang.
Peserta yang berlomba di Borobudur akan menjalani protokol kesehatan dan pemantauan yang ketat. Rute lari hanya di dalam kawasan Borobudur yang jaraknya 3,5 kilometer. Untuk itu, para peserta akan melakukan 12 kali putaran.
Baca juga: Borobudur Marathon Digelar dengan Konsep Hibrida
Adapun atlet lari nasional Asma Bara (27) tercatat sebagai salah satu peserta. Namun, ia mengatakan tidak akan berpartisipasi karena belum mempersiapkan diri setelah menikah beberapa waktu lalu.
“Ini sebenarnya event tahunan yang dinanti para pelari. Meraih finis butuh latihan yang kontinu. Jika dipaksakan (tanpa latihan) akan mengakibatkan cideara. Persiapan maraton saat ini masih kurang. Saya rasa tidak bisa berpartisipasi,” ucap juara satu Borobudur Marathon 2019 ini.
Munculnya Borobudur Marathon jadi penanda berakhirnya masa paceklik para atlet lari. Jika acara sukses, bukan tidak mungkin lomba-lomba serupa akan bermunculan lagi. Sembari menunggu, para atlet akan tekun menjaga nyala semangatnya.