Laga antara Manchester United melawan Paris Saint-Germain menunjukkan pentingnya pembinaan pemain muda di klub sebagai penopang tim utama. MU dengan pemain didikannya, sekali lagi bisa menumbangkan PSG.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
PARIS, RABU - Manchester United meraih kemenangan ganda saat mengalahkan Paris Saint-Germain, 2-1, pada laga perdana penyisihan Grup H Liga Champions, di Stadion Parc des Princes, Paris, Rabu (21/10/2020) dini hari WIB. Selain menang karena mencetak gol lebih banyak, tim “Setan Merah” menang dalam hal melahirkan bintang-bintang muda bermental juara.
Dua kali bertandang ke Paris dalam dua musim, dua kali pula MU menang. Pada Maret 2019, MU mengalahkan PSG, 3-1, pada laga kedua babak 16 besar dan melaju ke babak perempat final. Bersinarnya para pemain muda jebolan akademi MU menjadi kesamaan dalam dua laga tersebut.
Bek MU Axel Tuanzebe (22) menuai pujian karena mampu membendung serangan dua pemain termahal PSG, yaitu Neymar dan Kylian Mbappe. Padahal, pemain yang dididik di akademi MU sejak 2005 itu baru pulih dari cedera yang membuatnya absen 10 bulan. Laga kontra PSG adalah yang pertama baginya pascacedera, dan ia langsung menjadi pembeda.
Tuanzebe berhasil membuang bola ke luar kotak penalti tujuh kali dan pertahanan MU malam itu tetap kokoh, meski sejumlah bek senior seperti Eric Bailly dan kapten Harry Maguire absen karena cedera. “Penampilannya sulit dipercaya. Ia mengalami masa-masa sulit akibat cedera dan langsung bisa bermain dengan baik pada laga besar,” kata kiper MU, David De Gea.
Tuanzebe terakhir kali berlaga pada Desember 2019 ketika MU mengalahkan Colchester United, 3-0, pada ajang Piala Liga Inggris. Ia mengalami cedera hamstring dan sempat kembali berlatih pada Juni 2020. Namun, cederanya kambuh dan ia harus menjalani operasi.
Bintang muda binaan akademi MU lainnya yang bersinar malam itu adalah Marcus Rashford, yang mencetak gol kemenangan menit ke-87. Saat mengalahkan PSG, 3-1, pada 2019, Rashford juga mencetak gol kemenangan melalui tendangan penalti menit ke-90+4.
Penampilannya sulit dipercaya. Ia mengalami masa-masa sulit akibat cedera dan langsung bisa bermain dengan baik pada laga besar.
Pada laga 2019 itu masih ada pemain akademi MU lain seperti Mason Greenwood dan Tahith Chong. Saat itu MU harus mengerahkan pemain muda karena kehilangan 10 pemain di tim Utama, termasuk Paul Pogba, Jesse Lingard, dan Alexis Sanchez.
Berbeda cara
Laga di Paris kemarin praktis memperlihatkan dua tim besar dengan masalah sama tetapi memiliki cara berbeda mengatasinya. PSG dan MU sama-sama kehilangan banyak pemain dan gagal bergerilya di bursa transfer musim panas. Namun, cara kedua tim memperlakukan para pemain muda didikan akademi klub masing-masing yang menjadi penentu.
MU gagal mendapatkan Jadon Sancho sebagai target utama di bursa transfer pemain, sedangkan pelatih PSG Thomas Tuchel kesal karena klub terkesan membiarkan sejumlah pemain penting seperti Thiago Silva dan Edinson Cavani pergi dengan status transfer bebas. Silva pergi ke Chelsea dan Cavani ke MU.
Namun, MU terselamatkan oleh prinsip lama klub yang digaungkan Sir Matt Busby, pelatih MU era 1945-1969 dan 1970-1971. “Jika anda tidak pernah memainkan pemain muda, anda tak akan pernah tahu apa yang dimiliki,” demikian nasihat terkenal Busby yang dijalankan Ole Gunnar Solskjaer setelah ditunjuk menjadi manajer sementara MU pada 2018. Ia kemudian menjadi manajer tetap pada Maret 2019.
Prinsip yang sama dijalankan para penerus Busby, termasuk oleh Sir Alex Ferguson. Solskjaer sebagai pemain asuhan Ferguson juga memegang prinsip serupa. Itulah yang membuat pemain seperti Rashford dan Tuanzebe mendapat lebih banyak kesempatan bermain dan kini menjadi pahlawan.
PSG sebenarnya punya akademi kelas dunia yang telah melahirkan sejumlah pemain bintang seperti Kingsley Coman (Bayern Muenchen), Moussa Dembele (Olympique Lyon), dan Nicolas Anelka yang pernah bermain untuk Arsenal dan Chelsea. Namun, PSG enggan menggunakan talenta muda itu di tim utama dan lebih senang berbelanja pemain yang sudah jadi.
Presnel Kimpembe merupakan satu-satunya pemain jebolan akademi PSG yang ikut tampil melawan MU pada laga kemarin. Tahun lalu masih ada Adrien Rabiot yang kini sudah membela Juventus.
Mantan pemain, pelatih, dan juga kepala Akademi PSG, Luis Fernandez, pernah mengingatkan dampak buruk dari kebijakan ini. “Para pemain muda tidak menjadi prioritas. PSG akan mendapat konsekuensinya. Saya tidak tahu apa target dari pembinaan pemain muda di klub karena klub membuang para pemain mudanya,” kata Fernandes kepada Le Parisien, September 2019.
Setahun kemudian, kemenangan MU atas PSG membuktikan peringatan Fernandez tersebut. PSG yang merupakan finalis Liga Champions musim lalu tidak berdaya ketika MU unggul melalui gol tendangan penalti Bruno Fernandes. Bahkan, gol tunggal PSG malam itu merupakan gol bunuh diri penyerang MU, Anthony Martial.
“Pada laga-laga sebelumnya kami bisa tampil bagus. Kali ini kami bermain tanpa intensitas, agresivitas. Kami tidak bisa merebut bola maupun menekan. Saya tidak tahu mengapa bisa begini,” kata Tuchel dikutip UEFA.
Kerugian dari kekalahan ini sangat besar karena persaingan di Grup H begitu ketat. PSG masih harus menghadapi RB Leipzig yang musim lalu bisa mencapai babak semifinal. Pada laga lainnya Rabu kemarin, Leipzig mengalahkan Istanbul Basaksehir, 2-0, dan menduduki puncak klasemen sementara. MU di peringkat kedua dan PSG di peringkat ketiga.
Jalan PSG untuk mewujudkan ambisi menjuarai Liga Champions masih terjal. Nasib Tuchel pun juga mulai terancam jika penampilan klub tak kunjung membaik. (AFP/REUTERS/DEN)