Proyek timnas elite muda diharapkan bisa memacu regenerasi basket nasional. Regenerasi berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir karena bakat-bakat muda tak mendapat jam terbang yang cukup.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Regenerasi basket nasional dinilai mandek karena kurangnya jam terbang para pemain muda. Mengatasi hal itu, 57 pebasket terbaik di bawah usia 23 tahun dipanggil untuk bergabung dalam tim nasional elite muda. Tim ini direncanakan ikut liga bola basket tertinggi IBL musim depan. Mereka diharapkan bisa menyokong timnas senior di Piala Dunia FIBA 2023.
Manajer timnas elite muda Andi ”Batam” Poedjakusuma menilai, potensi pemain muda sangat berlimpah saat ini. Namun, mereka kekurangan jam terbang karena minimnya kompetisi di tingkat universitas dan profesional. Semua itu menyebabkan regenerasi pebasket nasional berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir.
”Kompetisi yang mereka dapat saat sekolah dan kuliah tidak banyak, tidak seperti pada zaman saya dulu. Sayang, kan, kalau potensinya banyak terus hilang begitu saja. Kita kumpulkan supaya mereka bisa lebih dapat jam terbang,” kata Batam, saat dihubungi, Minggu (18/10/2020), dari Jakarta.
Berdasarkan pertimbangan itu, Badan Tim Nasional (BTN) pun membentuk timnas muda. Mereka sudah mengumumkan 57 nama dari 15 provinsi untuk diseleksi. Bakat-bakat terbaik itu akan melakukan berbagai tahap seleksi hingga tersisa 16 pemain. Setelah itu, mereka direncanakan ikut serta pada IBL musim depan.
Tujuan jangka pendeknya, lulusan timnas muda bisa membantu tim senior di Piala Dunia 2023 saat Indonesia menjadi tuan rumah. Mereka dinilai sudah bisa melapisi atau melampaui para seniornya, seperti Andakara Prastawa dan Abraham Damar Grahita, dalam tiga tahun ke depan.
”Usia mereka, kan, 19-23 tahun. Pada 2023 sudah ada yang 26 tahun. Itu, kan, usia yang sangat produktif. Apalagi nanti Prastawa dan Abraham mungkin sudah 30 tahun pada 2023. Tentu ini agar kita bisa bersaing dengan negara lain yang juga terus mempersiapkan pemain mudanya,” kata Batam yang merupakan andalan timnas era 2000-an tersebut.
Proyek ini sejalan dengan program timnas senior yang dilatih Rajko Toroman. Timnas muda akan mengikuti sistem main ala Toroman yang bergaya Eropa. Gaya yang lebih mengandalkan agresivitas dan rotasi bola itu dinilai lebih cocok untuk negara-negara Asia dengan fisik lebih kecil.
Kompetisi yang mereka dapat saat sekolah dan kuliah tidak banyak, tidak seperti pada zaman saya dulu. Sayang, kan, kalau potensinya banyak terus hilang begitu saja.
Karena itu, timnas muda akan dipimpin langsung oleh pelatih kepala Youbel Sondakh, yang merupakan asisten Toroman di timnas senior. Youbel akan didampingi oleh dua sosok berpengalaman dalam dunia basket nasional, Andrie Ekayana dan Koko Heru.
Proyek timnas muda pernah dilakukan pada 2019. Hanya saja proyek itu hanya untuk pemain U-18 dan berlangsung singkat. Saat itu, mereka menggunakan nama Indonesia Warriors dan sempat mengikuti tiga seri IBL, sebelum akhirnya dibubarkan.
Beberapa pemain yang dipanggil ke timnas muda merupakan mantan Indonesia Warriors, antara lain Ali Bagir, Yesaya Saudale, dan Yudha Saputera. Mereka ditambah pemain-pemain muda IBL, seperti Antoni Erga dan Tifan Eka Pradita.
Yesaya, pebasket 20 tahun dari Universitas Pelita Harapan, mengaku sangat beruntung bisa bergabung di timnas muda. Apalagi jika berkesempatan tampil di IBL semusim. Dia akan mendapatkan jam terbang lebih banyak daripada hanya membela tim kampus di Liga Mahasiswa (Lima).
”Di Lima paling tanding di regional 5-6 kali dan di nasional 4-5 kali. Itu satu musim. Jadi, memang lebih banyak persiapannya daripada tandingnya. Pastinya semakin banyak jam terbang, semakin bisa meningkat kualitasnya. Apalagi lawannya hebat-hebat seperti di IBL,” kata Yesaya.
Belum pasti
Keinginan timnas muda mengikuti IBL belum bisa dipastikan penyelenggara. Sebab, musim depan mereka akan menghadapi kompetisi lebih besar dengan dua klub baru, West Bandits Solo dan Bali United. Sementara timnas senior yang turut serta musim lalu dengan nama Indonesia Patriots juga kemungkinan bergabung lagi.
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah menjelaskan, rencana ini belum dibicarakan lebih jauh oleh Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi). Karena itu, mereka juga belum bisa memberikan keputusan. Adapun wacana ini harus dibicarakan ke klub-klub terlebih dulu.
”Misalnya nanti, pemain yang dalam timnas muda itu, pemain yang di klub atau di luar klub. Kalau ada pemain yang di dalam klub pastikan harus berbicara dengan klub dulu. Sebab, pemain-pemain lain di klub juga masih dipanggil Indonesia Patriots,” katanya.
Seleksi pemain timnas muda sementara akan dilakukan lewat virtual. Tim pelatih akan memberikan materi latihan sekaligus menilainya. Setelah itu, mereka akan merampingkan skuad menjadi 24 pemain.
Jika sudah 24 pemain, mereka baru akan bergabung di suatu tempat dan mengadakan pelatnas. Dari jumlah tersebut, skuad dirampingkan lagi menjadi 16 pemain saat akan mengikuti kompetisi.
Adapun timnas muda ini dipilih dengan standardisasi khusus, salah satunya tinggi badan. Rata-rata tinggi mereka adalah 1,89 meter. Standar ini penting agar para pemain bisa bersaing di level Asia.