Menjadi seorang ibu tidak menghalangi Peres Jepchirchir untuk berprestasi. Pelari putri asal Kenya itu kembali memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri pada Kejuaraan Dunia Separuh Maraton di Gdynia, Polandia.
Oleh
KORANO NICOLASH LMS
·4 menit baca
Dalam waktu kurang dari 45 hari, pelari jarak jauh asal Kenya, Peres Jepchirchir, kembali memecahkan rekor dunia lari separuh maraton (half marathon) putri. Catatan waktu terakhir diraihnya pada momen yang tepat, yakni Kejuaraan Dunia Separuh Maraton di Gdynia, Polandia, 17 Oktober 2020, yang sekaligus mengukuhkannya sebagai pelari separuh maraton putri terbaik di dunia.
Pelari berusia 27 tahun ini menyelesaikan jarak 21,0975 kilometer dengan waktu tercepat, 1 jam 5 menit 16 detik. Dia mendahului dua pelari lain yang bersaing dengannya di kilometer terakhir, yakni Melat Yisak Kejeta, pelari Jerman kelahiran Etiopia, dan Yalemzerf Yehualaw (Etiopia). Kejeta meraih perak dengan waktu 1 jam 5 menit 18 detik. Yehualaw yang finis satu detik kemudian meraih medali perunggu.
”Sulit dipercaya. Tujuan saya memang memenangi kejuaraan ini. Saya tidak menyangka akhirnya mencapai garis finis dengan memecahkan rekor dunia,” tutur Jepchirchir.
Jepchirchir memecahkan rekor dunia separuh maraton atas namanya sendiri yang dibukukan pada 5 September 2020 pada ajang lari separuh maraton khusus putri di Praha, Ceko, dengan waktu 1 jam 5 menit 34 detik.
Nama Jepchirchir mulai dikenal dunia saat memenangi Kejuaraan Dunia Separuh Maraton 2017 di Cardiff, Wales, pada keikutsertaannya yang pertama. Namanya semakin bersinar saat mengikuti Kejuaraan Half Marathon Ras al-Khaimah, Uni Emirat Arab, 10 Februari 2017. Dalam kejuaraan yang menyatukan pelari putra dan putri dalam satu lomba itu, Jepchirchir membuat kejutan dengan menjadi pelari tercepat di bagian putri dan mencatat waktu 1 jam 5 menit 6 detik.
Rekor dunia separuh maraton putri dalam lomba gabungan putri dan putra ini sudah dipecahkan oleh pelari Etiopia, Ababel Yeshaneh Birhane, pada ajang yang sama tahun 2019, dengan waktu 1 jam 4 menit 31 detik. Waktu yang diraih bisa lebih cepat daripada lomba khusus putri karena para pelari putri bisa berlari mengikuti kecepatan pelari putra.
Adapun Kejuaraan Dunia Separuh Marathon di Gdynia yang diselenggarakan oleh Atletik Dunia, nama baru federasi atletik internasional, memisahkan lomba lari untuk putra dan putri. Selain melombakan nomor perseorangan, ajang ini juga melombakan nomor beregu.
Setelah membuktikan diri sebagai yang terbaik di nomor separuh maraton, Jepchirchir masih memiliki mimpi lain di nomor yang lebih jauh. Seperti dikutip laman Atletik Dunia (worldatlhetics.co.id), Jepchirchir mengatakan musim lombanya tahun ini belum berakhir.
”Saya masih memiliki agenda untuk bertarung di Maraton Valencia yang akan berlangsung Desember nanti,” katanya. ”Saya masih harus mempersiapkan diri. Kemenangan ini memberikan banyak hal pada saya, dan saya berusaha untuk berlari 2 jam 17 menit atau 2 jam 18 menit pada nomor maraton nanti.”
Ibu satu anak ini mengakui, pandemi Covid-19 memengaruhi latihan yang dilakukannya. ”Pandemi ini menyulitkan dan memengaruhi banyak orang meski saya tetap berusaha berlatih. Saya tidak menghentikan waktu berlatih saya karena saya tengah berusaha untuk mencapai waktu yang saya inginkan,” ujar Jepchirchir.
Jepchirchir, yang di Gdynia kali ini hanya turun pada nomor perseorangan, mengaku sangat senang dengan hasil yang ia raih, yang diperolehnya setelah melahirkan putrinya pada Oktober 2017. ”Saya sangat senang dengan hasil ini. Hadiah ini untuk semua warga Kenya, untuk keluarga saya. Seminggu ke depan saya akan beristirahat, baru setelah itu berlatih lagi untuk mempersiapkan diri ke Valencia.”
Bersaing
Ketika para peserta dilepas pagi hari di tengah terpaan angin dingin di kota yang terletak di tepi Laut Baltik ini, rombongan terdepan yang terdiri atas 13 pelari putri telah menyelesaikan 5 km pertama dengan waktu 15 menit 20 detik. Selepas jarak 10 km yang diselesaikan dengan waktu 30 menit 47 detik, tinggal 7 pelari yang bersaing. Kelompok ini terus bertahan setelah menyelesaikan jalur mendaki jelang 15 km, yang dilewati dengan waktu 46 menit 42 detik.
Memasuki menit ke-50, terjadi insiden saat sesama pelari Kenya, Joyciline Jepkosgei, tersandung kaki Ababel Yeshaneh. Kedua pelari ini terjatuh, dan Jepchirchir yang berada tepat di belakang mereka harus melompat untuk menghindari keduanya. Insiden ini sempat mengganggu irama lari Jepchirchir, yang berhenti sejenak dan menoleh ke belakang untuk melihat kondisi rekannya.
”Saya terpengaruh dan sempat menunggu Joyciline untuk menyusul. Namun, akhirnya saya mendengar dia berbicara, ’Peres, lari terus, saya menyusul,’ jadi saya terus berlari,” ujarnya.
Jepchichir mengejar pelari terdepan, dan memasuki 1 km terakhir, dia tinggal bersaing dengan Kejeta dan Yehualaw. Pelari Kenya itu pun melaju menuju finis dan jatuh bersimpuh tak mampu menahan haru setelah melewati pita bertuliskan”rekor dunia” di garis finis.
Adapun medali emas di bagian putra direbut pelari Uganda, Jacob Kiplimo, dengan waktu 58 menit 49 detik. Posisi kedua ditempati Kibiwott Kandie (Kenya, 58 menit 54 detik) dan urutan ketiga oleh Amedework Walelegn (Etiopia, 59 menit 8 detik).
Sementara itu, tim terbaik putra diraih Kenya dengan waktu gabungan 2 jam 58 menit 10 detik. Tim Etiopia meraih medali emas beregu putri dengan waktu 3 jam 16 menit 39 detik.