Balapan pertama di Aragon berubah menjadi bencana bagi Fabio Quartararo akibat tekanan ban yang sangat tinggi seiring dengan jumlah putaran yang dijalani. Quartararo pun tergusur dari puncak klasemen pebalap MotoGP.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
ALCANIZ, MINGGU — Fabio Quartararo mengawali balapan seri kesepuluh MotoGP di Motorland Aragon, Spanyol, dengan optimisme tinggi. Berbekal pace yang bagus selama sesi latihan dan posisi start terdepan membuka lebar pintu kemenangan. Namun, hari yang terlihat sempurna itu berubah menjadi bencana bagi pebalap Petronas SRT Yamaha tersebut. Tekanan ban depannya menjadi semakin tinggi sejak lap ketiga dan posisinya pun terus merosot hingga finis di urutan ke-18.
Quartararo gagal meraih poin dan membuat dirinya kehilangan posisi puncak klasemen yang direbut pesaing terdekatnya, Joan Mir. Pebalap tim Suzuki Ecstar itu finis ketiga dan kini memuncaki klasemen dengan 121 poin, unggul enam poin atas Quartararo di posisi kedua dengam 115 poin. Quartararo masih bisa sedikit lega karena bukan Mir yang memenangi balapan, tetapi rekan satu timnya, Alex Rins, sehingga selisih poin tidak terlalu lebar.
Selisih enam poin masih membuka lebar perubahan klasemen dengan sisa empat balapan. Persaingan bukan hanya antara Mir dan Quartararo, tetapi juga melibatkan pebalap posisi ketiga, Maverick Vinales (Monster Energy Yamaha, 109 poin), dan Andrea Dovizioso (Ducati, 106 poin). Rentang 15 poin di antara keempat pebalap itu menjadikan persaingan juara akan ditentukan pada seri terakhir di Portimao, Portugal, pada 22 November.
”Hari ini adalah hari bencana, tetapi ini bisa semakin buruk jika Mir menang, Maverick kedua, dan Dovi ketiga,” ujar Quartararo saat konferensi pers.
”Dalam situasi negatif, kami perlu memikirkan hal-hal positif kecil yang kami miliki hari ini, yaitu Alexes (Alex Rins dan Alex Marquez/Repsol Honda) finis di depan Joan,” lanjut Quartararo.
Pebalap muda asal Perancis itu mengawali balapan dengan kurang sempurna karena kehilangan posisi terdepan di tikungan pertama. Vinales, yang start kedua, melesat ke depan meninggalkan Quartararo yamg bertarung dengam rekan satu timnya, Franco Morbidelli, serta terus ditekan oleh pebalap Pramac Ducati, Jack Miller. Rins yang start dari posisi ke-10 juga terus mendekat setelah start brilian hingga di posisi lima pada tikungan pertama. Quartararo sempat bersaing ketat hingga lap ketiga, tetapi kemudian dia kesulitan mengendalikan kemudi karena tekanan ban depan terus meningkat.
Kami perlu memikirkan mengapa tekanan ban depan menjadi tidak terkendali, tidak wajar. Ini juga aneh.
”Kami perlu memikirkan mengapa tekanan ban depan menjadi tidak terkendali, tidak wajar. Ini juga aneh. Kami memiliki pace untuk bersaing, saya tidak mengatakan kemenangan atau podium, tetapi posisi lima atau enam besar,” ujar Quartararo.
”Itu akan sangat bagus, tetapi seperti saya katakan, ban depan tidak bisa dikendalikan dan kami tidak tahu mengapa. Ini sesuatu yang perlu kami (selidiki) untuk balapan kedua (di Aragon),” kata Quartararo.
Anomali tekanan ban depan itu, menurut Quartararo, bukan akibat penggunaan ban depan medium, tidak seperti Vinales yang menggunakan ban depan berkompon lunak. Vinales yang juga memacu YZR-M1 2020 finis keempat.
”Bukan, bagi saya pilihan ban sudah tepat karena pada tiga lap awal sempurna. Saya mendapatkan feeling yang sangat bagus dan saya membalap dengan waktu 48,6 hingga 48,5 (detik) yang tidak pernah saya lakukan sepanjang akhir pekan dan feeling dengan ban depan, bahkan lebih baik dibandingkan dengan ban lunak. Tetapi, masalahnya adalah mulai lap ketiga tekanan ban depan sudah jauh lebih tinggi dari normal,” jelas Quartararo.
”Jadi, Anda bisa bayangkan di tengah balapan seberapa besar tekanannya, saya tidak bisa menyebutkan angka, tetapi itu jelas di luar kendali dan kami tidak pernah membalap dalam kondisi seperti ini,” kata Quartararo.
”Biasanya kami selalu mengalami sedikit peningkatan (tekanan), tetapi tidak sebesar itu. Itu di luar kewajaran. Kami tidak pernah mengalami itu tahun lalu, bahkan tidak pernah setengah dari yang kami alami hari ini,” kata pebalap berusia 21 tahun tersebut.
”Akibatnya, saya tidak bisa mengerem, tidak bisa berbelok, tidak bisa memiringkan motor. Itulah mengapa saya terlalu melebar dan tidak bisa menghentikan motor. Ini sulit dipahami dan tim saat ini menyelidiki penyebabnya dan kami perlu mengetahui dengan tepat apa masalahnya,” kata Quartararo.
Terkait persaingan juara, Quartararo mengaku dirinya tidak dalam tekanan. Saat ini tekanan ada pada para pesaingnya yang merupakan pebalap tim pabrikan. ”Tekanan tidak benar-benar pada saya. Saya memimpin kejuaraan, tetapi tim saya baru lahir tahun lalu, ini tahun kedua saya, saya tidak di dalam tim pabrikan. Tekanan ada pada para pebalap pabrikan. Jadi, saya merasa baik-baik saja, hanya balapan yang sulit dengan masalah teknikal. Tetapi, saya merasa oke. Ini bisa lebih buruk,” kata Quartararo yang optimistis masih bisa bersaing dalam empat seri tersisa.