Maverick Vinales sering tampil meyakinkan dalam sesi latihan, tetapi kemudian merosot saat balapan. Pebalap Yamaha itu tampil dominan dalam dua latihan di Aragon, Jumat. Hal ini bisa jadi modal kuatnya meraih kemenangan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
ALCANIZ, JUMAT – Kondisi aspal yang sangat dingin di Motorland Aragon, Spanyol, menjadi masalah besar bagi para pebalap MotoGP. Mereka berlomba dengan waktu untuk menemukan setelan motor yang seimbang, tanpa terlalu banyak mengorbankan kecepatan. Para pebalap Yamaha dan Suzuki menjadi favorit mendominasi balapan seri kesepuluh ini, sedangkan empat pemacu Ducati kesulitan mengeksploitasi kekuatan Desmosedici.
Dua sesi latihan bebas di Aragon, Jumat (16/10/2020), sempat ditunda 30 menit karena trek terlalu dingin, yaitu delapan derajat Celcius. Sesi latihan pertama (FP1) bergulir pada temperatur aspal antara 10-12 derajat Celcius. Temperatur permukaan aspal berubah cukup drastis pada sesi latihan kedua (FP2), menjadi 24 derajat Celcius. Situasi ini akan mirip dengan FP3 pada Sabtu. Para pebalap yang bisa mencetak pace cepat pada FP2 menjadi favorit untuk mengisi kuota 10 pebalap yang langsung lolos ke sesi kualifikasi kedua (Q2).
Pebalap yang difavoritkan meraih hasil terbaik saat kualifikasi adalah Maverick Vinales. Ia selalu tampil sebagai yang tercepat pada FP1 dan FP2. Pada FP1, dia menjadi pebalap pertama yang bisa melewati waktu 1 menit 50 detik. Pebalap tim Monster Energy Yamaha itu juga bisa menghindari diri dari potensi terjatuh, meskipun sempat kehilangan cengkeraman ban depan di tikungan 14. Performa Vinales berlanjut hinga FP2 dengan mencetak waktu tercepat 1 menit 47,771 detik.
“Ini sirkuit yang saya sukai, salah satu favorit saya. Saya biasanya membalap dengan baik di sini. Saya akan mengerahkan segalanya akhir pekan ini. Ini seperti Grand Prix kandang bagi saya. Tahun lalu, saya hampir meraih podium dan saya pikir kami bisa tampil bagus kali ini,” tegas Vinales dikutip dari laman resmi MotoGP.
Pebalap asal Spanyol itu sering tampil meyakinkan saat sesi latihan dan kualifikasi. Dia juga beberapa kali meraih posisi start di baris depan, tetapi gagal tampil maksimal saat balapan. Salah satu balapan yang mengecewakan adalah seri San Marino. Kala itu, ia start terdepan, tetapi hanya bisa finis keenam karena salah memilih ban, yaitu berkompon keras. Dia kini perlu menjaga konsistensi hingga balapan untuk memperlebar peluangnya meraih gelar juara musim ini.
Performa meyakinkan
Performa Vinales pada FP2 sangat meyakinkan dengan mengungguli dua pebalap Petronas SRT Yamaha, Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli, yang berada di posisi kedua dan ketiga. Vinales unggul 0,249 detik dari Quartararo dan 0,447 detik dari Morbidelli. Kedua pebalap tim satelit itu juga berada di urutan kedua dan ketiga pada FP1, hanya bertukar posisi.
“Saya pikir, potensi motor Yamaha 2020 sesuai dengan (karakter sirkuit) Aragon, bahkan lebih baik dari motor tahun lalu. Jadi, saya berharap (hasilnya) lebih baik dibandingkan tahun lalu. Kami memiliki potensi yang sangat besar. Saya merasa kuat dan akan melakukan yang terbaik untuk bisa sekencang mungkin,” tegas Quartararo.
Di bawah mereka ada pebalap muda Suzuki, Joan Mir, yang menjadi pesaing terdekat Quartararo di klasemen sementara. Mir kini berada di urutan kedua dengan koleksi 105 poin. Ia hanya terpaut 10 poin dari Quartararo di puncak klasemen. Mir, yang finis di posisi ke-11 di Le Mans, masih berjuang memperbaiki hasil kualifikasi untuk meraih posisi start di baris terdepan maupun kedua.
Jika bisa start dari posisi depan, dia akan memiliki peluang meraih kemenangan pertama di MotoGP. Musim ini, Mir empat kali naik podium, yaitu tiga kali di posisi kedua dan sekali di posisi ketiga.
Pesaing terkuat Quartararo
Mir saat ini menjadi pesaing terkuat para pebalap Yamaha, terutama Quartararo dan Vinales yang berada di posisi keempat dengan 96 poin. Adapun pebalap di posisi ketiga klasemen, Andrea Dovizioso (97 poin), mengalami kesulitan di Aragon. Dia belum menemukan setelan tepat untuk meningkatkan daya cengkeram ban.
Situasi itu serupa ketiga pemacu Ducati Desmosedici, yaitu Danilo Petrucci, Jack Miller, dan Francesco Bagnaia. Keempat pebalap itu hanya menempati posisi ke-13 hingga ke-16 pada FP2.
Hasil itu menjadi pertanda buruk bagi Ducati, karena kondisi FP2 diprediksi sama dengan FP3 pada Sabtu. Padahal, FP3 menjadi penentu 10 pebalap yang lolos ke Q2. Jika mereka tidak bisa meraih posisi start di baris depan saat kualifikasi, peluang meraih podium akan sangat tipis. Pukulan berat akan dialami oleh Dovizioso jika itu terjadi. Dia berpotensi terlempar dari posisi tiga besar jika gagal meraih banyak poin dalam dua balapan di Aragon.
Saya pikir, potensi motor Yamaha 2020 sesuai dengan (karakter sirkuit) Aragon, bahkan lebih baik dari motor tahun lalu.(Fabio Quartararo)
Sebelumnya, Dovizioso berharap bisa meraih hasil bagus di Aragon karena dia selalu finis kedua pada 2018 dan 2019. “Tahun lalu, saya bisa meraih podium di sana. Meskipun di atas kertas kami bukan unggulan di trek ini, saya yakin kami bisa memiliki sejumlah peluang dengan mengeksploitasi kekuatan Desmosedici kami,” tegas pebalap berusia 34 tahun itu kepada La Gazetta dello Sport.
Aragon memang bukan sirkuit yang mudah bagi Ducati. Mereka hanya sekali menang di sana melalui Casey Stoner pada 2010. Stoner kembali meraih kemenangan pada 2011 bersama Honda. Para pebalap Honda juga mendominasi Aragon, yaitu Dani Pedrosa menjadi juara 2012,dan Marc Marquez pada 2013 dan 2016-2019. Sedangkan, sejak 2011, Yamaha dua kali meraih kemenangan di sana melalui Jorge Lorenzo pada 2014 dan 2015.