Tim-tim besar Eropa masih harus menentukan nasibnya lolos ke semifinal pada dua putaran terakhir penyisihan grup Liga Nasional Eropa, November mendatang. Kekuatan tim yang merata membuat persaingan kini lebih ketat.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Laga-laga Liga Nasional Eropa hingga Kamis (15/10/2020) dini hari WIB terus menyajikan berbagai kejutan. Tim-tim yang sebelumnya tampil cemerlang mendadak loyo. Sebaliknya, tim-tim yang sempat kehilangan arah kini mulai menebar ancaman.
Tak pelak, persaingan di fase penyisihan grup musim 2020-2021 ini bakal tetap panas hingga laga-laga pamungkas kompetisi dua tahunan antarnegara di Eropa tersebut.
Sebanyak 16 tim yang terbagi dalam empat grup di Liga A masih memiliki dua laga tersisa yang dijadwalkan berlangsung pada pertengahan November mendatang. Liga Nasional Eropa dibagi dalam empat divisi, yaitu dari Liga A hingga Liga D. Liga A diisi tim-tim papan atas, seperti Belgia, Portugal, Perancis, Spanyol, dan Italia.
Adapun semakin ke bawah, di Liga D misalnya, kompetisi itu diisi tim-tim kecil Eropa, seperti Malta dan San Marino. Kompetisi yang dimulai 2018 itu digelar untuk menggantikan laga-laga uji coba atau persahabatan antartim nasional di Eropa. Empat tim terbaik di tiap-tiap grup Liga A akan melaju ke semifinal untuk memperebutkan trofi. Musim lalu, gelar juara dipegang Portugal.
Di Liga A musim ini, persaingan untuk menjuarai grup dan meraih tiket ke semifinal masih terbuka bagi tiga tim di Grup A1, A2, dan A4. Sementara di Grup A3, hanya Portugal dan Perancis yang masih berpeluang menjuarai grup karena masing-masing memiliki 10 poin. Eslandia menjadi satu-satunya tim yang sudah pasti terdegrasi ke Liga B karena telah menelan empat kali kekalahan.
Persaingan ketat salah satunya terjadi di Grup A2. Hal itu tidak terlepas dari kejutan takluknya tim unggulan, Inggris, oleh Denmark, 0-1, di Stadion Wembley, Kamis dini hari WIB. Padahal, pada laga sebelumnya, Inggris menumbangkan tim peringkat pertama daftar tim terbaik dunia FIFA, Belgia, 2-1.
Kekalahan ini membuat Inggris terjatuh ke peringkat ketiga dengan koleksi tujuh poin. Mereka kalah selisih gol dari tim peringkat kedua, Denmark, yang mengemas poin sama, yaitu tujuh. Adapun Belgia berada di puncak klasemen grup itu dengan koleksi sembilan poin.
Ketiga tim besar itu memiliki peluang serupa untuk lolos ke semifinal. Khusus Inggris, nasib mereka akan ditentukan pada dua laga ke depan, salah satunya pada laga pertemuan kedua versus Belgia.
Indisipliner Inggris
Pelatih tim nasional Inggris Gareth Southgate menilai, kekalahan dari Denmark di Wembley tidak terlepas dari sikap indisipliner para pemainnya. Petaka Inggris berawal ketika bek Harry Maguire bermain sangat ceroboh sehingga diusir wasit akibat menerima dua kartu kuning. Ketika Inggris bermain dengan 10 orang, Denmark unggul melalui tendangan penalti Christian Eriksen.
Pemain Inggris lainnya, Reece James, juga mendapat kartu merah setelah memprotes wasit saat laga hampir berakhir. Untuk pertama kalinya dalam 148 tahun, Inggris harus kehilangan dua pemain akibat diganjar kartu merah dalam satu laga.
”Kami selalu membahas masalah kedisiplinan karena kami tahu sikap tidak disiplin bisa merugikan tim,” kata Southgate kecewa, seusai laga tersebut.
Kejutan Belanda
Duel penentuan pada November mendatang juga akan terjadi di Grup A1, yaitu ketika Italia akan bertemu lagi dengan Polandia. Italia, yang kini berada di peringkat kedua dengan enam poin, bertekad mengalahkan Polandia, pemuncak klasemen dengan tujuh poin.
Italia gagal memuncaki Grup A1 karena tersengat kejutan Belanda. Mereka ditahan 1-1 oleh Belanda, tim yang mulai tampil impresif di tangan pelatih barunya, Frank de Boer, pada laga di Bergamo, Italia, kemarin.
Italia unggul lebih dulu berkat gol Lorenzo Pellegrini. Akan tetapi, Belanda bisa menyamakan kedudukan melalui Donny van de Beek pada menit ke-25.
Italia kesulitan menembus pertahanan tamunya, Belanda, yang menerapkan taktik berbeda. De Boer, yang biasanya menggunakan formasi 4-3-3, di luar dugaan memilih pola defensif, 5-3-2.
”Mungkin ini pertama kali dalam sejarah, Belanda memakai bek tambahan untuk melawan Italia. Artinya, mereka melihat kami sebagai lawan yang berat,” kata pelatih timnas Italia Roberto Mancini dikutip Football-Italia.
Meskipun imbang, Mancini bangga melihat perkembangan signifikan di dalam timnya. Sementara itu, meskipun kecewa belum mampu menang perdana, De Boer juga berusaha melihat sisi positif dari laga itu.
”Sisi positifnya adalah jika terus bermain seperti ini, kami akan semakin percaya diri dan memiliki masa depan lebih cerah,” ujar De Boer.
Mungkin ini pertama kali dalam sejarah, Belanda memakai bek tambahan untuk melawan Italia. (Roberto Mancini)
Tanpa Ronaldo
Pada laga lain di Stadion Jose Alvalade, Lisabon, timnas Portugal melibas Swedia, 3-0. Hasil laga ini semakin membuktikan bahwa Portugal tetap tangguh meski tidak diperkuat Cristiano Ronaldo, bintangnya yang harus menjalani karantina karena positif Covid-19.
Hasil laga itu merupakan kemenangan kedua Portugal tanpa Ronaldo. September lalu, Portugal juga menang atas Kroasia, 4-1, ketika Ronaldo mengalami infeksi pada jari kaki.
”Dengan Ronaldo, permainan tim akan lebih baik. Akan tetapi, kami punya kemampuan, kualitas, dan strategi untuk menghadapi siapa pun dengan pemain mana pun,” kata Fernando Santos, pelatih Portugal.
Tanpa Ronaldo, Portugal masih punya Diogo Jota yang mencetak dua gol ke gawang Swedia. Adapun satu gol lainnya dicetak Bernardo Silva. November nanti, Portugal juga akan menjalani laga penentuan, yaitu duel pertemuan kedua dengan Perancis. (AP/AFP/REUTERS)