Liga 1 Terancam Semakin Tertinggal di Asia Tenggara
Kejelasan nasib Liga 1 2020 penting agar klub tidak semakin menderita secara finansial. Kevakuman liga akan membuat klub sulit berkompetisi di kompetisi antarklub Asia musim depan.
Belum jelasnya nasib Liga 1 musim luar biasa 2020 menunjukkan anomali bagi bangsa Indonesia. Meskipun banyak pihak mengakui sepak bola sebagai olahraga yang digandrungi jutaan orang di Tanah Air, sepak bola belum mampu jalan beriringan dengan kepentingan lain di negeri ini, yakni politik.
Di tengah pandemi Covid-19 yang memasuki bulan ketujuh, Liga 1 masih kalah pamor dibandingkan dengan Pilkada 2020. Kepolisian Negara RI lebih legawa mengeluarkan izin keramaian bagi perhelatan kampanye pemilihan calon pemimpin di 270 daerah.
Baca juga : Polri Tetap Tidak Beri Izin Keramaian Liga 1
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), PT Liga Indonesia Baru (LIB), dan 18 klub Liga 1 telah setuju kompetisi dimulai kembali pada 1 November. Penyesuaian pun dilakukan 18 klub bersama PT LIB agar bisa menjalankan kembali kompetisi. Klub melakukan tes cepat dan tes usap kepada pemain dan pelatih. PT LIB juga telah membuat satuan tugas Covid-19 untuk memastikan protokol kesehatan dipatuhi oleh semua klub ketika liga, yang dipusatkan di Pulau Jawa, berjalan. Namun, rencana itu terancam batal karena Polri tetap menolak mengeluarkan izin keramaian untuk laga sepak bola.
Komunikasi lintas institusi menjadi kunci bagi pelaksanaan kompetisi sepak bola di masa darurat saat ini. Liga di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina, bisa tetap digelar setelah federasi dan operator liga mendapat izin dari pemerintah pusat.
Manajer Persebaya Surabaya Candra Wahyudi berharap PSSI segera berkomunikasi dengan Polri untuk memastikan status izin keramaian Liga 1 2020. ”Klub sudah berbulan-bulan terombang-ambing dalam ketidakpastian kompetisi. Semakin lama situasi tidak pasti, beban finansial klub akan semakin besar,” kata Candra yang dihubungi dari Jakarta, Rabu (14/10/2020).
Nasib Liga 1 yang belum pasti membuat sejumlah klub, terutama tim luar Pulau Jawa, hanya melakukan persiapan tanpa bisa memastikan kapan bisa bertanding. ”Kami tetap berlatih. Latihan baru dihentikan apabila ada perintah berhenti dari manajemen,” kata Pelatih Persipura Jayapura Jacksen F Tiago yang telah satu bulan bersama timnya berlatih di Malang, Jawa Timur.
Tidak ideal
Di luar sisi perizinan dan kesehatan, PT LIB dan PSSI juga belum menyiapkan Liga 1 secara ideal. Berbeda dengan liga lain di kawasan, yang menyusun jadwal penyesuaian dengan mempertimbangkan kompetisi antarklub Asia, Liga 1 2020 justru menjadi satu-satunya liga yang belum menentukan jatah klub untuk Piala AFC 2021. Setelah Piala AFC 2020 dibatalkan, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) merencanakan kualifikasi Piala AFC 2021 bergulir Januari 2021.
Dibandingkan dengan musim 2020, jatah Liga 1 berkurang musim depan. Di musim ini, klub Indonesia berhak mendapatkan satu slot babak kualifikasi Liga Champions Asia dan satu jatah di babak kualifikasi Piala AFC.
Kondisi itu disebabkan penurunan peringkat Liga 1 di koefisien kompetisi Asia yang dikeluarkan AFC. Pada tahun 2019, Liga 1 berada di peringkat ke-28 sehingga hanya berhak mendapat satu tiket fase grup Piala AFC dan satu tiket babak kualifikasi Piala AFC musim 2021-2023. Liga 1 hanya menjadi kompetisi nomor tujuh di Asia Tenggara, kalah dari Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Myanmar.
Pelaksana Tugas Sekjen PSSI Yunus Nusi menjelaskan, Liga Champions Asia hanya diberikan kepada liga di peringkat ke-1 hingga ke-12 Asia. Atas dasar itu, jatah Liga Champions Asia yang selalu dimiliki Liga Indonesia dua dekade terakhir dipastikan hilang.
Klub sudah berbulan-bulan terombang-ambing dalam ketidakpastian kompetisi. Semakin lama situasi tidak pasti, beban finansial klub akan semakin besar.
”Kami berkomunikasi dengan AFC terkait masalah pendaftaran. PSSI selalu berkomunikasi dengan AFC terkait masalah kompetisi musim ini. Mereka (AFC) memahami kondisi saat ini,” ucap Yunus.
Adapun PSSI telah mengirimkan surat resmi kepada 18 klub Liga 1 untuk segera mengumpulkan persyaratan lisensi klub AFC musim 2021. Hal itu merupakan persyaratan awal untuk bisa berlaga di kompetisi antarklub Asia. Semua klub memiliki tenggat pengumpulan berkas pada akhir November 2020.
PSM Makassar, salah satu wakil Indonesia di Piala AFC 2020, memastikan telah menerima surat PSSI itu. Seperti dalam tiga musim terakhir, PSM berambisi kembali lolos dalam persyaratan sebagai wujud pengakuan profesionalitas klub sepak bola di kawasan Asia.
”Kami akan terus memenuhi persyaratan lisensi itu seperti di musim-musim sebelumnya,” ujar Sulaiman Abdul Karim, Media Officer PSM.
Baca juga : Pesepak Bola Kini di Titik Paling Merana
Bagi Persiraja Banda Aceh yang baru menjalani musim perdana di Liga 1, lisensi AFC itu menjadi ambisi klub. Manajer Persiraja Rahmat Djailanimengatakan, pihaknya selalu berusaha meningkatkan kompetensi Persiraja.
”Itu tidak hanya untuk memenuhi permintaan AFC, tetapi semua klub profesional, termasuk Persiraja, harus menuju ke arah sana,” kata Rahmat.
Mantan Koordinator Tim Verifikasi Liga 1 2020 Badan Olahraga Profesional Indonesia Eko Noer Kristiyanto menilai, tidak berjalannya kompetisi musim ini akan menyulitkan klub untuk memenuhi persyaratan lisensi AFC 2021. Untuk kompetisi antarklub AFC 2020, hanya 9 klub yang lolos proses verifikasi AFC dari 18 klub yang berkompetisi di Liga 1 2019.
”Pemenuhan aspek finansial akan menjadi kendala utama klub,” kata Eko.
Pengaruhi prestasi
Terakhir kali tim Indonesia berlaga di fase grup Liga Champions Asia terjadi pada musim 2011. Kala itu, Arema menjadi juru kunci Grup G yang dihuni wakil Korea Selatan, Jeonbuk Motors; klub Jepang, Cerezo Osaka; serta duta China, Shandong Luneng. Dari enam laga, tim ”Singo Edan” Arema hanya mampu meraih satu poin.
Keikutsertaan Indonesia di fase grup Liga Champions Asia pada dekade pertama abad ke-21 tidak lepas dari peringkat koefisien Liga Super Indonesia di posisi kedelapan. Itu adalah posisi terbaik Liga Indonesia dalam rapor kompetisi nasional di tingkat Asia.
Ketika Liga Indonesia masuk 10 besar liga terbaik Asia, prestasi tim nasional Indonesia menunjukkan capaian yang lebih baik dibandingkan dengan satu dekade terakhir. Pada periode 1996 hingga 2007, tim ”Garuda” empat kali berturut-turut bermain di Piala Asia.
Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara, meskipun belum pernah meraih gelar juara, pada periode 2000 hingga 2010, Indonesia empat kali menjadi runner-up Piala AFF. Kemudian, pada 2012 hingga 2018, Indonesia hanya satu kali menembus babak semifinal dan mengakhiri turnamen meraih medali perak pada Piala AFF edisi 2016.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menekankan, Liga 1 2020 perlu dilanjutkan di masa pandemi ini untuk menunjang timnas. Tahun depan, Indonesia akan menghadapi sejumlah turnamen penting, mulai dari Piala Dunia U-20, Piala AFF, hingga SEA Games.
Namun, tidak adil rasanya apabila hanya membebankan prestasi timnas pada Liga 1 2020. Pemangku kepentingan sepak bola nasional perlu menyusun kompetisi lebih matang agar Liga 1 tidak semakin tertinggal di Asia Tenggara. Apabila pamor liga semakin merosot di kawasan, sulit rasanya harapan agar tim Garuda berprestasi dapat terwujud dalam waktu dekat.