Sukses Rafael Nadal menyamai Roger Federer meraih gelar Grand Slam ke-20 menandai babak baru persaingan dua sahabat ini. Mereka menikmati persaingan tak sekadar menang-kalah, tetapi saling menghormati.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Segera setelah Rafael Nadal menyamai prestasi Roger Federer dengan meraih 20 gelar juara Grand Slam, satu pertanyaan muncul. ”Bagaimana kelanjutan persaingan dua rival terbaik di arena tenis itu?”
Nadal menambah koleksi trofi Grand Slam dengan menjuarai Perancis Terbuka, 27 September-11 Oktober. Pada laga final di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Minggu (11/10/2020), petenis Spanyol itu mengalahkan Novak Djokovic, 6-0, 6-2, 7-5.
Gelar ke-13 Perancis Terbuka yang diraih tanpa kehilangan satu set pun dalam tujuh babak itu kian menegaskan statusnya sebagai ”Raja Lapangan Tanah Liat”. Namanya sejajar dengan Federer, yang lebih dulu mendapat gelar ke-20 ketika menjuarai Australia Terbuka 2018. Menyusul di belakang mereka Djokovic dengan 17 gelar Grand Slam.
”Saya selalu sangat menghormati teman saya, Rafa, sebagai pribadi dan sebagai seorang juara. Sebagai rival terbesar saya bertahun-tahun, saya yakin kami telah saling memotivasi untuk menjadi pemain yang lebih baik. Oleh karena itu, merupakan kehormatan bagi saya untuk memberi selamat atas kemenangan Grand Slam ke-20”.
Ucapan tersebut diunggah Federer dalam akun media sosialnya begitu Nadal juara. Dia mengunggahnya dengan foto dirinya bersama Nadal di Cape Town, Afrika Selatan, Februari. Saat itu, mereka tampil dalam pertandingan amal yang diselenggarakan Yayasan Roger Federer.
Federer tak berada di Paris, pekan lalu, juga, di New York, Amerika Serikat, ketika Grand Slam AS Terbuka digelar pada 31 Agustus-13 September. Dia telah mengakhiri musim 2020 sejak Juni karena menjalani operasi lutut kanan.
Meski rekor sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak disamai rivalnya, Federer memberinya pujian. Dia bahkan berharap perjalanan mereka berlanjut. ”Saya berharap 20 hanyalah menjadi angka yang menandai langkah berikutnya dalam perjalanan kami,” katanya.
Persaingan kedua petenis, yang kemudian mendapat julukan ”Fedal” dari penggemar mereka, itu dimulai pada 2004. Lima belas tahun kemudian, mereka telah bersaing 40 kali. Nadal unggul 24-16, tetapi tujuh kali kalah dalam delapan pertemuan terakhir.
Maestro tenis asal Swiss itu telah berusia 39 tahun dan memasuki tahun ke-22 di arena tenis profesional. Namun, belum sekali pun dia berbicara tentang rencana pensiun. Federer bahkan telah menatap musim 2021 dan menargetkan bisa tampil pada Australia Terbuka meski belum bisa menjalani program latihan dengan raket secara penuh.
Saya berharap 20 hanyalah menjadi angka yang menandai langkah berikutnya dalam perjalanan kami.
”Saat ini, fokus saya ialah meningkatkan stamina dan kekuatan. Saya tak memberi diri sendiri beban besar dan akan kembali ke turnamen ketika siap seratus persen. Semoga saya bisa kembali ke Melbourne, Januari,” tuturnya.
Rasa hormat
Nadal pun menikmati semua bentuk hubungan dengan Federer. Ketika diminta menjelaskan ikatannya dengan Federer, dalam wawancara dengan CBS, Nadal mengatakan, ”Saya pikir, kami memiliki berbagai bentuk hubungan. Kami memiliki persaingan intens sepanjang karier, persaingan yang diiringi rasa hormat. Kami juga telah mencapai satu tahap lain dalam hidup, yaitu menilai persaingan ini tak sebatas persoalan menang”.
Atas dasar itulah, Nadal tak ingin terobsesi meraih Grand Slam terbanyak ketika suatu saat mengakhiri karier yang dijalani sejak 2001. ”Tentu saja, saya ingin menambah gelar lagi, tetapi saya tak ingin selalu berpikir, Novak telah meraih ini, atau Roger telah menjuarai itu. Anda tak bisa selalu merasa sengsara ketika tetangga Anda memiliki rumah atau perahu lebih besar, atau ponsel yang lebih bagus,” katanya.
Nadal tak memungkiri, rekor yang telah dibuatnya untuk menyamai Federer sangat berharga. Rekor gelar Grand Slam menjadi referensi yang sangat berarti karena melibatkan tiga petenis yang masih aktif pada tunggal putra.
Hal ini berbeda dengan Serena Williams yang hanya melawan dirinya sendiri untuk menyamai rekor Margaret Court dengan 24 gelar. Di bawah Serena (23 gelar), ada kakaknya, Venus, dengan jumlah terpaut jauh, tujuh gelar.
Berbeda dengan Djokovic, yang beberapa kali mengungkapkan target menjadi juara Grand Slam terbanyak, dan petenis nomor satu dunia terlama, termasuk setelah kalah di Perancis Terbuka, Nadal dan Federer terfokus pada apa yang ada di depan mata. Keduanya hanya memastikan bahwa perjalanan akan berlanjut, begitu pula hubungan mereka: sebagai rival yang saling menghormati, juga sebagai sahabat.