Tim nasional Spanyol melakukan langkah yang sudah ditempuh Jerman pada tiga tahun silam, yaitu meremajakan skuadnya. Peremajaan ini menghasilkan tiga poin di ajang Liga Nasional Eropa.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
MADRID, MINGGU — Lini serang tim nasional Spanyol menampilkan wajah baru yang lebih muda dan segar saat mengalahkan Swiss, 1-0, pada laga penyisihan grup Liga Nasional Eropa di Stadion Alfredo Di Stefano, Madrid, Minggu (11/10/2020) dini hari WIB. Para penyerang muda Spanyol memberikan energi ekstra yang selama ini hilang di tubuh tim ”La Furia Roja” itu.
Pelatih Spanyol, Luis Enrique, memercayakan lini serang kepada tiga pemain berusia rata-rata 20 tahun, yakni Mikel Oyarzabal (23), Ansu Fati (17), dan Ferran Torres (20). Hasilnya, satu gol tercipta dari kaki Oyarzabal di menit ke-13, dan keunggulan satu gol ini bertahan hingga laga berakhir.
Gol itu berawal dari kesalahan kapten Swis, Granit Xhaka, yang gagal menerima umpan kiper Yann Sommer. Gelandang bertahan Spanyol yang masih berusia 24 tahun, Mikel Merino, mencuri bola itu dan diselesaikan oleh Oyarzabal.
”Lini serang ini menghadirkan tekanan dan intensitas yang sudah lama hilang,” tulis media Spanyol, AS.
Para pemain muda, termasuk Dani Olmo (22) yang menjadi gelandang serang, memiliki stamina tinggi yang diperlukan Spanyol untuk membongkar pertahanan tim yang terlalu rapat, seperti yang diperagakan Swiss. Swiss memasang lima bek untuk menahan serangan Spanyol.
Dengan mengerahkan pemain muda yang energik dan bermain menekan, Enrique akhirnya memaksa konsentrasi lini belakang Swiss buyar. ”Gol itu tercipta bukan karena Swiss melakukan kesalahan, melainkan karena permainan yang bagus dari tim kami,” kata Enrique.
Meski hanya menang tipis, 1-0, Enrique mengaku puas karena ia juga melihat masa depan yang cerah di skuadnya. Spanyol punya kedalaman skuad yang membuatnya lebih tenang. Misalnya, ketika Fati tidak bisa bermain baik pada laga itu, pemain muda lainnya, Adama Traore (24), bisa menggantikannya dengan baik.
Debut Traore dijalani pada laga persahabatan melawan Portugal yang berakhir imbang, 0-0, Jumat (9/10/202). Pemain klub Wolverhampton Wanderers itu kembali tampil cemerlang dengan kecepatannya.
Laga itu membuatnya penasaran. ”Kami sering mendapat peluang, tetapi kurang dalam penyelesaian akhir yang perlu diperbaiki lagi, terutama oleh saya,” katanya dikutip UEFA.
Kemenangan ini membuat Spanyol kokoh di puncak klasemen Grup 4 Liga A dengan 7 poin, unggul dua poin dari Jerman yang mengalahkan Ukraina, 2-1. Ukraina berada di posisi ketiga dengan tiga poin.
Gol itu tercipta bukan karena Swiss melakukan kesalahan, melainkan karena permainan yang bagus dari tim kami.
Adapun Swiss, yang kalah dua kali dan berada di dasar klasemen dengan satu poin, semakin kehilangan harapan. Sulit bagi mereka bisa lolos ke babak semifinal karena hanya juara grup yang berhak lolos. Harapan terbaik Swiss ialah menghindari degradasi dengan minimal di peringkat ketiga.
Masalahnya, lawan Swiss berikutnya ialah Jerman. ”Prioritas saya ialah memberikan kesempatan kepada tim untuk memulihkan fisik agar tiga hari berikutnya kembali segar saat menghadapi Jerman,” ujar pelatih Swiss, Vladimir Petkovic.
Sudah dilakukan
Upaya peremajaan tim yang dilakukan Spanyol itu telah dilakukan Jerman tiga tahun lalu. Jerman memetik hasilnya ketika para pemain muda itu telah banyak berkembang baik di tim nasional ataupun klub.
Pada ajang Piala Konfederasi tahun 2017, Jerman yang ditangani pelatih Joachim Loew dengan percaya diri menampilkan para pemain muda atau minim pengalaman. Jerman pun mampu menjuarai ajang yang digelar sebagai pemanasan Piala Dunia Rusia 2018 itu.
Para pemain muda yang saat itu diberi kepercayaan oleh Loew, yakni Leon Goretzka (25) dan Matthias Ginter (26), masing-masing mencetak gol ke gawang Ukraina. Ini merupakan kemenangan pertama Jerman di ajang Liga Nasional Eropa.
Meski menang, Loew mengaku tidak puas. ”Kami seharusnya bisa mencetak tiga atau empat gol. Namun, kami masih mudah kehilangan bola,” ujar Loew.
Setelah tampil luar biasa dengan barisan pemain muda di Piala Konfederasi 2017, Jerman gagal di Piala Dunia 2018 dan kini berusaha untuk bangkit. Enrique punya tantangan yang sama dan patut menghindari pola seperti yang dirasakan Jerman. (AP/AFP/REUTERS)