Meskipun nyaris tidak ada yang percaya, Jimmy Butler telah memprediksi kemenangan timnya, Miami Heat, pada gim kelima final NBA. Prediksi itu lantas menjadi kenyataan, diikuti penampilan fenomenal Butler di lapangan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Sehari sebelum gim kelima final NBA, seorang reporter El Comercio, Leonardo Torres, bertanya kepada Jimmy Butler (31), bintang Miami Heat. ”Apakah tim Anda tertekan jelang laga hidup dan mati (versus LA Lakers)?” katanya.
Seraya tersenyum, Butler menjawab enteng, ”Tidak ada tekanan. Kami tidak berpikir untuk pulang. Pertanyaannya bukan menang atau pulang, melainkan menang atau menang.”
Pesannya ternyata bukan omong kosong belaka. Heat menumbangkan Lakers, favorit juara, pada gim kelima final itu dengan skor tipis, 111-108, di Orlando, Sabtu (10/10/2020) pagi WIB. Heat menyabotase rencana perayaan juara Lakers. Posisi kedua tim kini nyaris sama kuat, 2-3, di babak final dengan format thebest of seven games itu.
Istimewanya, Butler pula yang memimpin misi nyaris mustahil Heat mengalahkan Lakers pada gim kelima itu. Dia tampil fenomenal, di luar batas nalar. Butler tampil 47 menit 11 detik dan hanya beristirahat 49 detik. Tidak satu pun pemain lain mampu mendekati waktu bermainnya itu.
Menginspirasi Heat
Sepanjang permainan, pebasket asal Houston, Texas, itu memimpin dan menginsprasi Heat, baik dalam bertahan maupun menyerang. Dia bahkan berani bertarung dengan duo fenomenal Lakers, Anthony Davis dan LeBron James, sekaligus. Ketika menyerang, dia dijegal Davis, sementara saat bertahan, dia digempur James.
Namun, tidak satu pun hal yang membuatnya gentar, baik itu keletihan di tubuhnya maupun kehebatan pemain lawan. Dia tampil sempurna di setiap sudut lapangan melalui kontribusi menakjubkan, 35 poin, 12 rebound, dan 11 asis, dan 5 steal, pada gim tersebut.
”Keinginginannya untuk menang sangat luar biasa. Semua pemain muda yang datang ke liga ini harus melihat cuplikan (rekaman video penampilan) Butler. Dia adalah pemain komplet yang mau bersaing di mana pun,” ujar Pelatih Miami Heat Erik Spoelstra memuji Butler seusai laga di Orlando itu.
Namun, tidak mudah tampil seperti Butler. Itu sangat melelahkan. Basket adalah olahraga yang mengandalkan transisi cepat. Transisi itu butuh ketahanan stamina. Nyaris mustahil bisa bertahan dan fokus sepanjang laga dengan intensitas tinggi seperti di laga final yang sangat krusial itu.
Hebatnya, tidak nampak gestur keletihan pada wajah Butler di sepanjang laga itu. Ia hanya sekali tertunduk setelah dilanggar pada detik-detik terakhir laga itu. Selebihnya, hanya ketenangan sedingin es yang terlihat dari penampilannya. Hal itu dibuktikan lewat dua lemparan bebasnya yang sempurna pada menit-menit akhir laga ”panas” itu.
Tekad dan komitmen Butler untuk menang mengalahkan segalanya. Perjuangannya itulah yang membuat pemain Heat lain ”terbangun”. Mereka jadi lebih terlecut, bersemangat, kompak, dan memiliki keyakinan kuat, di situati sulit.
”Itulah Jimmy Butler. Dia pemain terbaik kami. Itu yang membuat kami berusaha sebaik mungkin untuk membantunya,” kata pemain center andalan Heat, Bam Adebayo.
Butler menyadari tanggung jawab sebagai panglima perang Heat. Jika dia memperlihatkan rasa lelah dan tidak percaya diri, hal itu akan berpengaruh pada rekan-rekannya. Karena itu, setelah gim itu rampung dan melepas sepatu, dia baru tampak terpincang-pincang karena letih di kakinya.
Pesan lanjutan
Nyaris semua pengamat NBA menganggap ucapan Butler sebelum gim itu hanya lelucon. Pengamat ternama NBA, seperti Stephen A Smith, misalnya, telanjur yakin Lakers akan memenangi seri final itu, 4-1, dan juara.
Namun, Heat justru memberikan kejutan. Mereka memperpanjang napasnya di seri final hingga setidaknya ke gim keenam yang akan digelar Senin (12/10/2020) WIB mendatang. Butler pun hanya tersenyum setelah Heat menang.
”Seperti yang sudah saya bilang, ini adalah tentang menang atau menang. Kami menyukai berada di posisi ini dan akan melakukan hal sama di dua gim berikutnya. Kami tidak takut siapa pun,” ujarnya penuh percaya diri.
Sekarang, tekanan justru berada di pundak skuad Lakers. Meskipun masih memimpin seri final itu dan hanya butuh satu kemenangan lagi, kepercayaan diri mereka runtuh. Dua ”tembok” pelindung keyakinan mereka dihancurkan begitu saja oleh Heat.
Runtuhnya ”tembok”
Tembok dimaksud, yang pertama adalah jersi sakral ”Mamba Hitam” yang dipakai mereka untuk mengenang legendanya, Kobe Bryant. Setelah rekor kemenangan 4-0 di playoff, jersi itu gagal membawa tuah bagi Lakers. Semula, mereka berharap bisa berpesta juara dengan mengenakan jersi rancangan Bryant itu.
Tembok kedua adalah James yang berada dalam salah satu performa terbaiknya. ”Sang Raja” begitu eskplosif dengan menyumbang 40 poin. Meski begitu, penampilan garangnya ternyata belum cukup membawa Lakers juara.
Seperti yang sudah saya bilang, ini adalah tentang menang atau menang. Kami tidak takut siapa pun.
Kini, narasi pertarungan antara David versus Goliath, tim kecil berhadapan dengan raksasa, telah bergeser. Heat, sang ”kuda hitam”, terbukti bisa merepotkan Lakers berkat spirit dan mentalitas baja mereka.
”Gim keenam wajib dimenangkan Lakers. Mereka sudah membuang peluang. Kini, mereka punya kesempatan memperbaikinya. Percaya kepada saya, mereka tidak ingin sampai ada gim ketujuh,” kata Richard Jefferson, eks pemain NBA.
Jefferson merupakan rekan setim James saat menjuarai NBA pada 2016 bersama Cleveland Cavaliers. Mereka adalam tim pertama yang bisa juara setelah tertinggal 1-3 di seri final. Menurut dia, Heat seperti bekas timnya. Heat akan di atas angin jika bisa memaksakan gim ketujuh. (AP)