Rafael Nadal, ”Sang Raja Lapangan Tanah Liat”, menyadari level permainannya harus meningkat berkali-kali lipat untuk melawan Novak Djokovic pada final tunggal putra Perancis Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
PARIS, MINGGU — Meski tak kehilangan satu set pun dalam perjalanan menuju final dan dominan dalam pertemuan di lapangan tanah liat, Rafael Nadal menyadari bahwa level permainannya harus meningkat berkali-kali lipat untuk melawan Novak Djokovic pada final tunggal putra Perancis Terbuka. Djokovic bagai tembok tebal yang akan menghalangi Nadal menuju gelar ke-13 di Roland Garros.
Final yang mempertemukan dua petenis peringkat teratas dunia itu menjadi laga yang paling dinanti pada Perancis Terbuka yang digelar sejak 27 September. Persaingan dua dari ”Big 3” akan berlangsung di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Minggu (11/10/2020) mulai pukul 20.00 WIB.
Nadal mendapat tiket final Roland Garros untuk ke-13 kalinya setelah menang atas Diego Schwartzman, 6-3, 6-3, 7-6 (0), pada semifinal, Jumat (9/10/2020). Adapun Djokovic harus bermain lima set untuk mengalahkan Stefanos Tsitsipas, 6-3, 6-2, 5-7, 4-6, 6-1.
Kemenangan atas Schwartzman menjadi pembalasan kekalahan Nadal ketika mereka bertemu pada babak keempat ATP Masters 1000 Roma, sepekan sebelum Perancis Terbuka. Hasil itu juga memperpanjang kemenangan straight sets sejak babak pertama.
Dari 12 gelar juara yang didapat dari Roland Garros, Nadal pernah meraihnya tanpa kehilangan satu set pun, yaitu pada 2008, 2010, dan 2017. Catatan menang-kalahnya di Roland Garros hingga semifinal melawan Schwartzman adalah 99-2.
Meski tertinggal, 26-29, dari Djokovic, petenis peringkat kedua dunia itu unggul 17-7 di lapangan tanah liat, termasuk 6-1 di pada Perancis Terbuka. Satu-satunya kekalahan di Roland Garros terjadi pada perempat final 2015.
Bagi Djokovic, angka-angka tersebut menjadi bukti bahwa mengalahkan Nadal di Roland Garros menjadi tantangan tersulit. ”Ini adalah ’rumah’ Rafa. Itu akan menjadi motivasi juga kemenangan saya pada 2015. Namun, itu tetap menjadi tantangan terbesar,” ujar Djokovic.
Hal itu pula yang diungkapkan Schwartzman setelah tersingkir pada semifinal. Meski bisa mengalahkan Nadal di Roma Masters, mengalahkannya di Roland Garros dengan format best of five bukan hal yang mudah.
”Mengalahkan Rafa, juga, Djokovic dan Federer dalam best of five tak mudah. Anda harus tampil baik dan konsisten selama tiga, empat, bahkan, lima jam. Itu sangat sulit secara fisik dan mental tentunya,” komentar Schwartzman.
Meski deretan angka memfavoritkannya meraih trofi juara Perancis Terbuka untuk ke-13 kalinya, Nadal tak ingin terfokus pada statistik. Satu yang ada dalam benaknya adalah meningkatkan level permainan dari yang telah diperagakan pada enam babak sebelumnya.
Apalagi, sejak sebelum turnamen, dia menyebut kondisi turnamen yang digelar pada musim gugur lebih berat dibandingkan ketika diselenggarakan pada musim panas. Perancis Terbuka 2020 dimundurkan dari musim panas, 24 Mei-7 Juni, menjadi 27 September-11 Oktober karena pandemi Covid-19.
Suhu udara dingin, bahkan, hujan membuat lapangan lembab hingga mempersulit petenis untuk bergerak dengan cara meluncur. Pantulan bola pun tak setinggi biasanya.
Dengan kondisi cuaca yang berbeda, faktor yang paling menyulitkan Nadal adalah tak bisa mengeluarkan senjata yang sangat ampuh di lapangan tanah liat, yaitu pukulan topspin yang membuat bola memutar dengan kencang. Ini kian dipersulit dengan bola baru yang lebih berat dibandingkan biasanya.
Toni Nadal, mantan pelatih Nadal, bahkan, menyatakan, situasi Perancis Terbuka kali ini lebih cocok bagi Djokovic dibandingkan untuk keponakannya. Djokovic memiliki pukulan yang cenderung datar. Dia pun tak akan terlalu kesulitan karena pantulan bola tak tinggi.
”Satu-satunya yang saya tahu untuk bermain melawan Novak adalah bermain dengan kemampuan terbaik. Jika tidak, situasinya akan menjadi sulit bagi saya. Saya telah meningkatkan level permainan pada semifinal, tetapi untuk Minggu, itu tidak akan cukup. Saya harus meningkatkannya lagi, apalagi Novak juga punya rekor yang bagus di sini,” tegas Nadal.
Djokovic hanya membawa satu gelar dari Roland Garros, yaitu pada 2016. Namun, seperti dikatakan Nadal, catatan penampilannya di lapangan berkarakter lambat tidaklah lebih buruk dari Grand Slam di lapangan cepat (Australia Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka) yang telah memberi 16 gelar lainnya.
Sebelum menjadi juara pada 2016, dia mencapai final pada 2012, 2014, dan 2015. Petenis Serbia itu juga tampil pada lima semifinal lainnya. Akan tetapi, kemenangan Djokovic pada pertemuan terakhir di Roland Garros, perempat final 2015, menjadi salah satu fakta yang tak dapat dikesampingkan.
Oleh Pablo Carreno Busta dan Tsitsipas, lawan pada perempat final dan semifinal, Djokovic dipaksa bermain, masing-masing, empat dan lima set. Namun, durasi pertandingannya tak berbeda jauh dengan Nadal yang selalu menang tiga set.
Kemenangan atas Tsitsipas, misalnya, didapat dalam waktu 3 jam 54 menit setelah Djokovic menciptakan match point pada set ketiga. Sementara Nadal, yang harus bersaing dalam reli panjang pada hampir setiap perebutan poin, bertanding selama 3 jam 9 menit melawan Schwartzman.
Gelar juara akan membawa Djokovic pada gelar ke-18 di arena Grand Slam, mendekati dua rival besarnya (Roger Federer dengan 20 gelar) dan Nadal (19). Sementara bagi Nadal, kemenangan akan membuat perubahan pada daftar berbagai rekor yang telah diciptakannya.
Selain menyamai gelar Federer di arena Grand Slam, Nadal akan menjadi satu-satunya petenis dengan tiga digit (100) kemenangan di Paris. Sebanyak 13 gelar Perancis Terbuka, juga, akan membuatnya menjadi petenis pertama dengan jumlah tersebut pada satu turnamen. Dia akan melampaui Martina Navratilova, petenis lain dengan 12 gelar dalam satu ajang, yaitu pada WTA Chicago. (AFP/AP)