Semifinal tunggal putra Perancis Terbuka yang akan berlangsung Jumat (9/10/2020) diwarnai persaingan dua favorit juara, yakni Rafael Nadal dan Novak Djokovic. Mereka akan menghadapi petenis muda yang menjadi kuda hitam.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, KAMIS — Kehadiran empat petenis dalam semifinal tunggal putra Grand Slam Perancis Terbuka akan melahirkan persaingan kelas berat di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros. Semifinal yang akan berlangsung Jumat (9/10/2020) itu diwarnai persaingan dua favorit juara yang mendapat tantangan dari dua ”kuda hitam”.
Rafael Nadal, yang mendominasi Perancis Terbuka dengan 12 gelar juara, akan berhadapan dengan Diego Schwartzman, petenis yang terakhir kali mengalahkannya di lapangan tanah liat. Kandidat juara lainnya, Novak Djokovic, ditantang Stefanos Tsitsipas, bagian dari generasi muda dengan kobaran semangat mendobrak kekuatan para senior.
”Saya rasa, semifinal nanti akan menjadi tantangan yang berat. Inilah yang diharapkan dari semifinal di arena Grand Slam,” komentar Djokovic yang tampil untuk kesepuluh kalinya pada semifinal Perancis Terbuka dari 16 penampilan.
Situasi itu berbeda dengan semifinal tunggal putri yang berlangsung Kamis. Hanya Petra Kvitova yang pernah tampil dalam semifinal Perancis Terbuka, pada 2012. Iga Swiatek dan Sofia Kenin meraih hasil terbaik babak keempat, masing-masing, pada 2019. Adapun Nadia Podoroska, belum pernah menembus babak utama di Roland Garros sebelum tahun ini.
Tiket final pertama diraih Swiatek setelah mengalahkan Podoroska, 6-2, 6-1, hanya dalam waktu 1 jam 10 menit. Pada final, Sabtu, petenis Polandia pertama yang tampil dalam final Perancis Terbuka itu akan berhadapan dengan Sofia Kenin. Sebelumnya, Kenin mengalahkan Kvitova pada babak semifinal, 6-4, 7-5, Kamis tengah malam waktu Indonesia.
Seperti halnya Djokovic, Nadal juga sangat memahami bahwa pertandingan melawan Schwartzman akan menjadi laga yang berat untuk dimenangi. Schwartzman adalah petenis terakhir yang mengalahkan Nadal sebelum bersaing di Roland Garros.
Petenis Argentina itu melakukan hal yang hampir mustahil, mengalahkan ”Raja Lapangan Tanah Liat” di ”rumahnya” setelah selalu kalah pada sembilan pertemuan sebelumnya. Schwartzman mengalahkan Nadal pada perempat final turnamen di Roma, Italia, dan untuk pertama kalinya tampil dalam final turnamen ATP Masters 1000, meski akhirnya kalah dari Djokovic.
”Diego mengalahkan saya di Roma, lalu lolos ke semifinal di sini. Itu menambah rasa percara dirinya. Saya harus mencoba hal yang berbeda dari yang saya lakukan di Roma dan berharap bisa bermain dengan kemampuan terbaik, karena itulah yang saya butuhkan,” komentar Nadal dengan rekor menang-kalah, 98-2, di Roland Garros hingga perempat final.
Kemenangan atas Dominic Thiem pada perempat final, juga, memperlihatkan kemampuan Schwartzman mengatasi tantangan ganda. Sejak sebelum turnamen berlangsung, nama Thiem disejajarkan dengan Djokovic, dan berada di bawah Nadal sebagai favorit juara. Itu karena Thiem menjadi finalis Perancis Terbuka dalam dua tahun terakhir.
Agresivitas Schwartzman dalam mengejar bola, meski harus berkali-kali sprint ke berbagai sudut lapangan hanya untuk merebut satu poin, bisa menyulitkan Nadal. Apalagi, dengan kondisi lapangan yang lembab (karena turnamen diselenggarakan pada musim gugur) dan bola yang berat, Nadal kesulitan mengeluarkan pukulan topspin yang membuat bola berputar dengan kencang.
Di lapangan lembab, pantulan bola pun tak setinggi ketika pertandingan digelar pada musim panas. Data dari Hawkeye dalam lima babak memperlihatkan, pantulan dari forehand Nadal lebih rendah hampir 9 cm dibandingkan pada 2019. Padahal, topspin dengan pantulan tinggi menjadi senjata Nadal yang selalu menyulitkan lawan di lapangan tanah liat.
Mantan pelatih Nadal, Toni Nadal, menilai, kondisi di Roland Garros pada tahun ini tak menguntungkan bagi keponakannya itu. Setelah selalu menang, masing-masing, dalam tiga set ketika berhadapan dengan petenis tak berpengalaman atau petenis muda, Schwartzman akan menjadi tes yang sebenarnya bagi Nadal.
Statistik kemenangan 76,9 persen Schwartzman di lapangan tanah liat pada tahun ini, sebelum Perancis Terbuka, menegaskan bahwa lapangan jenis ini menjadi tempat nyaman baginya. Dengan persentase itu, Schwartzman berada pada peringkat ketiga petenis dengan kemenangan terbaik di tanah liat 2020. Dia berada di bawah Christian Garis (81,2 persen) dan Casper Ruud (78,9 persen).
Terinspirasi Thiem
Berbekal 75 persen kemenangan dan berada pada peringkat keempat daftar yang sama, Tsitsipas berpeluang melangkah ke final Grand Slam untuk pertama kalinya. Apalagi, rekor pertemuannya dengan Djokovic tak terlalu buruk, yaitu tertinggal 2-3 dari lima pertemuan.
Semifinalis tunggal putra termuda ini (berusia 22 tahun) memiliki motivasi tambahan dari pencapaian Thiem. ”Dominic sangat menginspirasi saya. Apa yang diraihnya di sini sangat luar biasa. Dia orang yang rendah hati dan selalu bekerja keras saat di lapangan. Di antara petenis muda, dia adalah orang yang saya contoh,” ujar Tsitsipas.
Motivasi, ditambah kemampuan bermain dalam reli panjang, menyerang di net, fleksibel, dan atletis dalam bergerak membuat Tsitsipas layak disebut kompetitor yang akan menyulitkan Djokovic, bahkan, mengalahkannya.
Apalagi, tunggal putra nomor satu dunia itu tak tampil fit ketika mengalahkan Pablo Carreno Busta pada perempat final. Rasa sakit di leher dan bahu kiri menyulitkan Djokovic saat melakukan servis. Meski memegang raket dengan tangan kanan, sakit di bahu kiri menyulitkan saat backhand karena Djokovic melakukan backhand dengan dua tangan.
Namun, Djokovic tak ingin mempermasalahkan kondisinya. ”Itu bukan karena saya merasa tertekan. Saya merasa sakit saat melakukan pemanasan. Tetapi, saya tak ingin membahasnya terlalu banyak karena saya masih berada di turnamen. Ketika pertandingan berlangsung, sakitnya menghilang dan permainan saya semakin baik,” tuturnya. (AFP/REUTERS)