Stefanos Tsitsipas adalah salah satu petenis muda yang mampu bersaing melawan petenis kawakan. Keberaniannya datang dari pengalaman melewati momen menakutkan, saat hampir tenggelam ketika berenang di laut.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Stefanos Tsitsipas menjadi petenis termuda di antara empat semifinalis tunggal putra Grand Slam Perancis Terbuka yang akan bersaing pada Jumat (9/10/2020). Berada di sekeliling senior, di antaranya Novak Djokovic (33) dan Rafael Nadal (34), petenis Yunani itu tak punya rasa takut untuk menyampaikan bahwa dia ingin hasil terbaik di Roland Garros tahun ini.
”Saya dalam upaya mengejar sesuatu yang spektakular,” ujar petenis berusia 22 tahun itu setelah memastikan lolos ke semifinal Perancis Terbuka untuk pertama kalinya. Tsitsipas mengalahkan rekan seusianya, Andrey Rublev (Rusia), 7-5, 6-2, 6-3, untuk mendapat tiket semifinal, Rabu (7/10/2020).
Tsitsipas pun mewujudkan targetnya untuk mendapat hasil berbeda pada pertemuan kedua dengan Rublev, hanya dalam selang waktu sepuluh hari. Pada laga perebutan juara di ATP 500 Hamburg, 27 September, Tsitsipas dikalahkan Rublev.
Yang berada di hadapannya untuk bisa mencapai hasil spektakuler itu adalah Djokovic, yang akan menjadi lawan pada semifinal, dan Nadal atau Diego Schwartzman (28) pada laga puncak. Djokovic dan Nadal punya reputasi yang membuat mereka selalu menjadi favorit juara Grand Slam.
Djokovic tengah menuju gelar Grand Slam ke-18 dan datang ke Roland Garros dengan bekal gelar Roma Masters. Turnamen itu adalah satu-satunya ajang ATP Masters 1000 tanah liat yang menjadi pemanasan sebelum Perancis Terbuka.
Nadal berada dalam misi mengejar gelar Grand Slam ke-20, untuk menyamai Roger Federer sebagai tunggal putra dengan trofi Grand Slam terbanyak. Sebanyak 12 dari 19 gelar yang telah dimiliki Nadal berasal dari Roland Garros.
Schwartzman belum pernah juara Grand Slam, tetapi datang ke Roland Garros setelah menjadi finalis Roma Masters dan mengalahkan Nadal dalam turnamen tersebut.
Djokovic bahkan telah mengantisipasi laga ketat untuk pertemuan pertamanya dengan Tsitsipas di ajang Grand Slam. Kedua petenis telah bertemu lima kali, empat di antaranya dari ATP Masters 1000 yang merupakan level tertinggi dalam stuktur turnamen ATP. Dari lima laga itu, Djokovic pernah dikalahkan Tsitsipas dua kali.
Selain Djokovic, Tsitsipas juga berpengalaman mengalahkan dua ”Big 3” lainnya: Nadal dan Federer. Dia hanya menang sekali dari enam pertemuan dengan Nadal. Namun, satu-satunya kemenangan itu terjadi pada semifinal Madrid Masters 2019, turnamen tanah liat yang bagaikan rumah bagi Nadal.
Dengan Federer, petenis peringkat keenam dunia itu berbagi dua kemenangan. Salah satunya didapat pada babak keempat Grand Slam Australia Terbuka 2019. Tsitsipas pun akhirnya mencapai semifinal di Melbourne.
”Saya senang bisa bermain dengan baik dan menjadi bagian dari momen spesial di sini. Saya bukan lagi Next Gen, melainkan petenis muda. Saya rasa, sekarang Anda bisa menulis kami dengan sebutan seperti itu,” kata Tsitsipas dalam konferensi pers setelah mengalahkan Rublev.
Tsitsipas adalah lulusan Next Gen, program ATP untuk mempromosikan petenis-petenis potensial berusia 21 tahun ke bawah. Untuk petenis dalam kategori itu, ATP membuatkan daftar peringkat khusus dan turnamen final ATP Next Gen sejak 2017. Turnamen itu serupa dengan Final ATP yang hanya diikuti delapan petenis terbaik pada musim yang bersangkutan. Tsitsipas menjuarai edisi 2018 yang juga diikuti Rublev.
Perkembangan kemampuannya di lapangan, selain karena dilatih ayahnya, Apostolos Tsitsipas, dan masukan dari ibunya yang mantan petenis, Julia, didapat Tsitsipas dari pelatih Serena Williams, Patrick Mouratoglou. Hal itu bisa diperoleh karena Tsitsipas berlatih di akademi tenis milik Mouratoglou di Perancis.
Saya bukan lagi Next Gen, melainkan petenis muda. Saya rasa, sekarang Anda bisa menulis kami dengan sebutan seperti itu.
”Ibu saya sangat tahu tentang tenis sehingga dia sering memberi masukan yang kadang berbeda dengan pendapat ayah. Jika itu terjadi, kami duduk bersama untuk berdiskusi. Namun, saya menekankan, apa pun masukan ibu, harus melalui ayah karena dia adalah pelatih,” kata Tsitsipas yang memiliki tiga adik yang juga menjadi petenis.
”Kehadiran Patrick sudah tentu membuat tim kami lebih kuat. Semua anggota tim saya kompak. Ibu selalu menjadi sumber energi bagi tim,” kata petenis yang menjuarai ganda putra yunior Wimbledon 2016, berpasangan dengan Kenneth Raisma (Estonia).
Pernah tenggelam
Meski masih kesulitan untuk menembus final pada level Grand Slam, potensi Tsitsipas menjadi penerus generasi ”Big 3”, salah satunya terlihat ketika dia menjuarai final ATP 2019. Dalam perjalanan menuju gelar juara, dia mengalahkan Daniil Medvedev, Alexander Zverev, Federer, dan Dominic Thiem.
Hasil itu menjadi bukti bahwa atlet yang mulai berlatih tenis di klub pada usia enam tahun itu punya nyali besar ketika berhadapan dengan bintang besar. Di lapangan, modalnya adalah gaya main agresif dari baseline. Karakter dan kemampuan tersebut itu terbentuk melalui didikan ayahnya.
Selain itu, Tsitsipas pernah mengalami momen yang membuatnya menjadi sosok pemberani. Pada Oktober 2016, dia hampir kehilangan nyawa karena tenggelam ketika berenang di pantai di Portugal. Kisah itu diungkapkannya setelah mengalahkan Federer di Australia Terbuka 2019.
Tsitsipas dan temannya berenang dalam cuaca buruk ketika badai akan datang. ”Kami berenang tanpa paham apa yang akan terjadi. Setelah kaki saya membentur batu, saya baru sadar sudah berada 30-40 meter dari pantai. Ombak bertambah besar, karena ada badai, dan saya panik ketika tahu tak ada penjaga pantai,” katanya.
Ketika semangatnya turun dan tubuhnya mulai menyerah–Tsitsipas mulai tenggelam–ayahnya datang untuk menyelamatkan dia dan temannya. ”Saya bisa melihat rasa takut di matanya dan dia juga melihat ketakutan di mata saya. Kedatangannya menumbuhkan kembali harapan saya. Dia adalah pahlawan yang mengorbankan nyawanya untuk saya dan teman saya,” tutur Tsitsipas sambil mengusap air matanya ketika menceritakan momen tersebut.
Menyebut kejadian tersebut sebagai momen paling menakutkan, Tsitsipas pun memiliki perspektif lain dalam menjalani hidup, termasuk untuk kariernya sebagai petenis. ”Sejak itu, saya selalu berkata kepada diri sendiri, ’Saya tak boleh takut karena bisa melalui momen paling menyeramkan.’ Saya harus menjadi pemberani agar bisa melakukan hal-hal yang tak mungkin dilakukan,” katanya. (AFP/REUTERS)