Dampak pandemi Covid-19 telah terasa signifikan bagi Liga Spanyol. Kondisi itu membuat sejumlah klub besar harus mengencangkan ikat pinggang dan meredam gairah untuk mendatangkan pemain berkelas dunia di bursa transfer.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Bursa transfer musim ini di Liga Spanyol jauh dari ingar-bingar kedatangan pemain mahal. Miralem Pjanic yang didatangkan Barcelona dari Juventus senilai 60 juta euro (Rp1,04 triliun) menjadi pembelian terbesar klub di Spanyol. Meski Pjanic tidak didatangkan “El Barca” dengan dana segar, tetapi menukarnya dengan gelandang muda Arthur Melo.
Di antara lima liga top Eropa, aktivitas Liga Spanyol pada transfer musim panas ini terendah kedua setelah Liga Jerman. Sebvanyak 20 klub Liga Spanyol hanya mengeluarkan dana 410,5 juta euro (Rp 7,12 triliun). Jumlah itu kalah jaduh daripada pengeluaran klub di Liga Inggris yang mencapai 1,36 milar euro (Rp 23,6 triliun), Liga Italia dengan 762,74 juta euro (Rp 13,2 triliun), serta Liga Perancis sebesar 433,53 juta euro (Rp 7,5 triliun).
Aktivitas pembelian pemain di Liga Spanyol awal musim 2020-2021 ini adalah yang terendah dalam lima musim terakhir. Sejak musim 2015-2016 hingga 2019-2020 klub Liga Spanyol secara akumulasi mengeluarkan dana lebih dari 500 juta ero (Rp 8,67 triliun) per musim untuk mendaratkan bintang lapangan hijau ke “Negeri Matador”. Di musim 2015-2016, total pengeluaran ialah 683 juta euro (Rp 11,85 triliun). Kemudian, menurun menjadi 583 juta euro (Rp 10,1 triliun) pada musim 2016-2017.
Jumlah pengeluaran klub-klub Liga Spanyol di bursa transfer selalu menyentuh 1 miliar euro (Rp 17,3 triliun) dalam tiga musim terakhir. Dimulai pada musim 2017-2018 yang menyentuh 1,09 miliar euro (Rp 18,9 triliun) lalu 1,12 miliar euro (Rp 19,4 triliun) pada musim 2018-2019, serta 1,3 miliar (Rp 22,56 triliun) musim lalu.
Sebagai klub dengan pendapatan terbesar di dunia, mencapai 840 juta euro (Rp 14,57 triliun) pada 2019, Barcelona turut merasakan dampak finansial akibat pandemi. Meski pada 2020 pendapatan meningkat menjadi 855 juta euro (Rp 14,84 triliun), jumlah itu amat jauh dari target pendapatan tahun ini yang mencapai 1,05 miliar euro (Rp 18,2 triliun).
Pendapatan “El Barca” bisa bertambah karena peningkatan kontrak sponsor serta pengurangan pos gaji pemain. Pengurangan gaji pemain dilakukan dengan pemotongan sebesar 70 persen selama tiga bulan pada periode Maret hingga Mei lalu, serta keluarnya pemain bintang bergaji tinggi, seperti Luis Suarez, Ivan Rakitic, dan Arturo Vidal.
“Meski begitu, klub mengalami peningkatan utang dua kali lipat dari 217 juta euro (Rp 3,76 triliun) menjadi 488 juta euro (Rp 8,47 triliun). Kami mengalami kerugian pendapatan hingga 97 juta euro (Rp 1,68 triliun) karena kehilangan pos pendapatansebesar 65 persen dari tiket pertandingan dan wisata ke kompleks stadion,” ujar Wakil Presiden Barcelona Jordi Moix seperti dilansir AS, Rabu (7/10/2020).
Kondisi itu memaksa Barcelona kalem di bursa transfer musim panas ini. Selain Pjanic, Barcelona hanya mendatangkan bek kanan Sergino Dest dari Ajax Amsterdam dengan harga 21 juta euro (Rp 364,4 miliar). Adapun impian Pelatih Ronald Koeman untuk membeli Memphis Depay, Eric Garcia, dan Georginio Wijnaldum bertepuk sebelah tangan.
Hal itu jelas berbanding terbalik dengan kebijakan Barcelona di awal musim 2019-2020. Ketika itu Barcelona mengeluarkan 284 juta euro (Rp 4,92 triliun) untuk mendatangkan sejumlah pemain, di antaranya Antoine Griezmann, Frenkie de Jong, dan Neto.
Nasib lebih parah dialami rival abadi Barca, Real Madrid. Di bursa transfer ini, Presiden Real Madrid Florentino Perez tidak memanjakan Pelatih Real Zinedine Zidane dengan dana transfer. Oleh karena itu, Real tidak mendatangkan satu pun pemain baru di bursa transfer awal musim 2020-2021.
Meskipun mampu menjadi juara di Liga Spanyol musim lalu, skuad Real sesungguhnya masih terdapat kekurangan. Di lini depan hanya Karim Benzema yang bisa memberikan kepastian untuk menciptakan gol, kemudian di lini belakang Sergio Ramos dan Raphael Varane membutuhkan pelapis yang sepadan untuk memberikan keragaman opsi di tengah padatnya kompetisi di musim ini.
Padahal musim lalu Real mampu mengeluarkan dana sekitar 225 juta euro (Rp 3,9 triliun) hanya untuk mendatangkan tiga pemain, yakni Eden Hazard, Luka Jovic, dan Eder Militao. Apesnya, ketiga pemain itu justru belum mampu memberikan penampilan terbaik selama berseragam “Los Blancos”. Selain tidak membeli pemain baru, Real juga belum membuka opsi diskusi kontrak baru dengan sejumlah pemain senior yang berusia di atas 30 tahun, seperti Ramos, Benzema, Marcelo, Luka Modrid, dan Toni Kroos.
Meskipun Real telah mendapatkan pemasukan sekitar 200 juta euro (Rp 3,47 triliun) dari penjualan pemain, seperti Achraf Hakimi, Gareth Bale, dan Sergio Reguilon, jumlah itu belum membuat “Los Blancos” keluar dari ambang krisis finansial yang lebih parah. Menurut laporan AS, Real berpotensi kehilangan 195 juta euro (Rp 3,38 triliun) apabila hingga akhir tahun ini laga kandang belum bisa dihadiri penonton.
Kondisi itu diperparah karena Real telanjur menandatangani kontrak renovasi Stadion Santiago Bernabeu sejak 2018 sebesar 575 juta euro (Rp 9,98 triliun). Proses renovasi itu dijadwalkan akan rampung pada musim panas 2022.
Frustasi
Tidak hanya dua klub besar itu, sejumlah klub yang selama ini berusaha menganggu dominasi Barcelona dan Real Madrid juga mengalami masalah finansial serupa. Valencia, misalnya, harus menjual sejumlah pemain bintang seperti Ferran Torres, Rodrigo, Dani Parejo, dan Francis Coquelin di musim panas ini.
Kami memprioritaskan untuk menyeimbangkan neraca keuangan sebab kami tidak ingin mengurangi gaji pemain, pelatih, dan staf klub.
Dari penjualan itu, tim milik pengusaha asal Singapura, Peter Lim, itu menerima dana sebesar 60 juta euro (Rp 1,04 triliun). Tetapi, “El Che” justru tidak mengeluarkan satu euro pun untuk membeli pemain baru. Hal itu membuat Pelatih Valencia Javier Gracia, yang baru dikontrak Agustus lalu, frustasi. Pasalnya, ia tidak memiliki kesempatan untuk mendatangkan pemain sesuai dengan skema permainan idamannya. Gracia pun mengancam akan keluar dari klub. Hal itu telah ditandai dengan ketidakhadiran dirinya di latihan tim, Rabu (7/10) pagi.
Presiden Valencia Anil Murthy mengatakan, kebijakan menjual pemain bintang itu untuk mengurangi penurunan pendapatan hingga 100 juta euro (Rp1,73 triliun) akibat pandemi. Alhasil, penjualan pemain itu memang bukan untuk mencari modal untuk membeli pemain baru.
“Saya memahami rasa frustasi fans, rasa frustasi pelatih. Saya juga punya keinginan yang sama untuk meningkatkan level tim. Tetapi, kami memprioritaskan untuk menyeimbangkan neraca keuangan sebab kami tidak ingin mengurangi gaji pemain, pelatih, dan staf klub,” kata Murthy.
Sementara itu, Athletic Bilbao juga mengurungkan niat memulangkan dua mantan pemain didikan mereka, yaitu Fernando Llorente dari Napoli dan Javi Martinez dari Bayern Muenchen. Keduanya memiliki kontrak di klub masing-masing hingga 30 Juni 2021. Di musim ini, Bilbao hanya mendatangkan Alex Berenguer dari Torino dengan mahar 10,5 juta euro (Rp 181 miliar).
“Saya memahami kedua pemain itu dibutuhkan oleh tim dan disukai oleh pemain dan pendukung, tetapi kami memiliki konsensus untuk tidak merekrut mereka saat ini. Kami perlu memerhatikan kondisi finansial klub sebelum melakukan penawaran kepada keduanya,” kata Direktur Olahraga Bilbao Rafa Alkorta.
Salah satu agen pemain kepada Marca mengungkapkan, kekhawatiran telah menjangkiti seluruh pemilik klub di Liga Spanyol. Kondisi pandemi yang belum menentu batas akhirnya membuat klub mengalami kerugian sehingga tidak berani beraktivitas di bursa transfer yang ditutup Senin (5/10) kemarin.
“Saya melihat banyak klub terlalu berhati-hati, tidak memiliki uang atau berani mengambil solusi untuk menyelesaikan masalah (finansial) itu. Padahal, apabila klub besar tidak mengeluarkan uang maka akan memberikan dampak domino kepada klub kecil yang tidak memiliki peluang untuk masuk ke dalam pasar (transfer),” ujar salah satu agen asal Spanyol yang merahasiakan identitasnya. (AFP/REUTERS)