Kami Seperti Diawasi Mata-mata
Mantan pemain timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, merasakan kedisiplinan tinggi dalam Liga Super Malaysia 2020. Pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat membuat tidak ada kasus baru Covid-19 selama kompetisi.
Raut wajah Pelatih Sabah FA Kurniawan Dwi Yulianto terlihat kecewa setelah timnya dihancurkan Johor Darul Ta’zim 1-4 di pekan ke-10 Liga Super Malaysia, Jumat (2/10/2020) malam, di Stadion Sultan Ibrahim, Johor. Hasil itu membuat tim berjuluk “Banteng” itu akan menjalani laga penentuan di pekan pemungkas musim 2020, Sabtu (10/10), kontra UiTM FC, agar bisa bertahan di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Malaysia.
Sabah merupakan satu-satunya klub di Liga Super Malaysia yang berasal dari kawasan Pulau Kalimantan. Berbeda dengan 11 klub lain yang bermarkas di wilayah Semenanjung Malaysia.
Kondisi itu menyulitkan Sabah ketika mempersiapkan diri jelang lanjutan Liga Super Malaysia 2020 yang sempat terhenti pertengahan Maret lalu akibat pandemi Covid-19. Kala itu, seluruh tim baru merampungkan empat laga. Dengan kondisi pandemi, Liga Sepak Bola Malaysia (MFL), operator kompetisi di Malaysia, memutuskan untuk melangsungkan musim 2020 hanya satu putaran yang dimulai, 28 Agustus lalu. Alhasil, setiap tim hanya perlu menjalani tujuh laga tersisa untuk memastikan juara dan tim yang terdegradasi ke Liga Utama Malaysia.
Johor Darul Ta’zim telah dipastikan sebagai juara. Sementara itu, jatah degradasi diberikan kepada dua tim terbawah. Satu slot degradasi sudah dipastikan milik PDRM FC, sedangkan satu hukuman turun kasta menjadi pertarungan antara Sabah dan Felda United.
Kurniawan mengungkapkan, di empat laga awal, skuadnya mampu bertahan di papan tengah dengan raihan lima poin. Tetapi, hingga pekan ke-10, Sabah hanya mampu mengoleksi sembilan poin sehingga tertahan di peringkat 10 dan hanya berjarak dua poin dari Felda United di posisi ke-11.
Menurut Kurniawan, penurunan drastis performa pasukannya tidak lepas dari persiapan yang minim jelang lanjutan liga. Adapun MFL hanya mengizinkan setiap klub profesional melakukan uji coba dengan klub profesional lain yang telah menjalani serangkaian protokol kesehatan, seperti karantina dan tes usap, serta lokasinya berdekatan.
“Awalnya kami telah menjadwalkan uji coba dengan dua tim profesional di Sarawak yang dekat denagn Sabah. Tetapi akibat kasus Covid-19 di Sarawak meningkat, Juli lalu, uji coba batal dan kami tidak melakukan latih tanding jelang lanjutan liga. Kondisi itu membuat kami tidak dalam kondisi terbaik ketika memulai liga, kemudian di laga pertama setelah jeda kami kalah, sehingga mental pemain menjadi drop,” ujar Kurniawan yang dihubungi Kompas dari Jakarta, Minggu (4/10/2020).
Aturan ketat yang dialami Kurniawan bersama Sabah berbeda dengan persiapan sejumlah klub Liga 1 2020 jelang dimulainya Liga 1 musim luar biasa 2020, yang rencananya dimulai 1 Oktober lalu. Misalnya, Arema FC yang sempat melakukan uji coba dengan tim di luar kompetisi profesional, yaitu PON Jawa Timur, 10 September.
Meski begitu, Kurniawan tetap optimis mampu memenuhi target tim musim ini untuk bertahan di Liga Super Malaysia. Sabah adalah tim promosi setelah sejak musim 2013 terdegradasi ke Liga Utama Malaysia. Menurut Transfermarkt, skuad Sabah memiliki nilai pasar terendah di Liga Super Malaysia dengan akumulasi harga pemain sekitar 725.000 euro (Rp 12,6 miliar). Nilai pasar itu masih di bawah nilai pasar terendah klub Liga 1 2020 yang dipegang oleh Persik Kediri dengan harga total pemain 875.000 euro (Rp 15,2 miliar).
Tim independen
Bagi seluruh klub di Malaysia, persiapan jelang lanjutan musim 2020 dimulai pertengahan Juni lalu. Hal itu untuk memberikan persiapan selama dua bulan sebelum liga dijalankan kembali. Dimulainya jadwal latihan tim itu pun harus mengikuti protokol kesehatan yang telah disetujui oleh MFL, Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Majelis Keselamatan Negara, dan Kementerian Kesehatan Malaysia.
Di dua pekan awal, latihan dilakukan secara individu. Setiap pemain di dalam tim tidak boleh melakukan kontak dengan rekan setim dan tim pelatih. Bahkan, masker hanya boleh dibuka ketika pemain melakukan program latihan individu secara mandiri di pusat latihan.
Menurut Kurniawan, masa dua pekan awal timnya kembali berlatih menjadi masa krusial bagi nasib klub di Liga Super Malaysia. Pasalnya, ada tim independen yang dibentuk pemerintah Malaysia untuk mengawasi aktivitas seluruh klub. Tim itu kemudian akan melakukan penilaian untuk merekomendasikan klub bisa ikut kompetisi.
Selain itu, lapangan latihan tim pun harus tertutup dan tidak bisa dilihat orang lain. Hal ini pun kontras dengan kondisi di Indonesia. Ketika Persija Jakarta melakukan uji coba dengan Bhayangkara FC, 23 September lalu, di Lapangan PSSN, Depok, Jawa Barat, yang dihadiri ratusan penonton.
“Kami tidak ada yang tahu siapa yang mengawasi kami selama 24 jam, apabila kami dianggap tidak menjalankan protokol maka dilarang bermain di liga. Kami seperti diawasi oleh mata-mata,” ucap mantan penyerang timnas Indonesia itu.
Adapun jelang Liga 1 musim luar biasa 2020, PT Liga Indonesia Baru (LIB) juga telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 untuk memantau pelaksanaan protokol kesehatan di seluruh klub. Satgas itu dipimpin oleh Direktur Operasional PT LIB Sudjarno.
“Kami berkomitmen untuk melakukan pemantauan dan koordinasi untuk mengantisipasi Covid-19 di jalannya kompetisi,” ujar Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita.
Sewa pesawat
Selain aktivitas ketat itu, para pemain, tim pelatih, dan staf klub juga rutin melakukan tes usap jelang pertandingan. Ketika sebuah kota asal klub mengalami peningkatan kasus Covid-19, maka klub tersebut harus menjalani pelaksanaan protokol kesehatan yang jauh lebih ketat.
Pada pekan lalu, Sabah mengalami peningkatan kasus Covid-19 akibat kedatangan pekerja migran dari Filipina. Akibatnya, Sabah harus menjalani pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat sebelum bertolak ke Johor, Rabu (30/9) kemarin.
Sebelum berangkat, seluruh pemain, pelatih, dan staf klub Sabah wajib melakukan tes usap, Selasa (29/9). Setelah seluruh anggota tim negatif Covid-19, Sabah baru diizinkan melakukan perjalanan udara ke Johor. Tetapi, akibat adanya lonjakan kasus, maka seluruh tim Sabah harus menyewa pesawat untuk menuju ke Johor.
Setelah tiba di Johor, 30 September, seluruh anggota tim Sabah kembali melakukan tes usap di Bandara Senai, Johor, dan melakukan karantina selama satu malam. Ketika hasil tes keluar Kamis (1/10) pagi, maka tim baru diizinkan berlatih. Latihan itu dilakukan jelang laga melawan Johor Darul Ta’zim, Jumat malam.
“Alhamdulillah, kami telah menjalani rangkaian protokol kesehatan dan hasil negatif untuk semua pelatih dan pemain, sehingga pertandingan melawan Johor kemarin bisa dilaksanakan sesuai jadwal,” kata Pelatih Fisik Sabah FA Sofie Imam Faizal. Imam adalah mantan pelatih fisik timnas U-19 Indonesia.
Kurniawan menilai, pelaksanaan Liga Super Malaysia yang telah berjalan lancar merupakan wujud dari pelaksanaan protokol kesehatan yang disiplin dan tidak sekedar formalitas. Selain itu, seluruh komunitas sepak bola Malaysia, lanjut Kurniawan, juga tidak menggampangkan Covid-19 sehingga menunjukkan keseriusan untuk menjalankan setiap detail protokol kesehatan demi mencegah penyebaran pandemi.
“Dengan pelaksanaan protokol kesehatan itu, tidak ada kluster baru Covid-19 setelah liga berjalan hingga pekan kesepuluh ini,” ujar Kurniawan yang pernah bermain untuk Sarawak FA di Liga Utama Malaysia edisi 2005-2006.
Meskipun rivalitas Indonesia dan Malaysia selalu hadir ketika kedua timnas bertemu, tidak ada salahnya PSSI dan PT LIB belajar banyak dari keberhasilan Malaysia merampungkan liga di masa pandemi ini.