Tim promosi, Leeds United, tidak gentar menghadapi Manchester City di Stadion Elland Road pada laga Liga Inggris Sabtu malam nanti. Leeds terbukti punya keberanian, bahkan produktivitas gol, yang melampaui tim-tim besar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LEEDS, JUMAT - Meskipun berstatus tim promosi, Leeds United berani mengambil risiko tampil menyerang di tiga laga awal Liga Inggris musim ini. Keberanian itu ditekankan kembali Manajer Leeds United Marcelo Bielsa jelang menghadapi Manchester City, Sabtu (3/10/2020) malam WIB di Stadion Elland Road.
Tim berjuluk “Si Burung Merak” itu telah menampilkan kepantasannya untuk bersaing di kompetisi kasta tertinggi di Inggris setelah "terjebak" lama di Divisi Championship Inggris selama 16 tahun. Sang juara bertahan Liga Primer Inggris, Liverpool; sesama tim promosi, Fulham; serta tim penuh kejutan di Liga Inggris musim lalu, Sheffield United; telah merasakan dampak performa pantang menyerah yang ditunjukkan Leeds pada musim ini.
Bahkan, dari ketiga laga itu, Leeds selalu mampu unggul dalam penguasaan bola. Saat pertandingan melawan Liverpool, misalnya, Leeds mampu menguasai bola hingga 52 persen, meskipun akhirnya kalah dengan skor 3-4. Dari tiga laga awal, Leeds rata-rata menguasai 55 persen penguasaan bola.
Selain dominasi penguasaan bola, Leeds juga mampu bermain tajam di lini depan. Sebanyak delapan gol telah diciptakan tim asuhan Bielsa itu pada musim ini. Jumlah itu mengungguli sejumlah tim papan atas di Liga Inggris, seperti City, Chelsea, Manchester United, dan Arsenal.
Ujian Leeds
Oleh karena itu, “The Citizens” menjadi ujian yang pantas bagi Leeds untuk menjaga konsistensinya sekaligus mengejar tiket kompetisi Eropa. Pasalnya, sejak ditangani Pep Guardiola pada 2016 silam, City telah identik dengan tim menyerang yang mengutamakan penguasaan bola.
Bielsa pun mengakui City adalah salah satu tim terkuat di Liga Inggris saat ini. Meskipun demikian, Bielsa memastikan, anak-anak asuhannya tidak akan gentar menghadapi City.
“Kami akan mencoba untuk bermain dengan pola permainan yang selama ini telah kami tunjukkan. Itu adalah identitas permainan Leeds,” ujar Bielsa dilansir laman klub itu, Jumat (2/10/2020).
Pertemuan Leeds dengan “Citizens” di Elland Road terakhir kali terjadi pada Liga Inggris edisi 2003-2004. Kala itu, Leeds unggul 2-1. Terakhir kali mereka takluk dari City di kandangnya sendiri adalah pada dua dekade silam.
Tidak hanya berani tampil menyerang, Bielsa juga telah menunjukkan fleksibilitas dalam formasi Leeds. Musim ini, Leeds telah bermain dengan dua formasi berbeda, yaitu 4-1-4-1 dan 3-5-2. Formasi terakhir terbukti mampu membuat gawang Leeds tidak kebobolan di laga pekan ketiga ketika bertandang ke kandang Sheffield United. Dalam duel itu, Leeds menang tipis, 1-0, lewat gol penyerangnya, Patrick Bamford.
Meski begitu, Leeds dipastikan tidak bisa diperkuat gelandang sayap kiri, Jack Harrison, yang dipinjam dari City. Harrison, yang merupakan salah satu muka baru di Leeds di musim ini, diikat klausul tidak bisa dimainkan ketika bertemu klub induknya, City.
Namun, hal itu tidak membuat Bielsa khawatir. Kebijakan transfer Leeds di bursa transfer musim panas ini telah menghadirkan kedalaman di skuad Leeds. Pada awal musim 2020-2021, Leeds telah mengeluarkan 89,3 juta pounds (Rp 1,71 triliun) untuk mendatangkan 11 pemain baru. Jumlah uang dan pemain itu bahkan masih berpotensi bertambah karena Bielsa masih mengincar seorang gelandang baru lainnya.
“Ketika pemain tidak bisa diturunkan, pemain lain akan menggantikan. Kami bisa melakukan variasi di sejumlah formasi dengan pemain yang tersedia,” ucap pelatih berusia 65 tahun itu.
Sementara itu, Manajer Manchester City Pep Guardiola dan timnya datang ke Elland Road dengan misi menebus kekecewaan setelag kalah 2-5 dari Leicester City di Stadion Etihad, akhir pekan lalu. Guardiola telah mendatangkan bek asal Benfica, Ruben Dias, untuk menutup kelemahan “Citizens” di lini belakang.
Keputusan untuk mendatangkan bek, Nathan Ake, dari Bournemouth belum membuat Guardiola puas. Apalagi, Ake tidak mampu mencegah City kebobolan lima gol dari Leicester. Adapun kekalahan dari Leicester itu menjadi rekor kebobolan terburuk bagi karier kepelatihan Guardiola. Selama 13 tahun berkarier sebagai pelatih, Guardiola belum pernah menderita kekalahan dengan kemasukan lima gol sebelumnya.
Alhasil, Dias diharapkan mampu memperkuat lini belakang City yang sering membuat kesalahan di musim lalu. Akibatnya, City gagal mempertahankan gelar liga dan hanya bisa menembus babak semifinal Liga Champions Eropa.
Namun, menghadapi Leeds, Guardiola mengakui calon lawannya itu tidak bisa diremehkan. Kehadiran Bielsa, lanjutnya, akan membuat Leeds semakin sulit untuk ditaklukan.
“Leeds telah menunjukkan diri sebagai sebuah tim yang siap bertarung secara kolektif, bertahan dengan banyak pemain di sekitar kotak penalti. Selain itu, Marcelo (Bielsa) adalah sosok pelatih yang saya kagumi serta selalu membuat laga berlangsung sengit,” ujar Pep dilansir laman resmi Manchester City.
Selain di lini belakang, City juga sesungguhnya mengalami krisis di sektor depan. Dua penyerang utamanya, Sergio Aguero dan Gabriel Jesus, belum bisa bermain karena menderita cedera.
Legenda City, Shaun Goater, pun meminta Guardiola tidak hanya fokus membeli pemain baru di lini pertahanan. Menurut Goater, City perlu membeli satu penyerang baru bertipe poacher yang selalu hadir di kotak penalti lawan dan mampu menyelesaikan peluang yang diciptakan sejumlah gelandang kreatif “The Citizens”, seperti Kevin de Bruyne dan Bernardo Silva.
“Man City membutuhkan seorang penyerang tengah. Guardiola memang lebih suka bermain dengan false nine, tetapi formasi itu terbukti tidak selalu mampu menjawab kebutuhan gol City dalam sejumlah laga krusial,” ujar Goater dikutip Manchester Evening News.