Cedera tendon "Achilles" kiri menghentikan sementara ambisi Serena Williams untuk merebut gelar juara Grand Slam ke-24 sepanjang kariernya. Serena mundur sebelum laga babak kedua Perancis Terbuka di Roland Garros, Paris.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Sepuluh Grand Slam diikuti Serena Williams ketika bersaing kembali di arena tenis profesional setelah melahirkan putri pertamanya, September 2017, termasuk Perancis Terbuka 2020. Sepuluh kali pula dia gagal menambah gelar untuk menyamai 24 gelar Margaret Court. Kali ini, bukan lawan yang menggagalkan misinya, melainkan cedera.
Serena mundur dari Perancis Terbuka karena cedera tendon Achilles kiri. Cedera itu diumumkannya menjelang tampil pada babak kedua melawan Tsvetana Pironkova, Rabu (30/9/2020).
Laga ulangan perempat final Amerika Serikat Terbuka itu seharusnya berlangsung pada urutan kedua di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, usai laga Elina Svitolina melawan Renata Zarazua. Kabar mundurnya Serena datang saaat Svitolina, yang akhirnya menang, masih bertanding.
”Saya punya tekad berusaha sebaik mungkin di sini, tetapi Achilles ini tidak punya cukup waktu untuk pulih setelah AS Terbuka. Saya kesulitan berjalan dan itu menjadi tanda, saya harus memulihkan diri,” kata Serena.
Petenis unggulan keenam itu memutuskan mundur setelah berdiskusi dengan pelatihnya, Patrick Mouratoglou. Saat menjalani pemanasan jelang babak kedua, rasa sakitnya makin terasa.
Karena tergolong cedera akut, Serena pun sangat menyesalkan pengunduran diri tersebut. Kecuali rasa sakit pada tendon Achilles kirinya, Serena merasa sangat fit untuk bertanding.
Petenis peringkat kesembilan dunia itu pun membutuhkan empat hingga enam pekan untuk tidak menggerakkan kaki. Maka, penampilan melawan sesama petenis AS, Kristie Ahn, pada babak pertama di Roland Garros menjadi penampilan terakhirnya tahun ini.
Saya punya tekad berusaha sebaik mungkin di sini, tetapi Achilles ini tidak punya cukup waktu untuk pulih setelah AS Terbuka. Saya kesulitan berjalan dan itu menjadi tanda, saya harus memulihkan diri
Cedera pada tendon di bagian belakang pergelangan kaki, yang menghubungkan otot betis ke tulang tumit itu mulai dirasakan ketika Serena berhadapan dengan Victoria Azarenka pada semifinal AS Terbuka di New York, dua pekan lalu. Serena kalah pada laga tersebut namun masih bisa mempersiapkan diri untuk tampil di Roland Garros. Dia memulihkan diri dan berlatih di akademi tenis milik pelatihnya di Perancis.
Meski sering absen dari turnamen karena cedera dan hamil, Seeena baru dua kali mundur dari Grand Slam. Momen pertama terjadi pada babak ketiga Wimbledon 1998 saat masih berusia 17 tahun. Serena mundur pada set kedua saat berhadapan dengan Virginia Ruano Pascual karena cedera betis kiri.
Menunda
Cedera terakhir membuat Serena kembali harus menunda mewujudkan salah satu ambisinya, menjadi petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal. Sejak gelar pertama di AS Terbuka 1999, Serena telah mengoleksi 23 gelar, hanya kurang satu dari rekor milik Margaret Court. Mantan petenis Australia itu mengumpulkan 24 gelar Grand Slam dalam rentang 1960-1973.
Namun, target itu tak juga terwujud sejak juara Australia Terbuka 2017. Setelah meraih gelar di Melbourne usai mengalahkan kakaknya, Venus Williams, di final, Serena beristirahat dari kompetisi karena hamil, lalu melahirkan Olympia pada September 2017. Tekad menjadi salah satu yang terbaik dalam sejarah tenis putri membawanya kembali ke lapangan pertandingan, enam bulan setelah melahirkan.
Absen dari turnamen, status sebagai ibu, serta faktor usia—Serena berusia 39 tahun pada 26 September—tak menghalangi motivasinya bertahan sebagai petenis elite dunia. Serena mendapat peluang besar mewujudkan cita-citanya saat empat kali lolos ke final Grand Slam, pada Wimbledon dan AS Terbuka, 2018-2019. Tetapi, Angelique Kerber dan Simona Halep mengalahkannya di Wimbledon, dan dua talenta muda, Naomi Osaka dan Bianca Andreescu, menghadangnya di New York.
Mouratoglou, yang mengantarkan Serena pada 10 gelar Grand Slam sejak 2012, mengatakan, petenis asuhannya itu masih memiliki “api” untuk bersaing di dunia tenis profesional. Namun, Chanda Rubin, mantan petenis AS yang kini menjadi analis Tennis Channel berpendapat, Serena tak perlu lagi memaksakan diri untuk membuktikan sebagai terbaik.
”Saya menghargainya karena ter motivasi untuk juara yang ke-24 kali, tetapi dia tak membutuhkan itu. Rekor pada era Terbuka telah memperlihatkan bahwa dia adalah yang terbaik. Tetapi, Serena memang sosok yang selalu punya target besar,” katanya. (AP/AFP)