Francesco “Peco” Bagnaia akan kembali satu tim dengan Jack Miller di tim pabrikan Ducati musim depan. Peco diharapkan menjadi pelepas dahaga juara MotoGP yang terakhir dipersembahkan Casey Stoner, 13 tahun lalu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
BORGO PANIGALE, RABU – Francesco “Peco” Bagnaia membuat kejutan pada musim keduanya di MotoGP. Dia menjelma menjadi pebalap yang jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan debutnya pada 2019. Peco nyaris meraih podium pertamanya pada seri kedua musim 2020 di Jerez, tetapi gagal karena kerusakan motor. Dia kemudian finis kedua pada seri San Marino, dan nyaris meraih kemenangan pertama pada seri Emilia Romagna di Sirkuit Misano, tetapi gagal karena terjatuh.
Lonjakan performa pebalap lulusan Akademi VR46 milik Valentino Rossi itu mengantarnya menjadi pebalap tim pabrikan Ducati. Dia akan kembali satu tim dengan rekannya di Pramac Racing, Jack Miller, musim depan. Miller lebih dulu memastikan posisinya di Ducati, Mei lalu.
Peco menggantikan pebalap veteran Andrea Dovizioso yang gagal menyepakati perpanjangan kontrak. Adapun tim satletit Pramac yang ditinggalkan Miller dan Bagnaia akan diperkuat Johann Zarco (Esponsorama Racing), serta Jorge Martin yang masih membela tim Moto2 Red Bull KTM Ajo.
“Saya memilih menjadi pebalap Ducati sejak sebelum menjadi juara Moto2 pada 2018 dan mereka memiliki saya sebelum mengetahui, suatu hari saya akan menjadi juara. Ini adalah pertaruhan kami, karena hingga kini saya selalu menjadi pebalap yang cepat, tetapi tidak memiliki apapun yang nyata dalam kantong. Ducati memutuskan untuk mempercayai ini lebih dulu dibandingkan yang lain. Kami tidak tahu bagaimana ini akan berjalan, tetapi hingga kini, jika saya harus kembali, saya akan mengulanginya lagi,” ujar Bagnaia dalam pernyataan resmi Ducati, Rabu (30/9/2020).
Peco meniti kariernya mulai dari Minimoto, dengan menjadi juara MiniGP Eropa pada 2009 saat berusia 12 tahun. Dia menjalani debut di ajang persiapan menuju grand prix dalam Kejuaraan Mediterania 125 pada 2010 dan di akhir musim finis sebagai runner-up. Dia juga mengasah kemampuan, mental dan pengalaman di CEV Moto3 musim 2012, dengan finis ketiga dibelakang Alex Marquez dan Luca Amato.
Bagnaia kemudian meniti debut di Grand Prix Moto3 pada 2013 dan berlangsung hingga 2016. Pada 2017 dia promosi ke Moto2 dan pada musim berikutnya menjadi juara dunia. Performa Bagnaia dengan karakter membalap yang agresif mengantar pebalap kelahiran Torino, Italia itu, dikontrak oleh Pramac Racing, tim satelit Ducati. Pada musim pertamanya di MotoGP, Bagnaia mengumpulkan 54 poin dan berada di posisi ke-15.
“Debut MotoGP saya sulit, tetapi di Ducati mereka tidak pernah mempertanyakan saya, mereka memberi semua dukungan dan meyakini bahwa seorang rookie membutuhkan (pengalaman). Mereka membiarkan saya mencari pengalaman pada 2019. Saya mendengarkan mereka, saya mempercayai mereka, bersama-sama kami belajar untuk saling mengenal dan memahami, dan kini kami membentuk tim yang hebat,” tegas Bagnaia.
“Mereka mengajari saya metode kerja yang membuat kami meraih sejumlah kepuasan besar dan saya pikir ini hanyalah permulaan. Hari ini saya menjadi orang paling bahagia di dunia, bagi saya ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Menjadi pebalap pabrikan Ducati telah menjadi ambisi saya, dan saya berhasil bersama dengan semua yang selalu mempercayai saya meskipun saat keadaan tidak berjalan bagus,” lanjut pebalap berusia 23 tahun itu.
Tumpuan harapan
Peco kini menjadi tumpuan harapan Ducati untuk mengakhiri paceklik juara MotoGP yang terakhir kali diraih Casey Stoner pada 2007. Itu merupakan gelar juara pertama dan satu-satunya yang diraih Ducati di ajang MotoGP. Tim asal Italia itu terus memburu gelar juara dengan mengontrak pebalap papan atas, termasuk Valentino Rossi dan Nicky Hayden pada 2011. Mereka kemudian mengontrak Dovizioso pada 2013 saat dia menjadi runner-up pada musim 2017-2019. Doviziozo (34) akan meninggalkan Ducati pada akhir musim 2020 ini.
Musim 2013 merupakan periode tergelap Ducati, hingga mereka mendatangkan insinyur papan atas Luigi Dall’Igna yang sukses di Aprilia. Dia menjadi kunci kebangkitan Ducati di MotoGP hingga menjadi pesaing terkuat Honda dalam tiga musim terakhir, saat Dovizioso selalu finis kedua di belakang pebalap Repsol Honda Marc Marquez.
Dall’Igna juga yang berinisiatif mendatangkan Jorge Lorenzo dari Yamaha. Peraih tiga gelar juara dunia MotoGP bersama Yamaha itu diharapkan menjadi kepingan terakhir Ducati untuk membuat Desmosedici GP menjadi lebih mudah dikendalikan tanpa kehilangan kecepatan. Namun, proyek itu tudak berjalan mulus, dan Lorenzo pun meninggalkan Ducati.
Tim Italia itu fokus pada Dovizioso, tetapi runner-up bukanlah pencapaian yang diincar oleh Ducati. Mereka memburu gelar juara yang belum pernah mereka raih lagi setelah tonggak yang ditancapkan oleh Stoner pada 2007. Ducati kini berharap pada Bagnaia yang mulai memercik musim ini. Pebalap muda itu diharapkan menjadi kepingan terakhir yang dicari oleh Ducati selama 13 tahun.