Klub-klub peserta Shopee Liga 1 harus segera mengubah rencananya karena kompetisi kembali ditunda. Klub-klub dan para pemain di dalamnya menjadi pihak yang paling menderita dari situasi ketidakpastian tersebut.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kompetisi sepak bola Shopee Liga 1 dan Liga 2 musim 2020-2021 batal bergulir lagi mulai 1 Oktober mendatang setelah Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak memberikan izin keramaian karena situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air masih mengkhawatirkan. Para pemain dan klub menjadi korban terbesar dari ketidakpastian nasib liga tersebut.
Menurut Manajer Umum Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) Ponaryo Astaman, saat dihubungi, Selasa (29/9/2020), dampak penundaan kompetisi itu lebih buruk dari pengalaman ketika sepak bola Indonesia dibekukan FIFA pada 2015. Kala itu, kompetisi resmi ditiadakan.
”Saat dibekukan FIFA, pemain masih bisa ikut turnamen. Sekarang kan tidak,” ujar mantan kapten tim nasional sepak bola Indonesia itu.
Fajar Junaedi, pengamat sepak bola sekaligus pengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, melihat sepak bola sebagai korban dari tidak konsistennya kebijakan pemerintah terkait penanganan situasi pandemi. Di satu pihak, aktivitas sepak bola tidak diizinkan, tetapi pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak justru diperbolehkan.
”Padahal, beberapa kandidat dalam pilkada telah terbukti melanggar protokol kesehatan, sedangkan sepak bola sudah dirancang dengan protokol kesehatan yang ketat, meliputi sanksi yang berat jika dilanggar,” tuturnya.
Inkonsistensi
Masalah inkonsistensi itu juga ramai disuarakan para pesepak bola di media sosial, kemarin. ”Main bola enggak boleh, tetapi pilkada boleh,” sindir I Gede Sukadana, pemain PSS Sleman yang dua kali mengikuti tes usap, di Instagram.
Main bola enggak boleh, tetapi pilkada boleh.
Penyelenggaraan liga sepak bola itu, bahkan juga basket, sempat mendapatkan ”lampu hijau” dari pemerintah, yaitu melalui Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo. Mereka merestui bangkitnya kompetisi olahraga yang tujuh bulan mati suri itu sepanjang ditaatinya protokol kesehatan oleh para pihak (Kompas, 18/10/2020).
Secara terpisah, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, izin keramaian Liga 1 tidak dikeluarkan Polri karena situasi pandemi Covid-19 yang masih terus meningkat. Itu ditunjukkan dari semakin banyaknya warga yang terinfeksi.
Selain itu, Kepala Polri juga telah menerbitkan Maklumat Kapolri yang menjadi penegasan bahwa Polri tidak akan mengeluarkan izin keramaian di seluruh tingkatan. ”Polri bersama TNI beserta para pemangku kepentingan terkait sedang konsentrasi mendukung kebijakan pemerintah dengan melaksanakan operasi yustisi di semua jajaran,” kata Argo.
Hilang generasi
Menurut Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan, penundaan kompetisi itu bisa berdampak luas pada seluruh ekosistem sepak bola nasional. Ia bahkan menyebut satu generasi pesepak bola bisa hilang jika kompetisi tidak bisa digelar dalam setahun.
Meskipun demikian, Iriawan tetap menghormati keputusan Polri yang belum mau mengeluarkan izin keramaian. Ia juga meminta para pelaku sepak bola tetap optimistis dan semangat menanti kembali bergulirnya liga di masa pandemi.
Ia berharap kompetisi sepak bola nasional itu bisa bergulir kembali paling lambat November mendatang. ”PSSI memohon kompetisi ditunda (paling lama) satu bulan, tentunya dengan mempertimbangkan situasi yang ada. Semoga ketika itu pandemi mulai mereda,” ujar Iriawan.
Apabila liga itu gagal dilanjutkan kembali mulai November mendatang, menurut Iriawan, kompetisi akan semakin sulit digelar. Liga yang digelar mulai November masih bisa tuntas pada Maret 2021. Maka itu, liga tidak perlu dipaksakan bergulir pada April ketika sudah memasuki bulan puasa dan pada Mei saat Indonesia sudah harus menggelar Piala Dunia U-20.
Seluruh laga tersisa Liga 1 dan Liga 2 musim 2020-2021 itu akan digelar tanpa penonton. Laga-laga itu juga sudah dijadwalkan akan digelar di sembilan stadion yang tersebar di lima provinsi, yaitu Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Laga PSS Sleman versus Persik Kediri di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Kamis (1/10/2020), diagendakan menjadi laga perdana di musim luar biasa ini.
Telanjur datang
Mayoritas klub pun telah telanjur hadir di Yogyakarta, wilayah yang menjadi ”pemusatan” tim-tim yang berasal dari luar Pulau Jawa. PSM Makassar, misalnya, tiba di Yogyakarta pada pekan ini dan telah menggelar latihan. Mereka terpaksa tetap bertahan di Yogyakarta selama sebulan ke depan sambil menunggu kepastian kapan liga bisa dilanjutkan kembali.
”Jarak (waktu) dari sekarang sampai sebulan ke depan kan terhitung cepat. Jadi, kami tidak mau pulang (ke Makassar),” kata Sulaiman Karim dari Humas PSM Makassar.
Langkah berbeda dilakukan Bali United yang sudah telanjur mengangkut logistik keperluan tim untuk bermarkas di Stadion Sultan Agung, Bantul. ”(Logistik itu) sudah diatur untuk dikembalikan lagi (ke Bali),” ujar CEO Bali United Yabes Tanuri kepada Radio Bali United FM. (NAD)