Rintangan besar di babak pertama Perancis Terbuka dilewati Dominic Thiem dengan selamat. Juara Grand Slam AS Terbuka itu terhindar dari kekalahan dini seperti beberapa kali terjadi setelah menjadi juara di ajang besar.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, SENIN — Tak punya banyak waktu merayakan gelar juara Amerika Serikat Terbuka, Dominic Thiem memanfaatkan jeda dua pekan untuk mengistirahatkan tubuh dan kembali bersiap untuk Grand Slam Perancis Terbuka. Tekanan sebagai juara Grand Slam untuk pertama kalinya dilewati saat bertemu sesama juara AS Terbuka, Marin Cilic, pada babak pertama.
Sebelum berhadapan dengan Cilic dan mengalahkannya, 6-4, 6-3, 6-3, di Lapangan Philippe Chatrier, Senin (28/9/2020), Thiem hanya punya waktu enam hari untuk beraklimatisasi di Roland Garros dalam suasana baru. Perancis Terbuka yang dimundurkan dari 24 Mei-7 Juni menjadi 27 September-11 Oktober digelar pada musim gugur, alih-alih musim panas.
Petenis pun harus bertanding dalam suhu udara dingin, angin kencang, dan hujan. Tumbukan batu bata yang melapisi bagian paling atas lapangan menjadi lengket. Bola dari Wilson yang baru digunakan pada tahun ini pun lebih berat.
Status sebagai juara Grand Slam untuk pertama kalinya menambah tantangan bagi petenis Austria peringkat ketiga dunia itu. Tekanan mental dirasakan Thiem, seperti juga petenis lain yang datang ke sebuah turnamen setelah mendapat pengalaman pertama menjuarai turnamen tenis level tertinggi.
”Kita lihat bagaimana saya bisa mengatasi emosi, juga, tantangan pada fisik setelah yang terjadi di New York,” ujar Thiem, sehari sebelum berhadapan dengan Cilic.
Thiem menjadi AS Terbuka di Flushing Meadows, New York, setelah mengalahkan rival yang juga sahabatnya, Alexander Zverev, dalam lima set. Dia kehilangan dua set awal sebelum akhirnya menang, 2-6, 4-6, 6-4, 6-3, 7-6 (8-6).
Namun, dia dibayangi pengalaman selalu tampil buruk setelah meraih gelar dalam turnamen besar. Setelah juara ATP Masters 1000 Indian Wells 2019 dengan mengalahkan Roger Federer di final misalnya, petenis berusia 27 tahun itu ditaklukkan Hubert Hurkacz pada penampilan pertama di Miami Masters, sepekan berikutnya.
Situasi serupa terjadi pada turnamen yang berlangsung dua pekan beruntun pada Oktober-November di tahun yang sama. Setelah menjuarai ATP 500 Vienna di negara kelahirannya, Thiem tersingkir pada babak ketiga Paris Masters.
Hasil dalam dua Grand Slam dengan jarak berdekatan pada tipe lapangan berbeda, Perancis Terbuka (lapangan lambat) dan Wimbledon (lapangan cepat), juga tak begitu baik. Setelah mencapai final Perancis Terbuka 2018 dan 2019, Thiem selalu tersingkir pada babak pertama Wimbledon.
Tampil konsisten pada dua Grand Slam beruntun memang bukan hal yang mudah. Untuk menjuarai Grand Slam dibutuhkan tujuh kemenangan beruntun dalam persaingan yang berlangsung dua pekan dengan format best of five sets untuk tunggal putra.
Maka, Thiem pun cukup lega setelah mengalahkan Cilic meski baru melewati babak pertama. ”Ini belum pernah saya alami, mengikuti dua Grand Slam dengan jeda hanya dua pekan. Tetapi, saya senang berada di sini. Perancis Terbuka adalah Grand Slam terbaik saya dan saya pun tak terlalu lama mencurahkan perhatian pada kemenangan di New York agar bisa fokus di sini,” komentar Thiem, setelah mengalahkan Cilic.
Thiem juga tak mempermasalahkan cuaca dingin yang menjadi kendala petenis lain. ”Saya berasal dari Austria, sudah terbiasa bermain tenis dalam suhu 10-15 derajat. Jadi, saya cukup menyukai cuaca di sini,” lanjut Thiem.
Lawan tangguh
Meski menang dalam tiga set, kemenangan atas Cilic di Roland Garros tak didapat dengan mudah. Sejak undian Perancis Terbuka dirilis, Kamis pekan lalu, Thiem mengatakan, Cilic adalah petenis yang ingin dia hindari untuk bertemu pada babak pertama, apalagi di arena Grand Slam.
Sejak 2019, juara AS Terbuka 2014 itu tak pernah bisa melewati babak keempat Grand Slam. Namun, Cilic tetap menjadi lawan tangguh bagi siapa pun. Sebagai petenis berpostur ringgi, 198 sentimeter, petenis asal Kroasia itu tak hanya mengandalkan servis kencang untuk meraih poin. Cilic bisa bergerak lebih baik menguasai lapangan dibandingkan dengan petenis jangkung berservis keras lainnya seperti John Isner atau Ivo Karlovic.
Pada tiga pertemuan sebelumnya dengan Thiem, Cilic selalu mencuri satu hingga dua set meski akhirnya kalah. Dalam pertemuan pada babak kedua AS Terbuka, dua pekan lalu, misalnya, Cilic kalah dengan skor 2-6, 2-6, 6-3, 3-6.
Ketatnya pertandingan Thiem melawan Cilic di Roland Garros diwarnai saling mematahkan servis pada set pertama dan ketiga. Namun, Thiem, yang lebih menguasai lapangan tanah liat dengan menjadi finalis Perancis Terbuka 2018 dan 2019, unggul melalui pukulan-pukulan dengan sudut lebar. Hal itu membuat Cilic sulit untuk mengembalikannya.
Penampilan tersebut menumbuhkan kepercayaan diri Thiem untuk melaju lebih jauh di Roland Garros. Dia datang ke Roland Garros sebagai salah satu favorit juara tunggal putra selain pemegang 12 kali juara, Rafael Nadal, dan pemain nomor satu dunia, Novak Djokovic.
Seperti Thiem, Nadal juga memulai penampilan pada Senin (dimulai Senin tengah malam WIB) melawan Egor Gerasimov (Belarus). Adapun Djokovic akan memainkan babak pertama melawan Mikael Ymer (Swedia) pada Selasa.
Sementara itu, hujan kembali mengganggu penyelenggaraan turnamen. Kecuali di Lapangan Philippe Chatrier yang telah beratap, pertandingan pada lapangan lain dimulai lebih lambat sekitar dua jam dari jadwal. (AP/AFP)