Kentucky ramai diperbincangkan, bukan karena waralaba ayam goreng. Melainkan karena "rookie" Miami Heat berusia 20 tahun, Tyler Herro, dari Universitas Kentucky. Herro menjadi pahlawan kemenangan atas Boston Celtics.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Tidak ada yang menyangka Tyler Herro (20), sebagai pemain urutan ke-13 dalam draf musim ini, mampu berbuat banyak. Namanya dianggap angin lalu dibandingkan rookie favorit penggemar, Ja Morant (Memphis Grizzlies) dan Zion Williamson (New Orleans Pelicans).
Namun, kenyataan berbalik. Saat tim Morant dan Williamson sudah tersingkir, Herro mengejutkan semua orang pada Kamis (24/9/2020). Dia menjadi pahlawan kemenangan Heat atas Boston Celtics, 112-109, pada gim 4 final Wilayah Timur. Bocah yang baru melepas usia remajanya ini mengguncang NBA lewat raihan 37 poin dari bangku cadangan.
Badan Herro kurus, tetapi tidak dengan nyalinya. Walaupun pemain termuda dalam tim, dia berani mengambil tanggung jawab seniornya yang sedang kurang ”wangi” (kurang produktif).
Dia memasukkan poin demi poin dari mana saja, melalui lemparan perimeter dan tiga angka ataupun penetrasi area dalam. Semua itu dilakukan dengan melewati hadangan penjaga pertahanan terbaik lawan, Jaylen Brown dan Marcus Smart.
Kehebatannya sampai membuat gentar pelatih jenius Celtics, Brad Stevens. Dia menilai Herro punya tangan ajaib yang bisa memproduksi apa pun tanpa merasa tertekan. ”Dia seperti tidak takut akan apa pun. Keranjang basket tampak (selebar) lautan baginya,” ucap Stevens.
Capaian Herro kemarin sangat fantastis. Jumlah poin itu merupakan yang terbanyak kedua sepanjang sejarah dari pemain berusia 20 tahun. Hanya legenda hidup Lakers, Magic Johnson (42 poin), yang mengalahkannya. Itu pun terjadi empat dekade lalu.
Dari gaya bermain, guard setinggi 1,96 meter ini seolah terbentuk dari kombinasi pemain terbaik. Gaya bermainnya mirip megabintang Warriors, Stephen Curry. Kepercayaan dirinya seperti legenda hidup Michael Jordan. Etos kerjanya persis seperti senior tim, Jimmy Butler.
”Mereka punya kesamaan (Herro dan Curry). Mereka bisa membuat lemparan sambil dribel atau tinggal menangkap dan melempar bola. Kemampuan itu sangat langka dimiliki sekaligus,” kata veteran Heat, Andre Iguodala, yang pernah tiga kali juara NBA bersama Curry.
Kepercayaan diri jadi elemen penting penampilannya. Di kuarter terakhir, Herro bukannya tertekan, justru semakin bersenang-senang. Saat lemparan masuk, dia masih sempat melihat ke arah kamera sambil membentuk gestur mencium. Hal itu mengingatkan akan Jordan yang selalu menikmati setiap detik permainan.
Kunci utama perkembangan pesat guard setinggi 1,96 meter ini merupakan etos kerja menakjubkan. Dia bisa mengimbangi porsi latihan Butler, pemain yang punya etos kerja ”gila” mendekati keuletan mendiang Kobe Byrant.
Sejak awal musim, Herro dan Butler sering berlatih bersama di sasana sejak jam 4 pagi. Mereka menyebutnya sebagai latihan rahasia. ”Dia (Herro) punya percaya diri. Tetapi, dia rendah hati. Mau bekerja keras, mau dilatih, dan mau mendengarkan masukan dari veteran tim. Dengan itu semua, dia terus berkembang,” kata pelatih Heat, Erik Spoelstra.
Supremasi Kentucky
Meski lahir dan besar di Milwaukee, Herro berada di posisi saat ini karena Kentucky. Semua berawal dari keputusan pindah ke tim universitas Kentucky Wildcats, setelah lulus sekolah pada 2018. Di salah satu tim universitas terbaik itu, namanya semakin sering terdengar.
Heat memilih Herro tidak lepas dari koneksi Kentucky dalam tubuh tim. Presiden Heat Pat Riley dan center Heat, Bam Adebayo, merupakan mantan pemain Wildcats. Koneksi itu membuat Riley lebih mengetahui bakat sang pemain.
Di Wildcats, dia dibina oleh pelatih hall of fame John Calipari. Cal, sapaannya, dikenal punya tangan dingin menghasilkan bintang NBA. Salah satunya Anthony Davis di Los Angeles Lakers.
Cal mengajarkan Herro permainan tim dengan kerja keras tinggi. Sang pelatih tidak mau ada permainan serakah dan ego bintang di timnya. Dia juga ingin semua pemain melampaui batas ketika latihan maupun pertandingan. Hal itu yang membuatnya sangat cocok dengan mentalitas tim Heat di bawah Spoelstra.
”Setiap permainan di Kentucky sudah seperti ajang Super Bowl. Anda tahu artinya? Semua tembakan berarti. Mereka bisa merasakan atmosfer NBA. Lihat saja Herro, baru 20 tahun sudah mampu bermain lebih banyak dari yang lain,” tutur Cal tentang kematangan mantan anak asuhnya tersebut.
Bersama Herro, saat ini binaan Kentucky sukses menguasai final wilayah timur dan barat. Di Heat, ada Herro dan Adebayo. Sementara itu, ada Davis (Lakers) dan Jamal Murray (Nuggets) yang sedang bertarung di barat.
Kentucky pun tidak lagi dikenal hanya karena merajai waralaba ayam goreng. Sekarang, mereka juga merajai dalam urusan melahirkan para pemain terbaik di NBA. Kehadiran Herro semakin menegaskan itu. (AP)