Pertaruhan Perancis untuk Roland Garros dengan Penonton
Kritik dan kekhawatiran muncul menjealng berlangsungnya Grand Slam Perancis Terbuka. Penanganan peserta yang terinfeksi Covid-19 dan renanca mendatangkan hingga 5.000 penonton per hari membuat peserta khawatir.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Gelar juara Novak Djokovic dan Simona Halep dari Italia Terbuka di Roma, akhir pekan lalu, tertutup berbagai masalah jelang Perancis Terbuka, turnamen tenis terbesar di lapangan tanah liat. Sebagai Grand Slam kedua yang digelar pada masa pandemi Covid-19, Federasi Tenis Perancis (FFT) dihadapkan pada penanganan peserta yang terinfeksi dan dampak pada orang di sekitarnya.
Hingga Selasa (22/9/2020), lima petenis dicoret dari daftar babak kualifikasi yang berlangsung 21-25 September. Adapun babak utama berlangsung 27 September-11 Oktober.
Dua di antara lima petenis yang didiskualifikasi mendapat hasil positif, tiga lainnya karena kontak dengan salah satu pelatih yang juga terinfeksi. ”Berdasarkan protokol kesehatan dalam turnamen, lima petenis tak akan bertanding pada babak kualifikasi dan akan menjalani karantina mandiri selama tujuh hari. Sejak 17 September, telah dilakukan 900 tes,” bunyi pengumuman yang disampaikan panitia.
FFT tak mengumumkan pemain yang didiskualifikasi. Akan tetapi, berdasarkan nama yang hilang dari daftar undian, mereka adalah Denis Istomin, Ernesto Escobedo, Pedka Krstin, Bernabe Zapata, dan Damir Dzumhur.
Dzumhur lalu mengungkap pencoretan namanya melalui media sosial karena hasil positif yang didapat pelatihnya, Petar Popovic. Dia selalu didampingi Popovic sejak turnamen tenis putra dimulai kembali pada 22 Agustus setelah terhenti pada Maret karena pandemi Covid-19. Keduanya menjalani 20 kali tes saat mengikuti ATP Masters 1000 Cincinnati (22-29 Agustus), Grand Slam AS Terbuka di New York (31 Agustus-13 September), ATP Masters 1000 Roma (14-21 September), dan saat tiba di Paris, akhir pekan lalu.
Dikisahkan Dzumhur, dia dan Popovic mendapat hasil negatif pada tes pertama di Paris. ”Tes kedua dilakukan pada Sabtu. Hari Minggu, saya diberi tahu hasil tes saya negatif, sedangkan pelatih masih menunggu hasilnya. Menjelang pukul 16.00, diberitahukan hasilnya positif. Beberapa saat kemudian, mereka memberi tahu bahwa saya dikeluarkan dari turnamen,” tutur petenis asal Bosnia-Herzegovina itu.
Dengan pemberitahuan tersebut, Dzumhur batal tampil pada kualifikasi yang dimulai sehari setelah dia dicoret. ”Saya sangat terkejut dengan kabar itu karena ini adalah turnamen favorit saya. Saya mendapat hasil baik di sini, tetapi justru tidak mendapat kesempatan untuk tampil,” ujar petenis yang pernah mencapai babak ketiga Perancis Terbuka 2015 dan 2018 tersebut.
Setelah mendapat hasil positif, Popovic meminta tes berikutnya dengan alasan memiliki antibodi. ”Orang dengan antibodi bisa mendapat hasil tes yang tak akurat, tetapi dia tidak mendapat kesempatan untuk tes lagi, padahal kami yakin hasilnya akan negatif,” lanjut Dzumhur.
Pelatih asal Serbia tersebut mengungkapkan kemarahannya. ”Saya yakin, jika hal ini terjadi pada atlet dengan nama besar seperti Rafa (Nadal), dia akan memiliki kesempatan untuk mengikuti tes berikutnya untuk kepastian,” katanya.
Djokovic, yang pada Minggu malam menjuarai Roma Masters, menawarkan bantuan pada Dzumhur. Petenis dengan gelar juara ATP Masters 1000 terbanyak, 36 gelar, setelah juara di Roma itu adalah Presiden Asosiasi Pemain Tenis Profesional (PTPA) yang dia dirikan menjelang AS Terbuka. Menurut Djokovic, Popovic bisa menuntut panitia jika ternyata hasil positif tersebut tak akurat.
Lambat
Kritik tak hanya disampaikan Dzumhur dan timnya. Beberapa petenis, dengan nama yang tak disebutkan, mengkritik lambatnya komunikasi panitia dengan peserta.
”Hingga saat ini, kami tak puas dengan kondisi di Roland Garros. Saya tak percaya bahwa ini adalah sebuah turnamen berlevel Grand Slam. Komunikasi dengan panitia sangat lambat, saya harus banyak menunggu. Pekerja di hotel tak mengenakan masker, meja pun tak sering dibersihkan,” ujar petenis tersebut dalam sebuah media daring tenis.
Kekhawatiran atas keamanan penyelenggaraan Perancis Terbuka tak terhindarkan karena turnamen ini akan digelar dengan kehadiran penonton meski terbatas. Padahal, jumlah kasus Covid-19 di Perancis sangat tinggi sepanjang September. Pada 19 September, misalnya, terdapat penambahan 13.498 kasus yang merupakan jumlah tertinggi sejak kasus Covid-19 tercatat di Perancis, Februari.
”Sejak turnamen tenis internasional berlangsung kembali, Roland Garros menjadi turnamen pertama yang mendapat hak menggelar kejuaraan dengan penonton,” ujar Presiden FFT Bernard Giudicelli.
Sebanyak 5.000 penonton diizinkan hadir di lapangan utama Roland Garros, Stadion Philippe Chatrier, per hari. Penonton yang akan mengisi sepertiga kapasitas stadion itu wajib mengenakan masker. Angka tersebut mengacu pada peraturan pemerintah yang mengizinkan berkumpulnya orang hingga 5.000 orang. Jumlah itu turun dari rencana mendatangkan (maksimal) 11.500 penonton per hari.
Penerapan peraturan ini berbeda dengan AS Terbuka yang penyelenggaraannya dinilai cukup sukses oleh petenis meski tak luput dari masalah. Asosiasi Tenis AS (USTA) menggelar turnamen tanpa penonton, mengurangi jumlah panitia, dan anggota tim pendukung setiap petenis. Lingkungan yang terbatas dan terkontrol untuk semua partisipan dibuat dalam ”gelembung” New York.
Di New York, masalah muncul ketika petenis Perancis, Benoit Paire, dicoret dari turnamen karena positif Covid-19. Sebanyak delapan petenis yang melakukan kontak dengannya diizinkan bermain, tetapi dengan pengawasan yang sangat ketat. Mereka hanya diizinkan berada di dalam kamar hotel dan tempat pertandingan hingga petenis pun menyebut bagai hidup dalam ”gelembung” di dalam “gelembung”.
Setelah itu, AS Terbuka berlangsung dalam suasana baru, termasuk dalam acara pemberian hadiah. Trofi juara yang biasanya diberikan salah satu legenda tenis, misalnya, kali ini diambil sendiri oleh petenis. Trofi diletakkan di atas meja di hadapan para finalis.
Maka, ketika negara lain masih memberlakukan aturan tanpa penonton, Roland Garros pun akan menjadi pertaruhan Perancis dalam menggelar kejuaraan besar dalam masa pandemi Covid-19.