Nikola Jokic adalah musuh paling diwaspadai Los Angeles Lakers. Jokic akan menjadi "kartu joker" Denver Nuggets untuk menumbangkan tim unggulan teratas tersebut pada final Wilayah Barat NBA musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
ORLANDO, KAMIS - ”Joker”, julukan bintang Denver Nuggets Nikola Jokic, merupakan center serba-bisa paling berbahaya di NBA saat ini. Bak tokoh penjahat fiksi, Joker, dia bisa menipu lawan amat mudah dengan berbagai trik. Jika tidak waspada, Los Angeles Lakers bisa jadi korban magis Jokic selanjutnya.
Jokic pemain paling ditakuti Lakers jelang laga melawan Nuggets pada gim 1 final Wilayah Barat, Sabtu (19/9/2020) WIB, di Orlando. Jokic adalah aktor utama Nuggets ketika menjungkalkan tetangga Lakers, LA Clippers, di semifinal.
”Dia (Jokic) bisa menyakiti lawan dengan berbagai cara. Dia paham kemampuan yang dimilikinya. Karena itu, akan sulit menjaganya nanti,” kata pelatih Lakers, Frank Vogel, Kamis.
Ketakutan Vogel tidaklah berlebihan. Jokic adalah center dengan atribut kemampuan paling lengkap di NBA. Dengan tubuh besar dan tinggi, seperti center pada umumnya, dia sangat mumpuni untuk mendominasi area dekat keranjang.
Namun, ia punya keunikan lain yang tidak ada pada pemain center lainnya, yaitu tembakan jauh akurat dan kemampuan mengatur serangan. Tak pelak, Jokic ibarat seorang guard yang terperangkap dalam tubuh raksasa, yaitu setinggi 2,13 meter.
Kemampuan bermain di area dalam maupun luar dengan segala posisi itu juga dilengkapinya dengan visi bermain yang hebat. Saat memegang bola, pemain berusia 25 tahun ini lebih mirip seorang seniman dibandingkan pemain basket.
Polos tapi ganas
Teknik dan visi hebat itu, plus kecepatan berpikir, sering kali memperdayai lawan. Saat dikira akan menembak, Jokic justru mengumpan ke rekannya yang berada di posisi lebih menguntungkan. Sebaliknya, dia sering memasukkan bola di dalam posisi terdesak. Wajahnya polos, tetapi permainannya ganas.
Statistik dalam kemenangan Nuggets di gim 7 atas Clippers merepresentasikan dominasi dan keganasan Jokic. Dia mencetak triple double berupa 16 poin, 22 rebound, dan 13 asis, melawan tim yang digadang-gadang memiliki pertahanan terkuat itu.
Berkaca dari nasib Clippers itu, Jokic bisa menjadi masalah besar bagi Lakers. Sepanjang playoff musim ini, mereka belum pernah menghadapi tim yang memusatkan serangannya pada pemain bertubuh besar, seperti Jokic.
Sebelumnya, LeBron James dan rekan-rekannya lolos ke final wilayah dengan rekor cemerlang, kemenangan 80 persen, melewati Portland Trail Blazers dan Houston Rockets. Serangan kedua tim itu terletak pada pemain-pemain guard.
Maka itu, ungkap Vogel, Lakers akan kembali ke gaya awal mereka setelah dalam tiga gim terakhir sempat memainkan ”bola kecil” dengan skuad tanpa center murni. Otak-atik taktik itu semata-mata demi menghentikan Jokic. ”Akan ada perubahan terutama dalam hal bagaimana kami memainkan center,” ucapnya.
Maka itu, satu dari dua center veteran Lakers, Javale McGee dan Dwight Howard, kemungkinan bermain sejak awal pada laga Sabtu dini hari. Namun, masalahnya, McGee dan Howard hanya tampil total 8 menit di 3 gim teranyar.
Pengalaman pahit Clippers
Kualitas center yang tidak mumpuni bisa menjadi blunder, seperti pengalaman pahit Clippers saat mencoba membendung Jokic dengan dua pemain center, yaitu Ivica Zubac dan Montrezl Harrell. Namun, mereka gagal membendung Jokic.
Zubac, dengan tinggi yang sama, bisa menutup Jokic beroperasi di area dalam. Namun, sebagai pemain jangkung, langkahnya lamban. Hal itu dimanfaatkan Jokic.
Jokic bekerja sama dengan guard Jamal Murray untuk memancing Zubac. Murray, lewat penetrasinya, akan memancing perhatian Zubac. Dengan seketika, Murray memberikan bola kembali ke Jokic yang sudah dalam posisi bebas dan siap melakukan lemparan. Zubac pun terlambat menutup Jokic.
Adapun Harrell lebih atletis dan langkahnya lebih cepat. Namun, dia lebih pendek 12 sentimeter dari Jokic. Perbedaan tinggi membuat Jokic nyaman mengeksploitasi area dalam. Saat dijaga Harrel, akurasi Jokic sangat tinggi mencapai 65 persen. Kreativitas umpannya mirip seperti legenda Boston Celtics, Larry Bird.
Menurut Howard, hal terpenting saat menghadapi Jokic dan Nuggets adalah bermain dengan penuh energi. ”Ketika energi kita terlihat melemah, itu akan menular pada pemain lainnya seperti apel busuk di keranjang,” katanya kepada ESPN.
Adapun Nuggets didera masalah keletihan. Mereka hanya punya tiga hari untuk beristirahat setelah melewati 7 gim di semifinal. Namun, Jokic tidak khawatir. Dia meyakini timnya akan kembali tampil solid dan penuh motivasi. ”Kami hanya ingin tampil dan bersenang-senang,” katanya.(AP)