Pembangunan 11 Arena PON Papua Telah Tuntas
Persiapan Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional ke-XX di tengah pandemi Covid-19 tetap berjalan lancar. Pembangunan 11 arena untuk PON yang ditunda selama setahun itu telah tuntas pada September ini.
JAYAPURA, KOMPAS - Meskipun ditunda ke Oktober 2021, Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-20 di Papua siap digelar. Hal itu setidaknya terlihat dari tuntasnya 11 arena olahraga yang dipersiapkan untuk PON ini.
Dari pantauan Kompas, akhir pekan lalu, di Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, arena akuatik termasuk salah satu dari 11 arena yang realisasi pembangunannya telah mencapai 100 persen. Arena itu memiliki luas 17.783 meter persegi dan kapasitas 1.700 kursi.
Terdapat dua kolam di arena ini, yakni kolam tanding dengan kedalaman tiga meter dan kolam menyelam dengan kedalaman lima meter. Arena ini digunakan untuk cabang olahraga renang, polo air, renang indah, dan loncat indah.
Kedua kolam ini juga telah disertifikasi Federasi Renang Internasional (FINA). Dengan demikian, para atlet pun bisa menciptakan rekor dunia yang diakui FINA di arena ini.
Baca juga : Papua Yakinkan Masyarakat tentang Pentingnya PON
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana dan Pemukiman Wilayah II Papua Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Anggoro Putro, Minggu (13/9/2020), memaparkan, pembangunan tiga arena oleh pemerintah pusat telah tuntas, yakni hoki, kriket, dan akuatik. Ia pun menyatakan pembangunan arena istora dengan luas bangunan 7.740 meter persegi telah mencapai 98 persen dan ditargetkan tuntas pada akhir bulan ini.
Tiga rekor MURI
Bagian dalam arena istora telah memecahkan tiga rekor MURI, yakni struktur atap baja lengkung dengan bentang terpanjang di Indonesia mencapai 90 meter dan atap kubah terluas tanpa baut yakni 7.300 meter persegi. Rekor ketiga adalah sistem pendingin udara yang menggunakan instalasi textile duct sepanjang 477 meter.
Daya tampung arena istora ini sebanyak 3.674 kursi. Arena ini dapat digunakan untuk cabang olahraga senam, bola basket, dan bulu tangkis.
”Adapun pembangunan tiga arena tambahan, yakni sepatu roda, panahan, dan dayung, pun terus berjalan. Kami menargetkan pembangunan tiga arena (tambahan) ini tuntas pada April tahun depan,” ujar Anggoro.
Baca juga : PON dan Peparnas ke-XX di Papua Ditunda
Ia berharap, ke depan, Papua bisa menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan olahraga, baik berskala nasional maupun internasional, dengan kehadiran arena-arena seperti istora dan akuatik. ”Kami akan menyerahkan arena yang telah tuntas pembangunannya kepada Pemprov Papua. Kami berharap mereka membuat sebuah lembaga yang khusus mengelola arena-arena ini, seperti Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno,” kata Anggoro.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Olahraga Provinsi Papua Alexander Kapisa mengatakan, pihaknya telah menuntaskan pembangunan delapan arena PON hingga September 2020. Arena itu salah satunya untuk cabang olahraga voli di daerah Koya Koso, Kota Jayapura.
Ada 12 arena yang disiapkan Pemprov Papua untuk PON XX. Total anggaran yang dikucurkan untuk pembangunan dan rehabilitasi 12 arena ini senilai Rp 800 miliar. ”Pihak kontraktor akan menuntaskan penyerahan delapan arena ke Pemprov Papua pada 25 September mendatang,” papar Alexander.
Ia menuturkan, Pemprov Papua kini menunggu persetujuan Kementerian Dalam Negeri terkait pembentukan tiga Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Lembaga inilah yang akan bertanggung jawab sebagai regulator dalam pengelolaan seluruh arena PON tersebut.
”Kami akan menggandeng pihak ketiga untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan arena-arena tersebut. Pemprov Papua juga akan menyiapkan perencanaan kegiatan olahraga berskala nasional maupun tingkat provinsi seusai penyelenggaraan PON,” tuturnya.
Komitmen merawat
Pengamat olahraga Fritz Simanjuntak menyampaikan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Pemprov Papua, dan para pengurus cabang olahraga harus membuat komitmen bersama guna memastikan ada kegiatan berkelanjutan di arena PON Papua yang telah tuntas tersebut. Setidaknya, perlu ada kejuaraan nasional atau internasional yang rutin digelar, minimal sekali setahun di sana.
Dengan begitu, Pemprov Papua selaku pemilik aset punya perhatian lebih untuk selalu merawat arena-arena yang ada. Mereka pun bisa mendapatkan pemasukan dari tiket kejuaraan olahraga guna menambah anggaran perawatan arena. ”Langkah seperti ini yang tidak pernah ada pada arena-arena bekas PON 2008 Kalimantan Timur, PON 2012 Riau, dan PON 2016 Jawa Barat, sehingga arena-arena tersebut lantas terbengkalai setelah PON usai,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Fritz, Pemprov Papua harus menjadikan arena-arena tersebut sebagai tempat pemusatan latihan daerah (pelatda). Tujuannya, agar arena yang sudah berlevel internasional itu bisa terus dimanfaatkan dan terpelihara karena ada kegiatan permanen.
Pemprov Papua juga perlu aktif mencari sponsor swasta guna membantu perawatan arena yang berbiaya operasional tinggi karena statusnya sebagai arena level internasional.
Di sisi lain, Pemprov Papua juga perlu aktif mencari sponsor swasta guna membantu perawatan arena yang berbiaya operasional tinggi karena statusnya sebagai arena level internasional. Karena masih baru, tak menutup kemungkinan nama arena itu bersanding dengan merek sponsor tersebut.
Cara seperti itu lumrah dilakukan di Australia atau sejumlah negara Eropa.
”Strategi pemeliharaan arena harus dipikirkan jauh-jauh hari agar arena megah berbiaya tinggi itu tidak sia-sia dan selalu terjaga. Ini juga kesempatan Papua mengembangkan atlet-atlet berbakatnya dan menjadi pusat pembinaan olahraga Indonesia bagian timur,” katanya.
Disambut positif
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Wisnu Wardhana menyambut positif kehadiran arena akuatik di Papua yang telah berlevel internasional tersebut. Kehadirannya bisa menjadi pemicu pemerataan pembinaan akuatik di Indonesia timur, khususnya Papua. Selama ini, pembinaan atlet-atlet akuatik masih terpusat di Jawa, Bali, dan Sumatera.
PRSI juga ikut menyambut positif rencana penyelenggaraan kejuaraan akuatik rutin di Papua. Hal itu, ungkap Wisnu, bisa menjadi bagian upaya pemerataan pembinaan maupun sosialisasi akuatik agar dikenal dan digemari lebih luas.
Baca juga : Tak Hanya Meliput PON, Pers Diharapkan Mengeksplorasi Potensi Papua
Kendati demikian, PRSI hanya bisa berencana dan mengusulkan acara kejuaraan akuatik. Adapun realisasi rencana itu tergantung upaya Pemprov Papua selaku pemilik aset. Jika Papua bisa memastikan fasilitas yang ada tersebut selalu terawat, ada akses transportasi, dan akomodasi yang memadai, PRSI tidak segan menggelar kejuaraan level nasional maupun internasional di sana.
”Dalam menggelar kejuaraan nasional dan lebih-lebih internasional, hal yang paling dipertimbangkan adalah kualitas arena, akses transportasi, dan akomodasi. Selama ini, hanya segelintir daerah yang bisa memastikan tiga unsur itu mampu terpenuhi. Untuk itu, kejuaraan nasional maupun internasional masih sering digelar di Jawa, khususnya di Jakarta,” pungkas Wisnu kemudian.