Mike D’Antoni mundur dari kursi kepelatihan Houston Rockets sesuai gagal membawa timnya juara NBA dalam empat musim terakhir. Dia dikabarkan akan bergabung dengan Philadelphia 76ers.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
ORLANDO, SENIN — Empat musim menukangi Houston Rockets, tidak satu pun gelar juara bisa dibawa oleh pelatih Mike D’Antoni. Perjudian terakhirnya—formula skuad ”kurcaci”—yang kembali gagal musim ini menjadi lembaran terakhir bagi D’Antoni. Dia memutuskan mundur dari Rockets.
Petualangan D’Antoni gagal lagi musim ini setelah Rocket ditaklukkan Los Angeles Lakers pada semifinal Wilayah Barat. Sempat mencuri gim pertama, Rockets justru tidak berdaya menahan keperkasaan Lakers dalam empat gim beruntun.
Rockets pun tak berhasil menembus final NBA untuk keempat kalinya, di bawah D’Antoni. Hasil mengecewakan yang berulang membuat pelatih berusia 69 tahun ini memilih mundur, bertepatan dengan berakhirnya kontrak selama empat tahun. Dia memutuskan tidak menerima tawaran perpanjangan kontrak dari tim.
”Dengan kesedihan yang luar biasa dan rasa syukur, saya dan istri, Laurel, mengumumkan perjalanan luar biasa kami di Houston telah berakhir untuk saat ini. Kami akan melanjutkan ke babak baru. Dari hati yang terdalam, kami mengucapkan terima kasih karena sudah menerima keberadaan kami,” kata D’Antoni terkait kepergian dari Rockets, kepada ESPN.
D’Antoni dikabarkan akan memulai perjalanan baru sebagai pelatih Philadelphia 76ers. Adapun 76ers sedang mencari arsitek baru setelah memecat Brett Brown karena kegagalan di putaran pertama playoff.
”Saya ingin berterima kasih kepada Mike dan Laurel untuk kontribusi besar kepada organisasi Rockets dan komunitas di Houston. Mike adalah seorang profesional sejati dan pemikir luar biasa dalam basket. Dia luar biasa sebagai pelatih dalam empat musim ini. Saya berharap dia sukses di langkah selanjutnya,” kata pemilik Rockets, Tilman Fertitta.
Musim ini, D’Antoni melakukan perjudian terakhirnya. Di tengah musim, dia menukar center andalan, Clint Capella, dengan seorang forward yang jago menembak, Robert Covington.
Permainan bola kecil
Mantan pelatih Lakers itu ingin menerapkan permainan bola kecil di Rockets tanpa seorang center murni. Dengan skuad ”kurcaci", sang pelatih berharap bisa memanfaatkan daya serang dari dua megabintang Rockets, mantan Most Valuable Player James Harden dan Russel Westbrook.
Dalam skema menyerang, semua pemain Rockets berada di area luar, menunggu di barisan tiga angka. Hal ini memberikan ruang bagi Harden dan Westbrook untuk melakukan duel satu lawan satu dengan pemain lawan.
Meski kalah dalam tinggi badan, Rockets bisa mengungguli lawan lewat rotasi bola cepat dan lemparan tiga angka. Formula tersebut setidaknya efektif saat mengalahkan Oklahoma City Thunder di putaran pertama.
Namun, formula D’Antoni ternyata tidak berlaku saat menghadapi Lakers yang punya pemain serba bisa dengan fisik yang lebih tinggi. Rockets tidak berdaya ketika Lakers mengikuti mereka bermain dengan skuad kecil. Lakers memang bermain tanpa center, tetapi pemain mereka ,seperti LeBron James dan Anthony Davis, punya tubuh tinggi dan kecepatan.
Hasil musim ini tidak jauh dengan musim-musim sebelumnya. Meski dibela Westbrook, yang ditukar dengan Chris Paul pada awal musim, Rockets tetap tidak mampu menampilkan performa apik mereka seperti saat di musim reguler.
Bagi D’Antoni, perjalanannya di Rockets seakan nasib buruk. Pada tiga musim sebelumnya, dia sudah begitu dekat dengan gelar juara, terutama pada musim 2017-2018. Saat itu Rockets sukses menembus final wilayah, bertemu dengan Golden State Warriors.
Selama melatih Rockets, D’Antoni mencatatkan rekor mentereng, 217 menang- 102 kalah. Dia sekali masuk final wilayah dan tiga kali semifinal wilayah.
Rockets, dengan duet Harden dan Paul, sempat unggul 3-2 atas Warriors. Namun, di dua gim penentu, Paul absen karena cedera. Dengan skuad pincang, mereka pun ditaklukkan oleh Warriors yang akhirnya menjadi juara.
Selama melatih Rockets, D’Antoni mencatatkan rekor mentereng, 217 menang-102 kalah. Dia sekali masuk final wilayah dan tiga kali semifinal wilayah. Peraih dua gelar Coach of The Year ini membawa timnya sebagai salah satu tim dengan presentasi kemenangan tertinggi dalam empat musim terakhir (68,2 persen).
D’Antoni, yang merupakan pelatih tertua kedua di liga NBA, akan memulai perjalanan baru, yaitu mengejar cincin juara pertamanya di NBA. Meski sudah berpisah, perjalanan serupa mengejar cincin juara juga berlaku bagi anak didiknya, Harden, yang masih puasa gelar dalam 11 musim berkarier di NBA. (AP)