Tak Ada Lagi Turnamen Internasional di Indonesia pada 2020
Meningkatnya penularan Covid-19 menjadi alasan Indonesia menolak tawaran BWF untuk menjadi tuan rumah kejuaraan seri Asia, pada akhir tahun ini. Selain itu, banyak calon peserta yang menolak datang ke Indonesia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Turnamen Indonesia Masters di Jakarta, 14-19 Januari, akhirnya menjadi satu-satunya turnamen bulu tangkis internasional yang digelar di Indonesia pada tahun 2020. Penawaran dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) untuk menjadi tuan rumah kejuaraan seri Asia, pada akhir tahun ini, tak akan diambil Indonesia karena pandemi Covid-19.
Keputusan tersebut diumumkan PP PBSI pada Minggu (13/9/2020), berselang dua hari setelah Indonesia mengundurkan diri dari kejuaraan beregu Piala Thomas dan Uber yang akan berlangsung di Aarhus, Denmark, 3-11 Oktober. Hal itu dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan atlet karena kejuaraan digelar pada masa pandemi Covid-19 dengan tingkat penularan meningkat lagi secara global. Apalagi, Asosiasi Bulu Tangkis Denmark akan mendatangkan penonton meski dengan jumlah terbatas.
Situasi yang tak aman akibat pandemi membuat Indonesia pun tak akan mengambil kesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam kejuaraan di Asia yang akan berlangsung pada bulan November. Dengan demikian, penggemar bulu tangkis Indonesia yang fanatik pun tak akan melihat lagi idolanya sejak Indonesia Masters, Januari. Pada ajang itu, Indonesia meraih gelar juara dari Anthony Sinisuka Ginting, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
”Dengan situasi akibat Covid-19 di Indonesia, banyak calon negara peserta yang menolak untuk datang ke Indonesia. Banyak juga negara yang sudah melarang warganya untuk bepergian ke Indonesia,” ujar Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto di Jakarta, Minggu (13/9/2020).
”Melihat reaksi dari calon negara peserta, BWF kelihatannya akan menarik penawarannya dari Indonesia sebagai tuan rumah turnamen seri Asia. Oleh karena itu, kami mengambil sikap untuk segera membatalkan rencana jadi tuan rumah,” kata Achmad.
Sebagai revisi atas banyaknya turnamen yang batal digelar dan dihentikan sejak Maret karena pandemi, BWF merilis jadwal baru pada Agustus. Dalam program tersebut, terdapat enam kejuaraan yang dimulai dengan Piala Thomas dan Uber.
Demi keamanan partisipan, tiga kejuaraan, yaitu Piala Thomas dan Uber, Denmark Terbuka I, dan Denmark Terbuka II, digelar di ”gelembung” Denmark selama empat pekan pada 3-25 Oktober. Berselang dua pekan kemudian, kompetisi dipindahkan ke Asia yang terdiri dari Asia Terbuka I, Asia Terbuka II, dan Final BWF World Tour dengan tempat yang belum ditentukan.
Achmad mengatakan, PP PBSI mendapat penawaran secara lisan untuk menggelar ketika kejuaraan tersebut dalam ”gelembung” Indonesia. Tawaran juga diajukan kepada Thailand.
Akan tetapi, pandemi Covid-19 yang belum reda, bahkan cenderung naik sejak Juli, membuat Indonesia mundur dari rencana menjadi tuan rumah. DKI Jakarta, yang akan menjadi tuan rumah, bahkan, akan memberlakukan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak 14 September.
Terkait hal tersebut, PBSI telah menulis surat kepada Menpora Zainudin Amali untuk membatalkan reservasi gedung di Gelora Bung Karno, Jakarta, untuk penyelenggaraan turnamen.
Achmad menyatakan, seandainya Piala Thomas dan Uber batal diselenggarakan karena banyak negara yang mundur, termasuk tim unggulan, kemungkinan turnamen seri Eropa dan Asia bisa batal. Dengan demikian, tidak akan ada lagi turnamen bulu tangkis pada 2020 sejak All England, 11-15 Maret.
Untuk Piala Thomas dan Uber, lanjut Achmad, sebenarnya terdapat opsi untuk menggelar pada Februari 2021 ketika BWF memutuskan untuk mengubah jadwal dari 16-24 Mei. Akan tetapi, BWF akhirnya menetapkan jadwal baru, pada 3-11 Oktober. PBSI pun segera bersiap mengikuti kejuaraan, termasuk untuk urusan administrasi pendaftaran.
”Penularan Covid-19 pun sempat menurun pada Juni, jadi kami siap-siap. Namun, saat melihat angkanya naik lagi dan pemain khawatir dengan situasi tersebut, kami mundur untuk menjaga keselamatan mereka,” kata Achmad.
Selain Indonesia, pengunduran diri dari Piala Thomas dan Uber juga dilakukan Korea Selatan, Thailand, Taiwan, dan Australia. Hong Kong, yang mendapat tawaran tampil untuk menggantikan tim yang mundur, menolak tampil.
Berdasarkan hasil undian yang digelar pada bulan Agustus, ini, membuat beberapa grup menyisakan dua tim, dari yang seharusnya empat tim. Grup B Piala Uber, bahkan, hanya menyisakan Malaysia dengan mundurnya Indonesia, Korea Selatan, dan Australia.
Malaysia tak mundur
Seperti diberitakan dalam media New Straits Times, pada Minggu, Malaysia tak menarik diri dari Piala Thomas dan Uber, kecuali BWF membatalkan kejuaraan dua tahunan tersebut. Hal lain yang bisa membuat Malaysia tak jadi tampil adalah tidak adanya izin dari pemerintah untuk meninggalkan Malaysia.
”Saat ini, Malaysia bersikap akan tetap mengikuti kejuaraan sambil memonitor perkembangan situasi,” ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) Datuk Kenny Goh.
Keputusan BAM untuk tetap mengirimkan tim, mengundang kritik penggemar bulu tangkis di negara tersebut. BAM dinilai tak memprioritaskan kesehatan serta keselamatan atlet dan ofisial.
BAM pun menjawab kritik tersebut. ”Kami melakukan monitor, dan apa pun bisa terjadi dalam situasi seperti ini. Kami akan tetap menunggu perkembangan selanjutnya,” kata Kenny. (IYA)