Setelah tiga kali gagal di final, Dominic Thiem kini memiliki peluang emas meraih trofi Grand Slam yang lama didambanya. Kali ini, tiada ”Big Three” di jalur menuju trofi. Hanya ada Alexander Zverev, halangannya tersisa.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, SABTU - Ungkapan ”sekarang atau tidak sama sekali”, yang dulu disematkan ke Andy Murray, kini melekat pada Dominic Thiem. Dalam canda, seusai memastikan lolos ke final Amerika Serikat Terbuka 2020, Thiem berkata akan mengontak Murray jika gagal untuk keempat kalinya meraih trofi juara Grand Slam.
Dalam final tunggal putra yang di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Minggu (13/9/2020) sore waktu setempat atau Senin dinihari WIB nanti, Thiem akan menghadapi Alexander Zverev. Duel kesepuluh mereka itu akan menjadi persaingan pertama keduanya memerebutkan gelar juara Grand Slam.
Bagi Zverev, ini menjadi kesempatan pertamanya tampil dalam final di panggung terbesar tenis. Adapun bagi Thiem, final dalam turnamen yang digelar tanpa penonton, karena pandemi Covid-19, itu menjadi final keempat setelah Perancis Terbuka 2018 dan 2019, serta Australia terbuka 2020.
Dalam dua final di Roland Garros, Paris, Thiem ditaklukkan Rafael Nadal. Adapun pada final di Melbourne, ia dijegal Novak Djokovic. Jika kali ini Zverev mengalahkannya, Thiem akan bernasib sama seperti Murray yang empat kali kalah di final. Hal itu disebut Thiem saat diwawancarai juara empat kali AS Terbuka, John McEnroe, seusai laga semifinal, Jumat. Thiem menaklukkan Daniil Medvedev, 6-2, 7-6 (7), 7-6 (5).
Murray akhirnya meraih gelar pertamanya di ajang Grand Slam, yaitu AS Terbuka 2012, setelah gagal pada empat final sebelumnya. Namun, pada usia seperti Thiem saat ini (27 tahun), Murray telah dua kali juara Grand Slam : AS Terbuka 2012 dan Wimbledon 2013.
Hanya ada satu petenis putra yang meraih gelar pertama Grand Slam pada usia lebih tua dari Thiem, yaitu Stanislas Wawrinka. Petenis asal Swiss itu menjuarai Australia Terbuka 2014 pada usia 29 tahun. Lalu, pada tunggal putri, ada Angelique Kerber yang menjadi juara Grand Slam, yaitu Australia Terbuka 2016, dalam usia 28 tahun.
”Sekarang adalah waktunya (juara Grand Slam). Tetapi, saya tidak akan berpikir tentang angka pada Minggu nanti. Saya akan fokus pada pertandingan seperti pada enam babak sebelumnya. Sascha (panggilan Zverev) adalah teman yang juga rival,” ujar Thiem.
Meski Thiem lebih tua dari Zverev (23 tahun), keduanya telah membentuk persaingan sejak 2016. Zverev unggul dalam turnamen-turnamen ATP Masters 1000, sementara Thiem tampil lebih baik di Grand Slam. Dari total sembilan pertemuan, Thiem unggul pada tujuh pertandingan, termasuk dua di Grand Slam. Pada pertemuan terakhir, semifinal Australia Terbuka, Thiem menang 3-6, 6-4, 7-6 (3), 7-6 (4).
”Rekor bagus melawan Sascha tidak akan membantu saya dalam pertemuan nanti. Saya harus mengantisipasi pertandingan berat. Saat melangkah ke lapangan untuk memulai final, kami akan berusaha menang dengan mengerahkan semua kemampuan. Saya akan fokus ke hal itu, bukan rekor keunggulan (pertemuan) 7-2 atas Sascha,” ujar Thiem.
Berdasarkan statistik pertemuan, Zverev, yang pada semifinal mengalahkan Pablo Carreno Busta, 3-6, 2-6, 6-3, 6-4, 6-3, seharusnya tak menjadi ancaman besar bagi Thiem. Apalagi, seperti juga diakui Zverez, ia tidak tampil bagus pada dua babak terakhir.
Menyamai Boris Becker
Namun, kemampuannya untuk memenangi semifinal, meski kehilangan set pertama dan kedua serta tertinggal 0-3 pada set ketiga, bukan hal yang bisa dianggap enteng. Apalagi, dia termotivasi untuk menjadi tunggal putra pertama Jerman yang menjuarai Grand Slam sejak Boris Becker menjuarai Australia Terbuka 1996.
Sekarang adalah waktunya (juara Grand Slam). Tetapi, saya tidak akan berpikir tentang angka pada Minggu nanti. Saya akan fokus pada pertandingan seperti pada enam babak sebelumnya.(Dominic Thiem)
Becker juga menjadi petenis putra Jerman terakhir yang menjuarai AS Terbuka, yaitu pada 1989. ”Saya tentu ingin seperti Boris. Itu cita-cita. Tentu saja saya ingin juara karena ini final Grand Slam. Masih ada satu langkah lagi,” kata Zverev.
Motivasi mereka untuk menang pada final nanti disamakan satu faktor lain, yaitu menjadi petenis pertama di luar ”Big Three”, yaitu Nadal, Djokovic, dan Roger Federer, dalam daftar juara Grand Slam sejak AS Terbuka 2016. Setelah Wawrinka menjuarai AS Terbuka, empat tahun lalu, 13 gelar juara Grand Slam berikutnya dikuasai salah satu petenis ”Big Three” tersebut.
Federer absen di AS Terbuka 2020 karena cedera lutut kanan, adapun Nadal enggan hadir karena cemas akan situasi pandemi Covid-19. Sementara itu, Djokovic didiskualifikasi pada babak keempat turnamen itu karena bola yang dipukulnya ke belakang lapangan mengenai leher hakim garis.
”Sejak Djokovic didiskualifikasi, jelas akan ada juara baru Grand Slam. Akan tetapi, sejak momen itu pula, saya berusaha melupakannya. Saya hanya fokus pada (siapa) yang akan menjadi lawan saya,” ujar Thiem kemudian.(AP/AFP)