Kemenangan telak 3-0 Arsenal atas tuan rumah Fulham membuka musim baru Liga Inggris. Laga pembuka ini menjadi penanda titik keseimbangan kompetisi di tengah pandemi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SABTU – Hari-hari sunyi tanpa sepak bola telah berakhir seutuhnya. Liga Inggris yang telah sukses mengakhiri kompetisi musim lalu, mengawali musim baru di tengah cengkeraman pandemi. Awal dan akhir bagi liga ini menandakan kemenangan liga atas pandemi.
Liga menemukan ekuilibrium atau keseimbangan untuk menggelar kompetisi. Hal itu terlihat dengan suksesnya laga pembuka Liga Inggris musim 2020-2021 dalam derbi sesama klub London, antara Arsenal dan tim promosi Fulham, Sabtu (12/9/2020) WIB.
Laga ini berlangsung satu setengah bulan usai Liverpool meraih juara liga musim lalu, Liga tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. Tribune yang kosong masih menjadi pemandangan di Craven Cottage, markas Fulham.
Namun, para pemain mulai terbiasa tanpa kehadiran penonton. Derbi London tetap berlangsung dengan tensi tinggi antara dua tim yang sedang mencari identitasnya.
Tampil menggebu di awal laga, Fulham justru dihancurkan ”Meriam” Arsenal, 0-3. Tuan rumah takluk tanpa perlawanan berarti menghadapi permainan menyerang skuad asuhan Mikel Arteta. Fulham pun memperpanjang rekor belum pernah menang dari Arsenal 8 tahun terakhir.
”Saya ingin melihat determinasi tim ini di kandang tim promosi yang sangat bagus. Semua sesuai harapan karena kami bermain dengan spirit dan banyak energi hari ini, serta melakukan yang sudah dilatih,” kata Arteta selepas laga, kepada BT Sport.
Dua pemain baru Arsenal, penyerang sayap Willian Borges da Silva dan bek Gabriel Magalhaes langsung berkontribusi besar pada laga debut mereka. Willian menyumbang dua assist, sedangkan Gabriel mencetak satu gol.
”Mereka (Gabriel dan Willian) berlatih sangat baik. Ini positif bagi para pemain baru. Untuk Gabriel, dia menjawab tantangan besar baginya. Dia sudah tidak bermain selama enam bulan terakhir karena situasi yang terjadi di (Ligue 1) Perancis,” ucap Arteta.
Kemenangan Arsenal berawal dari gol cepat dicetak di awal laga. Baru tujuh menit mulai, striker asal Perancis Alexandre Lacazette membawa timnya unggul. Dia memanfaatkan kemelut hasil sepakan Willian.
Dua gol tambahan melengkapi kemenangan Arsenal di 12 menit pertama babak kedua. Keduanya berasal dari kreasi Willian. Pertama, umpan tendangan sudut Willian yang ditanduk Gabriel. Kedua, umpan terobosan pemain kribo itu diselesaikan lewat tendangan melengkung kapten Pierre-Emerick Aubameyang.
Selain mencetak gol, Gabriel juga memberikan kenyamanan di lini belakang Arsenal. Dia sukses menggantikan peran David Luiz yang tidak bisa tampil karena cedera leher. Bek Brasil itu sangat kokoh dengan antisipasinya. Penampilan sempurna Gabriel diganjar gelar pemain terbaik laga oleh BT Sport.
Arsenal tampak mulai nyaman dengan formasi 3-4-3 yang membawa mereka juara Piala FA dan Community Shield. Formasi itu membuat permainan tim yang dipimpin Aubameyang sangat mengalir. Mereka selalu membangun serangan dari bawah lewat umpan-umpan pendek.
Racikan Arteta telah mengembalikan sepak bola menghibur yang menjadi ciri khas Arsenal di bawah Arsene Wenger selama 22 tahun. ”Apa yang dilakukan Arteta dalam jangka waktu singkat sangatlah impresif,” kata mantan penyerang Inggris, Peter Crouch.
Arsenal pun merebut tiga poin pertama. Poin tandang ini sangat berarti bagi Arsenal untuk mengejar target masuk 4 besar musim ini.
Sebaliknya, kekalahan menjadi pekerjaan besar bagi tuan rumah. Fulham tampak masih meraba-raba tempo permainan di Liga Primer. Tim asuhan Scott Parker ini mengikuti gaya Arsenal dengan menyerang dari bawah. Namun, mereka kekurangan kreativitas di sepertiga akhir lapangan.
Penyerang sayap Ivan Cavaleiro beberapa kali mengancam lewat tusukannya. Namun, tidak satu pun yang berujung pada peluang matang. Ini menjadi evaluasi besar bagi Parker jika ingin bertahan di divisi tertinggi pada musim depan.
Tuah Arteta
Laga ini merupakan pertama kali Arteta menjabat sebagai manajer tim. Dia baru saja naik pangkat, sehari sebelum pertandingan, dari pelatih kepala menjadi manajer.
Keputusan klub itu terlihat tepat dengan kemenangan di markas Fulham. “Dia selalu ingin kami sempurna. Kami sangat menghormati apa yang dia inginkan di lapangan,” kata Lacazette memuji Arteta.
Instingnya dalam memboyong pemain terbukti tepat. Willian dan Gabriel merupakan dua pemain yang diminta sendiri oleh Arteta. Dia membutuhkan Willian mengisi kekosongan pemain kreatif di lini depan. Adapun Gabriel dibutuhkan mengganjal bobroknya lini pertahanan tim musim lalu.
Arteta sempat dipertanyakan saat memboyong Willian. Sebab mantan pemain Chelsea itu sudah berusia 32 tahun. Dia dengan tawaran kontrak tiga tahun dinilai tidak akan berguna bagi Arsenal. Namun, penilaian Arteta lebih tepat.
Selain itu, keputusan Arteta memboyong pelatih spesialis bola mati dari Brentford, Andreas Georgson, juga sangat tepat. Arsenal yang lemah dalam bola mati, justru berhasil mencetak satu gol lewat tendangan sudut dalam laga pertamanya. (AP/REUTERS)