Naomi Osaka dan Victoria Azarenka mewakili dua petenis putri berbeda generasi. Namun, keduanya disatukan oleh tujuan serupa, yaitu mengejar trofi Grand Slam ketiga mereka pada duel final AS Terbuka, Minggu dini hari WIB.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT - Duel Naomi Osaka versus Victoria Azarenka dalam final Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2020 adalah persaingan petenis berbeda generasi. Namun, mereka punya kesamaan, yaitu mengejar trofi ketiga pada ajang terbesar di tenis profesional itu.
Perebutan gelar juara tunggal putri ini akan berlangsung di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Sabtu (12/9/2020) sore waktu setempat atau Minggu pukul 03.00 WIB. Osaka meraih tiket final seusai mengalahkan Jennifer Brady, 7-6 (1), 3-6, 6-3, sementara Azarenka menghentikan Serena Williams, 1-6, 6-3, 6-3.
Meski hanya sebagai unggulan keempat, Osaka adalah wakil terbaik dari paruh atas undian. Petenis Jepang ini tampil lebih konsisten dibandingkan pesaingnya di satu pul, seperti unggulan teratas, Karolina Pliskova, dan Petra Kvitova (6).
Adapun lolosnya Azarenka, dari paruh bawah undian, bisa dinilai sebagai kejutan. Selain Serena, ada juara Australia Terbuka, Sofia Kenin, wakil favorit ke final dari pul Azarenka ini.
Namun, bercermin dari penampilan di lapangan keras AS, Azarenka layak berada di dalam posisinya saat ini. Meskipun bukan unggulan di AS Terbuka, Azarenka adalah petenis paling konsisten dalam tiga pekan terakhir. Dia menjuarai WTA Cincinnati, yang juga diselenggarakan di Flushing Meadows, New York, sepekan sebelum AS Terbuka digelar.
Dalam final WTA Cincinnati 2020, Azarenka menang tanpa bertanding setelah Osaka, lawannya saat itu, mundur sebelum laga final karena cedera hamstring kiri. Maka, final AS Terbuka nanti akan menjadi wujud final tertunda WTA Cincinnati.
”Saya sangat menanti duel itu, sama seperti final Cincinnati. Osaka adalah pemain yang kuat dan punya mental juara. Dia sudah dua kali juara Grand Slam. Lantas, bukankah kami sama-sama mengejar yang ketiga? Jadi, rasanya final nanti akan menarik,” ujar Azarenka.
Petenis Belarus berusia 31 tahun itu merasakan masa terbaiknya sebagai petenis profesional, yang dimulai 2003, pada musim 2012 dan 2013. Kala itu, Azarenka dua kali tampil di final dan sekali ke semifinal Grand Slam. Dia meraih gelar juara Australia Terbuka 2012 dan 2013 serta memuncaki peringkat dunia.
Final lainnya pada tahun yang sama dijalaninya di AS Terbuka, tetapi kalah dari Serena. Maka, final versus Osaka nanti menjadi final pertama Azarenka di ajang Grand Slam sejak AS Terbuka 2013 silam.
Tanpa beban
Meski masih memiliki motivasi yang sama, ada yang berbeda dari Azarenka dibandingkan tujuh tahun lalu. ”Tujuh tahun lalu, setelah juara di Australia dan tampil konsisten setelahnya, saya selalu menargetkan juara. Saat ini, target saya bukan itu. Saya ingin lebih menikmati setiap momen pertandingan. Tidak ada beban berat seperti sebelumnya,” tuturnya.
Pola pikir itu diperlihatkan Azarenka dengan bersikap setenang mungkin. Saat melawan Serena, dia sering memejamkan mata ketika jeda pergantian sisi lapangan. ”Tidak ada yang saya pikirkan. Kosong. Justru, itu tujuannya,” katanya.
Di lapangan, dia adalah Victoria (Azarenka), petenis yang memiliki target besar. Namun, ketika pulang ke rumah, dia adalah seorang ibu.
Dengan mengosongkan pikiran, Azarenka mencoba fokus pada momen yang saat itu dia alami, seperti dalam meditasi. Dengan cara itu pula, dia bisa melupakan kesalahannya, seperti yang banyak dilakukannya ketika kehilangan set pertama.
Ibu dari Leo (3 tahun) itu juga memiliki motivasi lain dengan tetap bersaing di arena tenis profesional.
”Saya ingin Leo melihat penampilanku dan bangga pada saya,” katanya.
Namun, di balik sikap tersebut, pelatihnya, Dorian Descloix, mengungkapkan, Azarenka masih memiliki keinginan menjuarai ajang besar. ”Di lapangan, dia adalah Victoria, petenis yang memiliki target besar. Namun, ketika pulang ke rumah, dia adalah (seorang) ibu,” kata pelatih asal Perancis tersebut.
Azarenka akan menghadapi Osaka yang membawa pola pikir berbeda. Meski baru berusia 22 tahun dan tujuh tahun berkarier di tenis profesional, Osaka berusaha lebih dewasa, baik sebagai petenis dan individu.
”Saya tidak tahu, apakah saya bisa disebut lebih dewasa. Saya hanya berusaha lebih serius dan tak menganggap enteng semua hal yang terjadi di sekitar. Saya merasa lebih kuat secara mental,” katanya.
Osaka difavoritkan
Sikap itu, ditambah perkembangan kemampuan di lapangan dan catatan sempurna di dua final Grand Slam sebelumnya (AS Terbuka 2018 dan Australia Terbuka 2019), membuat Osaka kini difavoritkan juara. Hal itu diungkapkan dua mantan petenis putri, Martina Navratilova dan Lindsay Davenport.
Menurut Navratilova, Osaka punya mental kuat, terbukti saat mengalahkan Serena di Arthur Ashe, 2018 silam. Kala itu, petenis AS, Serena--yang didukung penuh suporter tuan rumah--ditumbangkan dua set langsung, 6-2, 6-4, oleh Osaka yang masih belia.
”Naomi bermain sangat baik. Jika bugar, saya memfavoritkannya juara,” kata Davenport, juara AS Terbuka 1998, ikut mendukung Osaka.(AP/AFP)