Persaingan akan terjadi antara Serena Williams dan Victoria Azarenka, dua ibu ”sosialita” pada semifinal Grand Slam AS Terbuka. Dengan status sebagai ibu, mereka masih bisa bersaing pada level elite.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Kompetisi tunggal putri di Flushing Meadows, New York, kembali diwarnai topik ketangguhan para ibu. Kali ini, persaingan akan terjadi antara Serena Williams dan Victoria Azarenka, dua ibu ”sosialita” di arena tenis profesional, pada semifinal Amerika Serikat Terbuka.
Pertemuan Serena dan Azarenka akan berlangsung di Stadion Arthur Ashe, Kamis (10/9/2020) malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia. Pertandingan akan berlangsung setelah semifinal lainnya, Naomi Osaka dan Jennifer Brady, yang dimulai pukul 06.00 WIB.
Selain sama-sama memiliki satu anak, Serena dan Azarenka memiliki kesamaan lain. Mereka adalah juara Grand Slam, Serena memiliki 23 gelar dan Azarenka dengan dua gelar. Keduanya juga pernah merasakan status sebagai petenis nomor satu dunia.
Dengan status sebagai ibu yang masih bisa bersaing pada persaingan level elite, mereka pun menjadi contoh bagi petenis lain. Mereka pula yang menjadi inspirasi Kim Clijsters, ibu tiga anak, untuk kembali bertanding pada 2020 sejak terakhir kali tampil pada AS Terbuka 2012.
Dalam AS Terbuka 2020, yang digelar dengan protokol kesehatan karena berlangsung pada masa pandemi Covid-19, Serena dan Azarenka menjadi bagian dari tiga ibu yang tampil pada perempat final, Rabu. Petenis lainnya adalah Tsvetana Pironkova yang dikalahkan Serena, 4-6, 6-3, 6-2. Turnamen ini, bahkan, menjadi turnamen pertama Pironkova yang beristirahat dari kompetisi setelah Wimbledon 2017 karena menikah dan hamil.
”Itu memperlihatkan betapa tangguhnya para ibu. Saat Anda bisa melahirkan bayi, Anda bisa melakukan apa pun,” komentar Serena.
”Setelah bertanding, kami pulang ke rumah dan masih harus mengganti popok anak. Itu seperti menjalani kehidupan ganda, terasa tak nyata,” lanjutnya.
Namun, dengan undian yang akan mempertemukan Serena dan Azarenka pada semifinal, hanya akan ada satu ibu yang tampil di final, Sabtu. Jika juara, Serena atau Azarenka akan bergabung dengan Kim Clijsters, Margaret Court, dan Evonne Goolagong sebagai juara Grand Slam setelah menjadi ibu.
Telah 22 kali bertemu sejak babak ketiga Australia Terbuka 2008, Serena dan Azarenka 10 kali bersaing di arena Grand Slam yang semuanya dimenangi Serena. Di antara persaingan pada turnamen tenis berlevel tertinggi tersebut, dua kali terjadi pada final AS Terbuka secara beruntun, yaitu 2012 dan 2013.
Azarenka, yang menempati puncak peringkat dunia selama 51 pekan dalam rentang 2012-2013, adalah pesaing terkuat Serena saat itu. Setelah prestasinya menurun pada tiga tahun berikutnya, Azarenka terlihat siap kembali ke puncak persaingan ketika mengalahkan Serena pada final WTA Indian Wells 2016, lalu menjuarai WTA Miami. Dalam arena tenis profesional, menjuarai dua turnamen WTA level tertinggi secara beruntun itu disebut Sunshine Double.
Namun, Azarenka menepi dari kompetisi pada pertengahan musim tersebut karena hamil dan melahirkan putranya, Leo, pada Desember 2016. Ketika kembali pada persaingan tenis profesional, pertengahan 2017, persoalan di luar lapangan, yaitu perebutan hak asuh Leo, mengganggunya.
Pada masa itu, komunikasi intens terjadi dengan Serena begitu mengetahui bahwa rekannya tersebut hamil. Serena beristirahat dari kompetisi setelah menjuarai Australia Terbuka 2017. Dia melahirkan Olympia pada September 2017.
Ketika diwawancara New York Times pada tahun tersebut, Azarenka berharap Serena kembali ke lapangan kompetisi sehingga mereka bisa bersaing kembali. ”Dia adalah salah satu orang yang tak bisa saya bayangkan jika tak ada di tur,” katanya.
Mereka dipertemukan kembali pada babak kedua WTA Indian Wells 2019 yang dimenangi Serena dalam laga ketat, 7-5, 6-3. Azarenka pun mengakui Serena masih berada pada penampilan terbaik.
Namun, pada persaingan lapangan keras di Amerika Serikat, sejak pertengahan Agustus, petenis Belarus tersebut tak jauh tertinggal dari Serena. Dari lima pertandingan sejak babak pertama hingga perempat final, Azarenka tampil lebih solid dengan memenangi empat laga dalam straight sets. Dalam perempat final melawan Elise Mertes, Rabu (9/9/2020), Azarenka, bahkan, hanya kehilangan satu gim. Dia menang, 6-1, 6-0, dalam waktu 1 jam 13 menit.
Dalam waktu satu jam lebih lama, Serena mengalahkan petenis lain yang berstatus ibu, Tsvetana Pironkova, 4-6, 6-3, 6-2. Itu menjadi laga tiga set Serena dalam tiga babak terakhir.
”Saya senang bermain melawan Serena. Kami sering bertemu dalam panggung besar yang juga membutuhkan perjuangan besar. Dia adalah salah satu pemain yang memaksa saya tampil hingga batas kemampuan, yang membuat saya lebih baik. Tak ada lawan yang lebih baik dari dia untuk bertemu di Grand Slam, apalagi di semifinal,” tutur Azarenka dalam laman resmi WTA.
Ketika Azarenka dan Serena memiliki peluang yang sama untuk merebut tiket final, semifinal lain seharusnya menjadi milik Osaka. Petenis Jepang, yang juga disibukkan aktivitas sosial menentang kekerasan sosial terhadap warga kulit hitam di AS, ini memiliki pengalaman tampil pada level atas Grand Slam.
Dengan gelar juara Grand Slam secara beruntun, AS Terbuka 2018 dan Australia Terbuka 2019, Osaka seharusnya terbiasa dengan tekanan besar dalam semifinal Grand Slam. Apalagi, seperti disebutkan pelatihnya, Wim Fisette, Osaka memiliki kombinasi ketenangan dan fokus setiap akan menjalani pertandingan.
Akan tetapi, Osaka tak menilai dirinya sebagai favorit pemenang. Meski sebelumnya hanya pernah menembus babak keempat Grand Slam, pada Australia dan AS Terbuka 2017, Brady diwaspadai karena bisa tampil tanpa beban. Dia juga akan membawa kepercayaan diri setelah menjuarai salah satu turnamen pemanasan AS Terbuka, WTA Lexington, 10-16 Agustus. (AP/AFP)