Azarenka Gagalkan Ambisi Serena
Ambisi Serena Williams untuk meraih gelar Grand Slam ke-24 gagal diwujudkan. Victoria Azarenka menghentikan ambisi Serena dalam semifinal AS Terbuka. Selanjutnya Azarenka akan melawan Naomi Osaka di babak final.
NEW YORK, KAMIS — Lagi-lagi, ambisi Serena Williams untuk meraih gelar Grand Slam ke-24 gagal diwujudkan. Kali ini, Victoria Azarenka menghentikan ambisi tersebut dalam semifinal Amerika Serikat Terbuka yang menjadi persaingan di antara dua ibu dengan masing-masing satu anak.
Pada pertemuan yang berlangsung Di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Kamis (10/9/2020) malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia, Azarenka menang, 1-6, 6-3, 6-3. Dalam final, petenis Belarus yang bertatus non-unggulan tersebut akan berhadapan dengan Naomi Osaka. Di semifinal, Osaka mengalahkan Jennifer Brady, 7-6 (1), 3-6, 6-3.
Final yang akan berlangsung Minggu dinihari waktu Indonesia menjadi final pertama Azarenka di ajang Grand Slam sejak 2017. Final terakhir tersebut didapat di tempat yang sama, Flushing Meadows. Lawan yang dihadapi juga sama, yaitu Serena, tetapi dengan hasil berbeda.
”Tujuh tahun? Itu angka favorit saya. Saya sangat senang dengan kesempatan ini. Menuju final Grand Slam tentu harus melewati perjalanan panjang dan melawan petenis terbaik. Saya senang dengan kesempatan bertemu Serena di semifinal,” tuturnya.
Hasil tersebut membuat Azarenka untuk pertama kalinya bisa mengalahkan Serena dalam persaingan di Grand Slam, turnamen tenis profesional berlevel tertinggi. Sebelumnya, Azarenka selalu kalah dalam 10 pertemuan, termasuk dalam final AS Terbuka 2012 dan 2013.
Berhadapan kembali dengan Serena di panggung tenis terbesar untuk pertama kali setelah mereka menjadi ibu, Azarenka memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik. Setelah kehilangan set pertama dengan mudah, dia kembali mengingatkan diri sendiri tentang peluang langka tersebut.
”Sejak sebelum bertanding, saya mengingatkan diri bahwa saya, mungkin, tidak akan mendapat kesempatan ini lagi. Apa pun yang terjadi di lapangan, sebelum ada yang menang, pertandingan belum selesai,” katanya.
Maka, Azarenka pun berupaya menjaga fokus sepanjang pertandingan. Setiap jeda perpindahan sisi lapangan, selain untuk minum, juga, dimanfaatkan untuk menenangkan diri dengan memejamkan mata. Itu juga dilakukan ketika Serena meminta medical time out pada set ketiga.
”Tak ada penonton di turnamen ini, jadi saya harus memberi semangat pada diri sendiri,” katanya menjelaskan tentang yang dilakukannya saat memejamkan mata.
Tim medis merawat engkel kiri Serena saat juara 23 Grand Slam itu memegang servis dan tertinggal, 0-1. Pada set penentuan ini, Serena langsung tertinggal 0-3. Dia gagal mendapat kesempatan untuk mematahkan servis lawan.
Ketegangan di wajah Azarenka terlihat ketika dia membuat double fault pada gim kesembilan. Itu menjadi kesempatan pertamanya untuk memenangi pertandingan. Double fault itu membuat poin menjadi 30-30.
Dua poin berikutnya, termasuk penentu kemenangan, didapat melalui servis. Serena meminta tayangan ulang ketika Azarenka melancarkan servis dengan sudut lebar. Namun, tayangan melalui teknologi hawkeye tersebut akhirnya menentukan kemenangan Azarenka. Bola jatuh di atas garis pinggir untuk permainan tunggal meski tipis.
Serena pun menghampiri Azarenka, menyampaikan selamat sambil menyentuhkan raket sebagai pengganti bersalaman dalam turnamen yang digelar dalam masa pandemi Covid-19 ini.
Dengan kekalahan tersebut, Serena pun kembali gagal menyamai prestasi Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal, yaitu 24 gelar. Sejak mendapat gelar ke-23 di Australia Terbuka 2017, Serena empat kali lolos ke final, tetapi selalu ditaklukkan lawan. Itu terjadi pada final Wimbledon 2018 dan 2019, serta AS Terbuka 2018 dan 2019.
Final tertunda
Final Azarenka melawan Osaka merupakan final tertunda kedua petenis yang batal berlangsung dalam turnamen WTA Cincinnati, dua pekan lalu. Dalam turnamen pemanasan AS Terbuka tersebut, kedua petenis seharusnya bersaing di laga puncak. Namun, Osaka mundur sebelum bertanding karena cedera hamstring kiri.
”Saya sangat menantikan pertemuan dengan dia setelah batal di Cincinnati. Dia adalah petenis dengan kekuatan pukulan yang besar, saya harus berusaha menahannya sekuat tenaga,” kata Azarenka.
Bagi Osaka, ini menjadi final keduanya di Flushing Meadows setelah dia menjuarai AS Terbuka 2018. Dalam gelar pertamanya dari arena Grand Slam itu, Osaka mengalahkan Serena di final.
”Kemenangan ini sangat berarti bagi saya. Saya selalu menyukai atmosfer AS Terbuka meski tahun ini diselenggarakan tanpa penonton,” komentar Osaka yang penampilannya pada semifinal disaksikan langsung kekasihnya, penyanyi rap, YBN Cordae, di stadion.
Penampilan Osaka pada semifinal tak sesolid ketika mengalahkan Shelby Rogers pada perempat final. Kali ini Osaka harus berjuang lebih keras untuk mengembalikan servis Brady yang sangat keras.
Namun, Osaka berharap, dengan kepribadiannya yang semakin dewasa, dia bisa menjalani laga puncak, Sabtu sore waktu setempat atau Minggu dini hari waktu Indonesia, dengan lebih baik. ”Saya tidak tahu apakah saat ini saya bisa disebut lebih dewasa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, saat ini saya bersikap lebih serius dan tak menganggap enteng apa yang ada di sekitar,” tuturnya.
Sikap itu pula yang akan dibawa Osaka pada final. ”Saya akan bersikap positif, tidak akan berpikir hasil menang atau kalah,” katanya.
”Siapa pun lawan pada final, mereka adalah petenis yang berat untuk dihadapi,” kata Osaka sebelum mengetahui lawannya pada laga puncak. Tampil lebih dulu pada semifinal, Osaka menyempatkan diri melihat langsung penampilan dua seniornya, Serena dan Azarenka, pada semifinal berikutnya.
Setelah menjuarai AS Terbuka 2018, Osaka menambahnya pada Grand Slam berikutnya, Australia Terbuka 2019. Dia pun menjadi tunggal putri pertama yang bisa menjuarai Grand Slam secara beruntun setelah Serena menjuarai Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon 2015. Setelah itu, juara setiap Grand Slam selalu berganti.
Berebut peluang final tunggal putra
Dalam semifinal tunggal putra yang dimulai Sabtu sore waktu setempat atau Minggu pukul 03.00 WIB, empat pemain akan memanfaatkan kesempatan dengan tidak adanya ”Big Three”. Pada semifinal pertama, Alexander Zverev dan Pablo Carreno Busta bersaing untuk mendapatkan tiket final Grand Slam untuk pertama kalinya.
Semifinal lainnya berpeluang memunculkan persaingan lebih ketat karena mempertemukan Dominic Thiem dan Daniil Medvedev yang berpengalaman tampil dalam final Grand Slam, namun belum pernah juara.
Medvedev adalah finalis AS Terbuka 2019 yang menjadi lawan Rafael Nadal. Adapun Thiem selalu kalah dari Nadal pada final Perancis Terbuka 2018 dan 2019, serta dikalahkan Novak Djokovic pada final Australia Terbuka 2020.
”Tidak ada Roger, Rafa, atau Novak. Tetapi, masih ada Daniil, Sascha, dan Pablo. Mereka adalah tiga pemain hebat. Masing-masing dari kami berhak menjuarai Grand Slam untuk pertama kalinya,” komentar Thiem. Oleh karena memiliki kesempatan menjuarai Grand Slam itulah, Thiem yakin, dia dan ketiga semifinalis lainnya akan mengerahkan semua kemampuan di lapangan.
Federer tak tampil di AS Terbuka karena cedera lutut kanan. Karena harus menjalani operasi, dia telah memutuskan tak akan tampil hingga akhir musim 2020 sejak Juni.
Nadal absen karena khawatir dengan situasi akibat pandemi Covid-19 ketika harus melakukan perjalanan ke Amerika. Adapun Djokovic, secara mengejutkan, tersingkir pada babak keempat karena diskualifikasi. Dia dicoret karena melanggar kode etik ketika berhadapan dengan Busta. Bola pukulannya ke arah belakang mengenai leher salah satu hakim garis.
Ketiga nama besar yang dikenal dengan julukan ”Big Three” itu adalah penguasa gelar Grand Slam sejak 2004. Mereka menjuarai 56 turnamen dari 67 Grand Slam terakhir. Nama di luar ”Big Three” yang terakhir membawa pulang trofi juara Grand Slam adalah Stan Wawrinka dari AS Terbuka 2016.
Zverev, yang baru kali ini lolos ke semifinal Grand Slam, juga meyakini bahwa persaingan dalam semifinal akan berlangsung seru. ”Semua pemain pasti sangat berambisi untuk menang. Ini akan sangat menarik,” katanya.
Peluang menariknya persaingan juga didasari pada statistik pertemuan keempat semifinalis yang berselisih tipis. Zverev menang pada satu-satunya pertemuan dengan Busta, yaitu pada semifinal Miami Masters 2018.
Sementara, Thiem unggul, 2-1, atas Medvedev. Namun, keunggulan Medvedev terjadi pada pertemuan terakhir mereka di perempat final ATP St Petersburg 2019. (AP/AFP)