Tim-tim peserta Liga Nasional musim ini bertarung dalam keterbatasan akibat menipisnya skuad dan menurunnya kebugaran pemain di ajang Liga Nasional. Pelatih pun dituntut kreatif dalam bereksperimen.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
KOPENHAGEN, RABU — Pelatih tim nasional Inggris, Gareth Southgate, menghidupkan kembali strategi tiga bek untuk menghadapi Denmark pada laga Liga Nasional di Stadion Telia Parken, Kopenhagen, Denmark, Rabu (9/9/2020) dini hari WIB. Taktik lama yang dipakai lagi untuk menyiasati keterbatasan pemain ini justru membuat tim ”Tiga Singa” tumpul dan laga berakhir imbang, 0-0.
Southgate berhasil mengantar Inggris hingga ke semifinal Piala Dunia Rusia 2018 dengan taktik tiga bek ini sebelum menanggalkannya. Formasi ini terakhir kali dipakai saat Inggris menang tipis, 1-0, atas Swiss pada laga uji coba di Stadion King Power, Leicester, September 2018.
Di hadapan Denmark, Southgate berpikir untuk kembali menggunakan strategi itu karena ia kehilangan sejumlah pemain pilar. Bek Harry Maguire harus absen karena beberapa waktu lalu terseret kasus hukum di Yunani. Pemain muda, seperti Mason Greenwood dan Phil Foden, justru menambah masalah baru.
Kedua pemain tersebut terpaksa dicoret karena melanggar protokol kesehatan setelah Inggris mengalahkan Eslandia, 1-0, akhir pekan lalu. Menyusul kemenangan itu, Foden dan Greenwood melanggar protokol kesehatan, mengundang orang lain masuk ke hotel tim untuk bersenang-senang. Southgate pun tidak memberi ampun atas sikap indisipliner itu.
Dengan stok pemain terbatas, Southgate memutar otak dan akhirnya memutuskan untuk bereksperimen. Ia memberikan kesempatan kepada bek tengah Conor Coady (Wolverhampton Wanderers) dan gelandang Kalvin Phillips (Leeds United) untuk menjalani debut. ”Sungguh menyenangkan bisa bermain untuk tim nasional. Ini merupakan pengalaman yang sudah saya impikan sejak kecil,” kata Coady dikutip UEFA.
Debutan seperti Coady tampil seperti yang diharapkan dan Southgate menyebutnya sebagai super debut. Namun, permainan Inggris secara keseluruhan sangat mengkhawatirkan karena mereka kehilangan kreativitas. Lini tengah Inggris tidak bisa mengembangkan permainan. Akibatnya, trio serang, Harry Kane, Raheem Sterling, dan Jadon Sancho, tidak memiliki penyangga untuk membantu mereka tampil ganas.
”Keputusan Southgate kembali ke formasi 3-5-2 menghasilkan permainan yang sungguh membosankan, yang membuat penonton berpikir mengapa mereka bisa menyukai sepak bola,” tulis koresponden The Telegraph, JJ Bull. Menurut dia, permainan membosankan itu terjadi karena kekuatan tim tak seimbang.
Southgate memasang Kieran Trippier dan Eric Dier, pemain yang dominan kaki kanan, untuk membangun serangan dari sisi kiri. Jika saja Southgate punya pemain dominan kaki kiri pada sektor tersebut, serangan bisa dibangun dengan lebih baik dan Sterling akan lebih sering mendapat bola.
Namun, Southgate berusaha mengambil sisi positif bahwa strategi itu membuahkan pertahanan yang kokoh. ”Saya rasa tiga bek kami sangat solid, ini bisa menjadi opsi yang dipilih ketika menghadapi beberapa tim kuat,” katanya.
Selain itu, ia mengingatkan Liga Nasional ini dilanjutkan dalam situasi yang kurang ideal. Semua tim sudah lama tidak berlaga akibat pandemi Covid-19, dan pemain dalam kondisi kelelahan karena belum lama menuntaskan kompetisi bersama klub masing-masing.
”Kondisi fisik para pemain sangat berpengaruh dan sebetulnya saat ini kami belum layak berlaga,” kata Southgate. Jika dipaksakan, hasilnya adalah penurunan kualitas seperti yang dirasakan Inggris, yang hanya meraih empat poin dalam dua laga melawan Eslandia dan Denmark.
Masalah bersama
Persoalan yang diungkapkan Southgate ini juga menjadi masalah yang juga dialami tim-tim lainnya, seperti Perancis. Juara Piala Dunia 2018 ini berhasil, sekali lagi, mengalahkan Kroasia, 4-2, pada Rabu. Namun, kemenangan itu diperoleh dari permainan yang jauh dari sempurna.
”Selama babak pertama, kami dalam kesulitan. Kami kehilangan irama, kalah saat berebut bola, dan melakukan banyak kesalahan,” ujar Pelatih Perancis Didier Deschamps. Perancis tidak bisa mengerahkan kekuatan terbaiknya karena kehilangan pemain kunci, seperti Paul Pogba dan Kylian Mbappe, yang sedang dikarantina karena positif Covid-19.
Begitu pula dengan Kroasia, yang sebetulnya ingin membalas kekalahan mereka pada final Piala Dunia 2018, tidak bisa memainkan Luka Modric dan Ivan Rakitic. Hasil ini membuat Kroasia kini telah kebobolan delapan gol dalam dua laga karena sebelumnya mereka dikalahkan Portugal, 1-4.
Setiap tim telah menjalani dua laga di Liga Nasional selama dua pekan ini dan para pemain akan kembali ke klub dan menghadapi musim 2020-2021 yang sudah bergulir pada akhir pekan ini, seperti Liga Inggris dan Liga Spanyol. Sementara itu, para pelatih timnas kembali mengevaluasi eksperimen yang telah mereka lakukan. (AFP/REUTERS)