Pertandingan olahraga mendapat tempat khusus di hati masyarakat Indonesia, termasuk di era pandemi. Sebagian kecil bahkan ingin menonton langsung. Hal ini bisa mempertinggi risiko penyebaran Covid-19 jika tak diwaspadai.
Oleh
MB Dewi Pancawati
·4 menit baca
Situasi pandemi tidak menyurutkan animo masyarakat, khususnya kalangan muda dan produktif, menonton pertandingan olahraga. Bahkan, jika memungkinkan, sebagian penggemar acara olahraga ini memilih untuk melihat menonton pertandingan dari dekat.
Pandemi membuat sejumlah kompetisi olahraga di seluruh dunia ”mati suri”, enam bulan terakhir. Sejumlah perhelatan besar, seperti Piala Eropa 2020, Olimpiade Tokyo 2020, dan Pekan Olahraga Nasional Papua, terpaksa ditunda tahun depan.
Virus korona baru, yang mudah menyebar lewat kerumunan orang, membuat kompetisi olahraga sulit dilanjutkan. Padahal, laga olahraga tidak hanya dinantikan penggiatnya, tetapi juga para pencintanya.
Tak sedikit masyarakat Indonesia yang menggemari acara olahraga, merujuk hasil jajak pendapat Kompas pertengahan Agustus 2020. Tujuh dari sepuluh responden jajak pendapat ini mengaku suka menonton pertandingan olahraga.
Sebagian responden (15,8 persen) mengaku lebih menyukai pertandingan olahraga di luar negeri. Ada juga responden (16 persen) yang fanatik dengan tontonan laga olahraga dalam negeri. Sementara itu, empat dari sepuluh responden lainnya mengaku suka melihat pertandingan olahraga dari dalam ataupun luar negeri.
Ajang olahraga juga menjadi tontonan yang menyatukan masyarakat, melintasi berbagai usia dan generasi. Pertunjukan olahraga bukanlah monopoli hiburan untuk masyarakat muda. Sebaliknya, ada kecenderungan bahwa tontonan olahraga kian menjadi hiburan tersendiri seiring bertambahnya usia.
Sebanyak 62 persen responden generasi Z dan 71 persen responden dari kelompok milenial mengaku suka menonton pertandingan olahraga. Sementara itu, di kelompok generasi X dan generasi baby boomers, proporsi responden yang menggemari tontonan olahraga masing-masing mencapai 77 persen dan 83 persen.
Risiko pandemi
Adapun animo masyarakat melihat dari dekat pertandingan olahraga di tengah pandemi tidak terlalu besar. Hanya ada 13 persen responden yang tertarik hadir menonton langsung kompetisi olahraga meskipun pandemi belumlah berakhir.
Kendati demikian, minat menonton langsung pertandingan olahraga ini memberikan sinyal potensi risiko penyebaran Covid-19 yang layak dicermati dan diwaspadai. Separuh lebih (58 persen) dari responden yang berminat menonton laga secara langsung itu berdomisili di provinsi-provinsi zona risiko tinggi penyebaran Covid-19.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dan BNPB per 6 September 2020 menunjukkan ada 65 kabupaten/kota masuk dalam zona risiko tinggi. Sebanyak 23 di antaranya kabupaten/kota di lima provinsi di Pulau Jawa, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Separuh lebih (58 persen) dari responden yang berminat menonton laga secara langsung itu berdomisili di provinsi-provinsi zona risiko tinggi penyebaran Covid-19.
Data Kementerian Kesehatan per 7 September 2020 juga menunjukkan tingginya kasus kumulatif Covid-19 pada lima provinsi di Pulau Jawa tersebut. Dari 196.989 angka kumulatif kasus Covid-19, 58 persen di antaranya (114.908 kasus) tersebar di lima provinsi itu.
Penularan Covid-19 juga akan kian mudah menyebar jika laga olahraga digelar dengan menghadirkan penonton. Pasalnya, laga-laga olahraga umumnya dihadiri penonton usia muda dan produktif dengan mobilitas keseharian yang tinggi.
Hasil jajak pendapat Kompas juga menunjukkan pola serupa. Separuh lebih responden dari kelompok generasi Y dan 23 persen dari generasi Z berkata ingin hadir di arena-arena olahraga di tengah pandemi ini.
Saat ini, paling tidak ada 15 dari 64 cabang olahraga di bawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang menggelar turnamen internal di tengah pandemi. Kegiatan olahraga tersebut dilaksanakan dengan panduan teknis ketat, sesuai karakter cabang olahraga masing-masing.
Teknologi jadi solusi
Koordinasi ketat dilakukan KONI, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Satgas Covid-19 di arena-arena laga. Pertandingan pun masih berjalan tanpa penonton. Mengingat penyebaran Covid-19 yang masih masif, khususnya di Pulau Jawa, wajar jika laga dengan penonton belum mungkin digelar.
Dalam situasi ini, teknologi menjadi solusi. Kejuaraan Nasional Tandoku Shorinji Kempo Piala Menteri Komunikasi dan Informatika 2020, yang digelar 13-14 Agustus lalu, contohnya, menjadi kejuaraan olahraga fisik pertama di Indonesia yang digelar virtual. Inovasi juga dilakukan lewat rencana peluncuran KONI TV yang bisa diakses lewat aplikasi daring untuk menyiarkan berbagai turnamen olahraga dalam negeri.
Terobosan ini sekaligus bisa mengobati kerinduan para pencinta olahraga, begitu pula dan mayoritas responden jajak pendapat Kompas yang memilih menonton laga olahraga secara daring di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Ketabahan para pelaku olahraga, termasuk para pencintanya, kini memang tengah diuji hebat. Namun, pencinta olahraga yang sportif dan supportif tentu mampu bersabar untuk mendukung pemerintah dan penyelenggara olahraga berupaya membangkitkan kembali olahraga nasional di tengah pandemi. Sebab, bagaimanapun, keselamatan tetaplah hal yang utama. (LITBANG KOMPAS)