Meski komposisi tim sudah berbeda, pertemuan antara Perancis dan Kroasia tetap menghasilkan skor yang sama seperti pada final Piala Dunia 2018. Perancis masih berada di atas Kroasia.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
PARIS, RABU — Dua tahun setelah bertemu di final Piala Dunia Rusia 2018, Perancis dan Kroasia kembali berduel di Stadion Stade de France, Paris, pada lanjutan laga Liga Nasional Eropa, Rabu (9/9/2020) dini hari WIB. Kroasia pun mengalami ”deja vu” karena Perancis kembali menang dengan skor 4-2, persis seperti skor yang terpampang di Stadion Luzhniki, Moskwa, pada dua tahun lalu.
Alur dari laga ulangan di Paris itu bahkan tidak jauh berbeda dengan alur laga di Moskwa. Perancis kembali unggul 2-1 pada akhir babak pertama dan kedua dari empat gol Perancis berupa satu gol bunuh diri Kroasia serta satu gol dari tendangan penalti. Di Moskwa, Mario Mandzukic yang mencetak gol bunuh diri dan tendangan penalti diambil Antoine Griezmann.
Kali ini di Paris, giliran kiper Kroasia, Dominik Livakovic, yang melakukan gol bunuh diri jelang babak pertama berakhir. Livakovic awalnya berusaha mengantisipasi tendangan Anthony Martia. Bola sebenarnya mengenai tiang gawang, tetapi memantul mengenai kepala Livakovic dan masuk ke gawang.
Setelah unggul tiga gol berkat tendangan Griezmann, gol bunuh diri Livakovic, dan sundulan Dayot Upamecano, Perancis menutup pesta gol itu dengan tendangan penalti Olivier Giroud. Sementara Kroasia hanya mencetak dua gol dari Dejan Lovren dan Josip Brekalo.
”Kami mudah sekali kebobolan. Kami masih harus bekerja lebih keras jika ingin tampil kompetitif di Liga Nasional Eropa dan tahun depan di Piala Eropa,” ujar Pelatih Kroasia Zlatko Dalic. Ia tidak banyak melihat perubahan dalam timnya yang tetap melakukan kesalahan seperti pada laga sebelumnya ketika dilibas Portugal, 1-4.
Hasil ini membuat Kroasia berada di dasar klasemen Grup 3 dan sudah kebobolan empat gol hanya dalam dua laga. Sementara Perancis dan Portugal sama-sama mengantongi enam poin, tetapi Portugal berhak berada di puncak klasemen karena unggul dalam jumlah selisih gol.
Kroasia berada dalam situasi yang sama seperti yang mereka alami saat mengikuti Liga Nasional musim lalu. Pada waktu itu, Kroasia juga menjadi penghuni dasar klasemen ketika berada di satu grup dengan Spanyol dan Inggris. Penampilan Kroasia yang berbahaya seperti saat mengikuti Piala Dunia 2018 belum terlihat kembali.
Minim bintang
Hasil laga Perancis melawan Kroasia itu tetap berakhir dengan skor sama seperti final Piala Dunia 2018 meski komposisi kedua tim sudah berbeda. Kroasia tidak diperkuat Luka Modric dan Ivan Rakitic yang sengaja disimpan, sedangkan Perancis tidak memainkan Paul Pogba ataupun Kylian Mbappe yang sedang diisolasi karena positif Covid-19.
Perancis pun mengandalkan Martial, Griezmann, dan Wissam Ben Yedder di lini serang. Griezmann pun menemukan panggung untuk memperbaiki reputasinya yang meredup akhir-akhir ini. Penyerang Barcelona ini tidak hanya mencetak gol, tetapi memberi asis kepada Upamecano.
Laga ini juga menjadi panggung bagi pemain muda seperti Eduardo Camavinga untuk mencetak sejarah baru sebagai pemain termuda Perancis yang pertama sejak 96 tahun. Camavinga berusia 17 tahun dan 9 bulan saat menggantikan N’Golo Kante pada babak kedua.
Gelandang Rennes tersebut menjadi pemain termuda setelah Julien Verbrugghe (16 tahun dan 10 bulan pada 1906) dan Maurice Gastiger (17 tahun dan empat bulan pada 1914). ”Saya sudah sering bermain melawan pemain yang lebih tua dan saya pikir pengalaman tersebut membuat saya lebih matang,” katanya.
”Biarlah Camavinga berkembang secara natural,” ujar Pelatih Perancis Didier Deschamps. Awalnya, Deschamps melihat keputusan untuk memasukkan Camavinga ke dalam skuad sebagai keputusan yang berisiko, tetapi ia terpikat dengan kepercayaan diri Camavinga yang begitu besar.
Selama 32 menit di atas lapangan, seperti ditulis L’Equipe, Camavinga menyentuh bola sebanyak 26 kali, tujuh kali lebih sedikit dibandingkan Kante. Dalam bertahan, Camavinga bisa merebut bola tiga kali dan kehilangan bola sekali. Ia tampil menjanjikan dan keputusan Deschamps tidak keliru. (AFP/REUTERS)