Tim Kroasia U-19 dengan mudah melibas Indonesia U-19 dengan skor 7-1 pada laga uji coba, Selasa (8/9/2020). Laga ini pun memberikan banyak catatan kepada pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong untuk berbenah.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
CAKOVEC, SELASA - Tim nasional sepak bola Indonesia U-19 disuguhi realitas yang akan mereka hadapi saat bertarung di Piala Dunia U-20 pada 2021. Tim ”Garuda Muda” mulai merasakan kekuatan tim-tim Eropa usai dikalahkan Kroasia U-19, 1-7, pada turnamen persahabatan di Stadion SRC Mladost, Selasa (8/9/2020).
Ini adalah kekalahan kedua Indonesia setelah takluk dari Bulgaria, 0-3, pada laga pertama, Sabtu (5/9). Tim asuhan pelatih Shin Tae-yong ini akan menghadapi Arab Saudi sebagai lawan terakhir dalam turnamen persahabatan yang diikuti empat negara tersebut.
Indonesia belum mampu menjadi lawan sepadan Kroasia, dan yang hanya bisa membalas satu gol melalui tendangan Amiruddin Bagas Kaffa pada babak kedua. Indonesia pun sampai bermain keras dan membuat Mochammad Supriadi mendapat kartu merah.
Lawan-lawan yang tangguh dibutuhkan Garuda Muda yang tengah membuka lembaran baru bersama Shin. Tantangan berat berguna bagi tim untuk mengukur kemampuan selama mempersiapkan diri menghadapi Piala Asia U-19 pada 14-31 Oktober 2020 di Uzbekistan dan tampil sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.
Belajar dari laga pertama melawan Bulgaria, David Maulana dan kawan-kawan tampil lebih berani saat menghadapi Kroasia. Mereka berhasil menciptakan sejumlah peluang gol pada 15 menit pertama. Peluang terbaik didapatkan Irfan Jauhari yang mendapatkan bola muntah. Namun, tendangan pemain Bali United ini terlalu keras dan membentur mistar gawang.
Inisiatif dan keberanian ini tidak terlihat saat melawan Bulgaria. Pada laga pertama itu Indonesia kesulitan membangun serangan dan lebih banyak bertahan. Laga itu lebih seperti uji ketahanan tubuh dan konsentrasi pemain. Sayangnya, skuad Garuda Muda kehilangan konsentrasi dan mulai kebobolan sejak menit ke-78.
Sayangnya, sejumlah umpan silang gagal dimanfaatkan karena pemain lain kerap terlambat menyelesaikannya.
Ketika melawan Kroasia, Indonesia tampil lebih agresif membangun serangan dari sektor sayap. Shin kembali menerapkan formasi 4-4-2 untuk memanfaatkan lebar lapangan. Di sini peran pemain seperti Witan Sulaeman dibutuhkan. Ia terlihat percaya diri membawa bola dan mencari kesempatan memberikan umpan silang.
Sayangnya, sejumlah umpan silang gagal dimanfaatkan karena pemain lain kerap terlambat menyelesaikannya. Lagipula pertahanan Kroasia sangat solid. Sulit bagi pemain Indonesia mengandalkan umpan bola atas.
Konsekuensi permainan agresif ini terlihat pada menit ke-26 ketika Kroasia mulai mencetak gol. Indonesia bermain lebih terbuka dan Kroasia mendapatkan kesempatan memanfaatkan celah di lini pertahanan Indonesia dengan postur tubuh mereka yang tinggi.
Gol pertama diceploskan Filip Zrilic melalui sundulan dari area titik penalti. Zrilic yang bertubuh jangkung dengan santai melompat tanpa bisa dicegah bek Indonesia. Hal serupa terjadi ketika Marco Boras mencetak gol ketiga Kroasia yang pada menit ke-44.
Ancaman tersebut sudah diwaspadai skuad Garuda Muda sebelum berlaga. ”Kroasia mengandalkan bola mati. Kami sudah melihat pertandingan mereka saat melawan Bulgaria dan Arab Saudi,” ujar Irfan pada laman PSSI.
Kroasia mengawali turnamen dengan mengalahkan Bulgaria, 3-2, dan menang atas Arab Saudi, 4-3. Dengan demikian Indonesia menjadi lawan terakhir mereka pada turnamen persahabatan ini.
Berkembang di klub
Tim Kroasia U-19 mendapat pasokan pemain dari klub-klub besar terutama Dinamo Zagreb. Bahkan kiper mereka, Karlo Ziger, bermain untuk tim muda Chelsea. Mereka lebih dulu matang di klub sehingga pelatih Kroasia U-19, Josip Simunic, lebih mudah meramunya.
”Pelatih Igor Jovicevic (pelatih Dinamo Zagreb) melakukan tugasnya dengan baik. Para pemain bermain cerdik dan bertahan dengan baik. Mereka hampir siap untuk tampil di level senior,” kata Simunic seperti dilansir laman Federasi Sepakbola Kroasia.
Antonio Marin, kapten Kroasia U-19, adalah salah satu bintang Dinamo yang bersinar. Ia mencetak dua gol tiap laga melawan Bulgaria dan Arab Saudia. Melawan Indonesia, Marin tetap menjadi ancaman utama dengan memberi assist kepada Arijan Brkovic untuk gol kedua, dan mencetak dua gol menit ke-47 dan ke-73.
Tim yang dihadapi Garuda Muda ini merupakan generasi penerus skuad Kroasia yang dua tahun lalu berhasil menembus final Piala Dunia Rusia 2018. Shin pun sejak awal tidak ingin pusing memikirkan hasil laga. “Intinya kami tidak melihat hasil tetapi bagaimana pemain bisa berproses dan bermain sesuai yang kami inginkan,” ujarnya.