PT Dyandra Promosindo menggelar kompetisi lari secara virtual, VXRun. Event ini diharapkan bisa mengobati kerinduan para pelari.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
Kerinduan untuk bisa berlari di luar ruangan bersama-sama anggota komunitas diungkapkan sejumlah komunitas lari di acara konferensi virtual VXRun yang digelar PT Dyandra Promosindo, Senin (7/9/2020). Para pencinta olahraga lari yang aktif di berbagai komunitas menyiasati situasi terbatas agar tetap konsisten berlatih lari.
Co-Founder IndoRunners Yomi Wardhana mengatakan, masa pandemi Covid-19 secara frontal mengubah kebiasaan berlari dari komunitas yang tersebar di 73 regional ini. ”Sejak Maret kami menerapkan seluruh kegiatan lari. Kayak memberi arahan juga untuk semua anggota harus menjaga jarak . Kita harus mengikuti anjuran dan sadar pandemi ini skala dunia,” ujar Yomi.
Kegiatan lari bersama yang melibatkan banyak orang diminta tidak dilakukan. Kalau tetap ingin lari bersama, dianjurkan maksimal lima orang. ”Kami ingatkan untuk tidak ber-selfie atau foto bareng yang bisa memancing pikiran orang kondisi sekarang kayak normal. Selain itu, protokol kesehatan dari jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan juga harus dipatuhi,” jelas Yomi.
Teddy Wahyu, perwakilan Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara (IkastaRun) mengatakan, komunitas ini sudah delapan tahun berdiri dengan kegiatan lari bersama dan coaching clinic. Anggotanya ada sekitar 8.000 orang di seluruh Indonesia, dari yang baru lulus SMA Taruna Nusantara Magelang hingga usia 45 tahun.
”Kepada anggota komunitas kami sarankan lari individual. Kalau berkelompok, dari 2- 4 orang saja di arena yang tidak ramai kerumunan. Pokoknya sejak Maret, semua kegiatan terhenti dan lebih mengutamakan kegiatan lari individual di sekitar rumah,” kata Teddy yang tinggal di Jakarta.
Teddy mengatakan, dirinya masih suka lari bersama teman. Lalu, mereka berkomitmen untuk rutin tes rapid demi memonitor kondisi kesehatan masing-masing.
”Sekarang kami cari rute yang tidak biasa untuk menghindari kerumunan. Lari juga lebih pagi. Tidak lama, 30-45 menit, tapi bisa lebih intensif tiap hari karena kerja dari rumah,” kata Teddy.
Teddy tak menampik jika anggota komunitas lari suka membuat foto bersama dan menggunggah di media sosial. Di masa sebelum Covid-19, kebiasaan selfie bersama anggota dengan latar belakang kerumunan orang saat lari bersama biasanya sering dilakukan. Kini, kegiatan menyenangkan tersebut diminta direm dulu.
Menurut Teddy, penyesuaian aktivitas lari mau tidak mau harus dilakukan. Meskipun lari merupakan kegiatan olahraga yang menyehatkan, kondisi saat ini pencegahan dari penularan Covid-19 juga perlu diwaspadai.
”Kalau secara jarak tempuh, lari sih rata-rata berkurang ya. Banyak yang mengurangi kegiatan lari yang jauh. Tapi, kalau dilihat dari frekuensi melakukan olahraga lari jadi lebih intens. Soalnya bisa dilakukan tiap hari, bahkan mulai dari pagi hari,” ujar Teddy.
Ketua Cannirunners Mico Tanahbrata mengatakan. Cannirunners merupakan komunitas lari dari alumni Kolese Kanisius Jakarta sejak sembilan tahun lalu. Komunitas sering menggelar kegiatan lari dan ikut lomba lari bersama.
”Kegiatan lari bersama tentunya berkurang karena masing-masing orang sadar mengutamakan protokol kesehatan. Namun, kegiatan lari tetap bisa disiasati sesuai kebutuhan tiap orang,” kata Mico.
Mico mengatakan, dirinya biasa lari di kawasan Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta, seusai jam kerja. Kalau hari libur, baru bisa berlari pada pagi hari.
”Sejak pandemi saya enggak ke GBK. Hari biasa latihan di treadmill atau ke gym. Yang penting tetap berolahraga,” kata Mico.
Melepas kerinduan
Kondisi pandemi Covid-19 yang belum juga mereda di Indonesia memunculkan kerinduan dari komunitas lari untuk bisa merasakan kembali kegiatan kompetisi lari. Beruntung, lomba lari virtual kini bermunculan dan menjadi alternatif untuk menghidupkan kembali jiwa kompetisi untuk mengukur kapasitas diri para pelari.
Presiden Direktur PT Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh mengatakan, Dyandra sebenarnya ingin menggelar kompetisi lari tahun ini. Sebelumnya, beberapa kompetisi lari maraton sudah dilaksanakan Dyandra.
”Dalam kondisi sekarang ini perlu kreativitas. Supaya enggak lemas dan ada aktivitas dengan para runners yang jago. Selain itu, untuk tetap semangat memelihara kesehatan di tengah pandemi. Ternyata event VXRun ini dapat dukungan dari komunitas lari, seperti IndoRunner, IkastaRun, dan Cannirunners. Niat untuk melaksanakan run versi virtual bisa terlaksana,” kata Hendra.
Kompetisi VXRun tak sekadar lomba lari. Biaya pendaftaran peserta juga akan dialokasikan untuk membantu dunia pendidikan, bekerja sama dengan kitabisa.com.
Tema VXRun kali ini adalah Nusantara Energy Run. Kompetisi dibagi dalam tiga batch pada kurun waktu September- November 2020. Ada pilihan kategori 15 K dengan biaya pendaftaran Rp 250.000 dan kategori 45 K dengan biaya pendaftaran Rp 500.000.
”Selain dapat medali, peserta terlibat juga dalam donasi sektor pendidikan. Ini mencerminkan spirit sebagai bangsa untuk membangkitkan kembali semangat,” kata Hendra.
Yomi mengatakan, banyak kompetisi lari nasional dan internasional dibatalkan karena pandemi. Padahal di tahun 2019 saja, tercatat 300-400 event kompetisi lari offline.
”Pastinya kami sambut baik adanya kegiatan lomba lari, termasuk yang virtual run. Jadi semua bisa melaksanakan lomba lari,” kata Yomi.
Yomi menambahkan, hal mendasar dari lari itu berjuang dan niat untuk berlari. Pastinya ada jiwa kompetisi di dalam diri tiap orang. Namun, bagaimana mau menyalurkan jika kini tidak ada kompetisi.
”Ya lewat kompetisi lari virtual bisa terpenuhi kerinduan itu. Kita harus tetap mampu menciptakan di pikiran untuk menikmatinya. Anggap saja sebagai fun run atau menciptakan personal base diri masing-masing,” kata Yomi.
Komunitas lari, ujar Yomi, kini hampir ada di tiap institusi. Tujuan berlari tiap orang juga berbeda, tergantung individu. Ada yang hanya lari rekreasional. Ada yang level seminggu sudah maraton.
”Tiap individu berbeda, tergantung tujuan. Yang penting sih untuk menjaga kesehatan. Bergerak dari 10 menit intensitas tinggi atau satu jam dengan kondisi lambat atau di antaranya, bergantung kondisi pribadi. IndoRunners ingin menyebarkan virus lari untuk gerakan perubahan Indonesia Sehat lewat Indonesia Berlari,” kata Yomi.
Teddy mengatakan, energi lari luar biasa, apalagi jika bersama banyak orang. Tak heran, event lomba lari selalu ramai. ”Beda feel-nya pasti antara virtual dan offline. Di virtual, kita race dan lari sendiri, adrenalinnya pasti berbeda. Ini yang hilang dari lomba lari virtual. Tapi kembali lagi saja ke tujuan lari apa? Ya, mau sehat. Dalam kondisi begini, cari sehat dulu yang utama. Lomba lari virtual tetap aman, tidak salah untuk dimanfaatkan,” kata Teddy.
Teddy mengatakan, anggota komunitas lari sudah mulai rajin ikut lomba lari virtual. Tiap runners diakui atau tidak mempunyai jiwa kompetitif, mau lari lebih cepat dan sehat. ”Di saat enggak ada pilihan, virtual run jadi tantangan sekaligus kesempatan. Anggota komunitas lari tetap antusias. Sekarang bisa lebih menyesuaikan keadaan, dari daerah masing-masing bisa ikut,” kata Teddy.
Mico mengatakan, anggota komunitas Cannirunners juga aktif ikut lomba lari virtual. ”Sudah jadi pembicaraan di grup,” kata Mico.