Industri olahraga di Tanah Air akan kembali bergerak mulai Oktober 2020. Kehadiran kembali pentas olahraga diharapkan membawa kesegaran baru di tengah pandemi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah setengah tahun lebih mati suri, industri olahraga akan kembali bernapas dalam waktu dekat. Dengan kesadaran tinggi terhadap protokol kesehatan, ajang olahraga akan menjadi hiburan sekaligus refleksi bagi masyarakat. Oase ini menjadi harapan baru di tengah sengkarut pandemi yang belum menunjukkan tanda berakhir.
Kekuatan olahraga, termasuk aktivitas fisik, tidak bisa diremehkan. Menurut pernyataan bersama 118 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Juli 2020, olahraga dianggap sangat penting untuk dimasukkan dalam strategi nasional pemulihan pandemi Covid-19 setiap negara di dunia.
”Di masa sulit ini, terlepas dari banyak prioritas yang mendesak, olahraga dan aktivitas fisik tetap penting bagi kemaslahatan warga. Olahraga bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental, juga membantu mengurangi stres dan kecemasan,” bunyi pernyataan bersama itu.
Ajang olahraga, sebagai hiburan, sangat pas kehadirannya sekarang. Setelah enam bulan berjibaku dengan pandemi, masyarakat butuh penyegaran. Olahraga bisa sedikit mengobati perjuangan panjang melawan virus yang belum diketahui kapan akan berakhir ini.
Jelang Hari Olahraga Nasional, 9 September, ajang olahraga Tanah Air mulai kembali tersenyum. Sejumlah kompetisi nasional, mulai dari liga sepak bola (Liga 1 Indonesia) sampai Liga Bola Basket Indonesia (IBL), menurut rencana akan kembali bergulir mulai Oktober.
Kehadiran ajang ini dibarengi dengan kehati-hatian ekstra. IBL, misalnya, akan memulai musim tanpa penonton pada 13-27 Oktober 2020 dengan konsep ”gelembung”, seperti yang dilakukan Liga Bola Basket Amerika Serikat (NBA). Mereka akan mengisolasi pemain dan ofisial untuk menginap sekaligus bertanding di kawasan Mahaka Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Isolasi pemain
Bedanya, kawasan tersebut tidak diisolasi sepenuhnya seperti NBA. Isolasi berlaku khusus bagi pemain dan ofisial yang akan menjalani karantina. Mulai dari akses penginapan sampai lapangan sudah disiapkan jalur khusus yang tidak bersinggungan dengan orang luar.
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah mengatakan, persiapan kompetisi semasa pandemi lima kali lebih rumit dibandingkan biasanya. Penerapan protokol kesehatan dan perizinan berlapis di pemerintah menjadi tantangan tersendiri. Namun, semua itu sepadan untuk misi besar yang mereka bawa.
Ia berharap IBL mampu menghidupkan kembali industri olahraga yang sudah lama mati suri. Roda ekonomi dari pendapatan atlet, pelatih, hingga wasit harus berputar lagi.
Kemudian, mereka juga ingin menjadikan ajang ini sebagai hiburan yang berisi. Selain hiburan, IBL dibantu para pemain akan mengampanyekan bagaimana protokol kesehatan seharusnya diterapkan.
”Gelembung” menjadi cermin
”Gelembung” nanti bisa jadi cermin bahwa tatanan normal baru bisa diterapkan dengan tanggung jawab besar pada protokol. Masyarakat bisa berolahraga juga di wilayah masing-masing, tetapi harus memikirkan kesehatan diri sendiri dan orang sekitar.
Persiapan IBL sudah mencapai 80 persen. Mereka tinggal memastikan situasi di Jakarta tidak memburuk jelang hari kompetisi. Selain itu, mereka juga akan melakukan berbagai simulasi di ”gelembung”.
Olahraga harus bangkit. Harus ada yang bergerak. Buat kami, hasil apa pun di kompetisi bukan sesuatu yang dikhawatirkan. Kami mau gairah basket ada lagi.
Terwujudnya kelanjutan liga tidak lepas dari dukungan para klub. Amartha Hangtuah, misalnya, agresif meminta IBL musim ini diteruskan meskipun tanpa penonton dan pemain asing.
Menurut Manajer Amartha Hangtuah Ferri Jupri, mereka tidak bisa terlalu lama berdiam diri. Harus ada yang mengambil inisiatif. ”Olahraga harus bangkit. Harus ada yang bergerak. Buat kami, hasil apa pun di kompetisi bukan sesuatu yang dikhawatirkan. Kami mau gairah basket ada lagi. Orang punya ketertarikan lagi, biar tidak kurang hiburan,” katanya.
Beban tambahan
Klub sendiri rela menanggung beban tambahan dengan hadirnya syarat pemeriksaan atau tes Covid-19 kepada para pemain dan ofisial. Jumlah itu cukup besar karena pemeriksaan dilakukan berkali-kali, mulai dari sebelum tim kembali berkumpul untuk latihan hingga sebelum masuk dan selama dalam ”gelembung” nanti.
Pengamat olahraga dari Universitas Negeri Yogyakarta, Djoko Pekik Irianto, mengatakan, penyelenggaraan ajang memang masih sangat dilematis dengan kasus positif yang terus bertambah. Karena itu, ajang perlu digelar dengan sangat berhati-hati dan mewaspadai potensi penyebaran virus.
Djoko juga menyarankan agar pemerintah atau pengurus pusat terus memantau perkembangan olahraga di daerah. ”Perlu juga penegasan terkait surat edaran Kementerian Pemuda dan Olahraga yang lalu terkait normal baru olahraga dan bagaimana implementasinya di daerah. Dalam keadaan sekarang, prioritasnya keselamatan atlet. Mereka adalah aset bangsa yang wajib dilindungi,” pungkasnya.