Ansu Fati dan Sergio Ramos, Wujud Keunikan Spanyol
Skuad Spanyol memiliki pemain termuda, seperti Ansu Fati, dan pemain veteran, seperti Sergio Ramos, yang kemudian berkolaborasi untuk menundukkan tim kuda hitam, Ukraina. Ini adalah keunikan sekaligus kekuatan Spanyol.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·5 menit baca
MADRID, SENIN — Tim nasional Spanyol memperlihatkan keunikan mereka saat mengalahkan Ukraina, 4-0, pada laga kedua Liga Nasional Eropa di Stadion Alfredo Di Stefano, Madrid, Senin (7/9/2020) dini hari WIB. Jarang ada satu tim seperti Spanyol yang menampilkan dua pemain sekaligus dengan selisih usia 17 tahun, dan keduanya bisa menjadi motor kemenangan tim.
Kedua pemain itu adalah penyerang Ansu Fati (17) dan bek Sergio Ramos (34) yang kompak bersinar. Pada laga ini, Fati tampil sebagai pemain termuda dalam sejarah Spanyol yang mencetak gol untuk timnas, sedangkan Ramos menjadi bek paling produktif di dunia dalam hal mencetak gol.
Fati, yang baru tampil bersama timnas senior untuk kali kedua, langsung berjasa memberikan Spanyol kesempatan untuk mengambil tendangan penalti ketika laga baru berjalan sekitar 1,5 menit. Ia dijatuhkan bek Ukraina, Sergiy Kryvtsov, saat berusaha menerobos dengan lincah di dalam kotak penalti lawan.
Ramos kemudian sukses mengambil tendangan penalti itu untuk mencetak gol internasionalnya yang ke-22, menyamai pencapaian mantan bek Argentina, Daniel Passarella, yang selama ini menjadi bek terproduktif di dunia. Lalu Ramos dengan sundulannya pada menit ke-29 berhasil melampaui catatan Passarella dengan mengoleksi 23 gol.
Tiga menit kemudian, giliran Fati yang membobol gawang Ukraina melalui tendangan kerasnya dari luar kotak penalti. Pemain Barcelona ini memecahkan rekor Juan Errazquin sebagai pemain termuda Spanyol yang mampu mencetak gol. Seperti ditulis Marca, Errazquin mencetak gol ketika baru berusia 18 tahun dan 344 hari pada 1 Juni 1925.
Pelatih Spanyol Luis Enrique lantas mengungkapkan keheranannya melihat perkembangan Fati. ”Bisa tampil seperti ini dan merasa sangat percaya diri pada usia semuda itu merupakan sesuatu yang tidak normal. Kami akan terus mencoba merawat Fati agar ia tetap bisa membantu tim seperti yang ia lakukan hari ini,” kata Enrique.
Kepercayaan diri Fati, seperti yang disinggung Enrique itu, tampak pada caranya berinisiatif menerobos barisan pertahanan lawan dengan kemampuannya menggiring bola yang mencengangkan. Menurut data statistik dari Opta Sports, Fati mencatat enam dribble, menciptakan dua peluang gol, dan menembak sebanyak enam kali (dua tembakan di antaranya tepat mengarah ke gawang).
Salah satu tembakan Fati pada babak pertama menjadi bukti lainnya bahwa ia begitu percaya diri. Ketika melihat bola melambung ke arahnya pada menit ke-25, Fati dengan percaya diri menembak dengan tendangan salto. Tembakannya tepat ke sasaran, tetapi masih bisa mengenai bek Ukraina, Mykola Matviyenko. ”Meski saya sudah sangat mengenal Fati, saya tetap terkejut melihat permainannya,” ujar Enrique.
Tentang Ramos, Enrique kembali mengingatkan bahwa bek Real Madrid itu masih menjadi figur penting di dalam skuad timnas. ”Dia adalah pemimpin yang tidak sekadar bicara. Ia menunjukkannya dengan aksi nyata. Ramos membuat pekerjaan seorang pelatih menjadi begitu mudah,” katanya.
Bakat dari Guinea-Bissau
Seusai laga itu, Fati menyatakan ingin menjadikan seragam yang ia pakai sebagai memorabilia. Ia ingin semua pemain menandatangani seragamnya dan akan memajang di tempat yang paling spesial di rumahnya.
Menurut Fati, pencapaiannya ini merupakan hasil dari perlakuan istimewa pelatih dan rekan-rekannya. ”Sebuah kebanggaan bagi saya bisa bekerja sama dengan Enrique dan semua pemain di sini. Sejak saya datang, mereka semua menyambut saya dengan tangan terbuka,” ujar Fati dikutip Marca.
Fati bukanlah warga asli Spanyol karena ia lahir dan datang dari Guinea-Bissau, sebuah negara kecil di Afrika. Ia pindah ke Spanyol sejak usia 7 tahun pada 2009 karena mengikuti orangtuanya yang mencari uang dengan menjadi sopir di Sevilla.
Jalan kehidupan Fati sebagai pesepak bola profesional mulai terbentuk ketika bergabung dengan La Masia, akademi milik Barcelona. Potensi yang ia miliki langsung memukau banyak orang. ”Sejak pertama kali datang, ia sudah tampak berbeda. Ia adalah tipe pemain yang menemukan sepak bola,” kata pelatih Fati di La Masia, Marc Serra.
Tidak mengherankan apabila Barcelona kemudian begitu yakin untuk memasukkannya ke skuad timnas senior. Fati kemudian diberi kesempatan menjadi warga negara Spanyol pada 2019. Ia telah menjadi berkah bagi Spanyol karena ada seorang anak berbakat dari negara lain yang terpaksa datang karena keadaan ekonomi keluarga.
Kasus Fati ini pun menjadi berbeda dengan kasus naturalisasi yang dilakukan negara lain, termasuk Indonesia. Fati telah ada di Spanyol selama lebih dari 10 tahun dan berlatih di bawah salah satu akademi sepak bola terbaik, seperti La Masia.
Fati lebih dulu berproses di Spanyol dan bukanlah pemain berbakat yang direkrut secara mendadak dari negara lain demi kepentingan timnas yang instan. Istimewanya lagi, ia datang dari sebuah negara yang jarang terdengar, tetapi bisa membuat negara dengan reputasi besar di sepak bola, seperti Spanyol, bisa jatuh hati. Biasanya, suatu negara menaturalisasi pemain dari negara yang sudah lebih maju sepak bolanya.
Enrique tinggal berharap Fati bisa menjaga diri dengan baik karena popularitas dan materi akan terus menghampiri. ”Saya tidak terlalu khawatir karena Fati tidak akan besar kepala. Ia adalah anak yang rendah hati,” katanya.
Berkat Fati yang dibantu pemain veteran, seperti Ramos, Spanyol pun menjadi tim pertama yang membuat Ukraina merasakan kekalahan pertama sejak November 2018. Ukraina dalam dua tahun terakhir bisa menahan imbang Italia dan mengalahkan Portugal. ”Ini adalah laga kedua kami di kompetisi teratas dan sangatlah berat. Spanyol adalah tim super,” ujar Pelatih Ukraina Andriy Shevchenko. (AFP/REUTERS)