Ferrari bersiap menjalani balapan yang sangat sulit di Monza. Mobil mereka tidak bisa bersaing di papan tengah pada saat kualifikasi, yang tidak akan berbeda jauh dengan saat balapan seiring larangan "mode pesta".
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
MONZA, SABTU – Hasil kualifkasi Formula 1 seri Monza, Italia, Sabtu (5/9/2020), bisa menjadi gambaran bagaimana Ferrari akan menderita pada balapan di negeri asalnya itu. Kualifikasi kali ini mendekati performa mobil saat balapan, karena larangan menggunakan “mode pesta” pada mobil-mobil F1. Posisi start ke-13 dan 17 bagi Charles Leclerc dan Sebastian Vettel menunjukan daya saing SF1000 yang lemah.
Larangan “mode pesta” membuat tim-tim F1 menerapkan setelan mobil yang sama antara kualifikasi dan balapan. Setelan yang lebih fokus pada keandalan mobil untuk menempuh banyak putaran itu jauh lebih lambat dari "mode pesta" yang lebih fokus meraih waktu tercepat dalam satu putaran.
Larangan “mode pesta” saat kualifikasi mulai di Monza ini, tidak memberi dampak yang signifikan bagi Ferrari. Ini berbeda dengan tim-tim lain seperti McLaren, Racing Point, dan Renault, yang bisa meraih posisi start lebih baik. Para pebalap Ferrari masih seperti pada seri Belgia pekan lalu, di mana start dari posisi ke-13 dan 14. Pada akhir pekan ini di Monza, posisi start terbaik Ferrari diraih Leclerc pada urutan ke-13, sedangkan Vettel di posisi ke-17 atau keempat dari bawah. Ini posisi start terburuk Ferrari di Monza dalam 35 tahun terakhir.
Mobil SF1000 sepertinya masih seperti saat sesi latihan Jumat yang dirangkum oleh Leclerc dengan “sulit dikendalikan”. Mobil mereka juga kehilangan kestabilan yang membuat sulit melakukan putaran yang bersih. Leclerc pada FP3 sempat membuat putaran yang bagus, tetapi dicoret karena seluruh ban keluar dari garis putih pembatas lintasan. Sirkuit Monza yang memiliki karakter mirip dengan Sikuit Spa-Francorchamps masih bisa menjadi balapan terburuk kedua bagi Ferrari dalam satu dekade terakhir.
“Spa sangat sulit bagi kami, dan Monza saya menduga akan menjadi akhir pekan yang sama tetapi setelah itu akan lebih baik,” ujar Leclerc pada Jumat.
Performa buruk Ferrari musim ini tidak akan membuat Kepala Tim Ferrari Mattia Binotto dipecat. Dia mendapat dukungan penuh dari para petinggi Ferrari, terakhir CEO Louis Camilleri. “Saya percaya sepenuhnya pada Mattia Binotto dan timnya. Hasilnya belum terlihat untuk membuktikan apa yang saya katakan, tetapi ini memerlukan waktu. Sayangnya di masa lalu, ada terlalu banyak tekanan dan sejarah orang-orang yang dilepas. Ada atmosfer seperti revolving-door (menganggap dirinya pemimpin), dan saya akan menghentikannya,” tegas Camilleri dikutip Formula 1. Kini para petinggi Ferrari tidak akan turut campur terlalu banyak, hingga seolah menjadi orang yang paling tahu cara menjalankan tim Formula 1.
Namun, tekanan bagi Ferrari akan tetap kuat, apalagi tim-tim lain menunjukkan perbaikan performa. Sesi kualifikasi di Monza tanpa “mode pesta” membuat sejumlah tim mampu meraih posisi start yang lebih baik dari seri-seri sebelumnya. Pebalap McLaren yang musim depan membalap bersama Ferrari, Carlos Sainz Junior, bisa meraih posisi start ketiga. Sedangkan pebalap Racing Point Sergio Perez start keempat.
Sedangkan Max Verstappen yang langganan start dari posisi tiga besar, hanya bisa mendapatkan posisi start kelima. “Saat kami di posisi downforce rendah, mobil tidak seperti yang kami inginkan. Saya terus mendekat dan mendekat ke mobil di depan saya, dan saya terus melambat pada lintasan lurus, ini sangat aneh. Ini tidak cukup bagus bagi kami, dan kami tidak akan membicarakan Mercedes, mereka di level yang berbeda,” tegas Verstappen kepada Sky Sports seusai kualifikasi.
Verstappen tidak berlebihan, karena kedua pebalap Mercedes, Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas, terlalu dominan di Monza. Kedua pebalap tim “Panah Perak” itu berurutan di posisi start pertama dan kedua, yang sekaligus menegaskan Mercedes tidak terpengaruhi oleh larangan “mode pesta”. Mercedes seperti memiliki kejuaraan sendiri, dan tak terusik dengan aturan yang diharapkan bisa membuat tim lain mendekati mereka.
Hamilton, bahkan, mencetak rekor lap tercepat di Monza dengan waktu 1 menit 18,887 detik. Ini merupakan pole position ketujuh Hamilton di Monza, yang menjadi modal kuat untuk meraih kemenangan ke-90. Dia bisa menyamai rekor kemenangan Michael Schumacher, 91 kemenangan, di tanah Italia, jika meraih podium tertinggi di Monza dan Mugello.
“Fantastik dari tim hari ini dalam hal waktu, saat mereka menempatkan kami di lintasan. Ini benar-benar menuntut putaran yang bersih, Valtteri sungguh sangat dekat. Saya melakukan sejumlah perubahan untuk kualifikasi jadi saya sedikit grogi apakah hal itu tepat atu tidak,” ujar Hamilton yang bisa meraih kembali performanya setelah hanya bisa menjadi pebalap kelima tercepat saat sesi latihan bebas ketiga.
Bottas yang start dari posisi kedua dengan selisih waktu 0,069 detik dari Hamilton, menjadi satu-satunya pebalap yang bisa memberi tekanan kepada Hamilton. Namun, pada balapan-balapan yang menuntut putaran yang bersih, seperti di Monza, Bottas selalu kesulitan mengimbangi Hamilton yang brilian. Monza akan menjadi ujian berikutnya bagi Bottas yang merasa jengkel dengan dirinya sendiri karena semakin menjauh dari peluang meraih juara.
Sedangkan Sainz yang start dari posisi ketiga, akan sulit mengimbangi dua Mercedes di depannya. Selisih waktu dirinya dengan Hamilton mencapai 0,808 detik, yang menunjukan bagaimana selisih satu lap saat balapan tidak jauh dari itu.
“Putaran terakhir itu hampir berantakan, saya memiliki momen besar dan saya hampir kehilangan itu. Saya berusaha keras untuk ini, saya mengambil banyak risiko dan itu terbayar lunas. Ketika saya mengerem begitu memasuki Ascari (tikungan) saya merasa seperti ‘wah’ itu terlalu terlambat,” tegas Sainz.