Serena Williams, Victoria Azarenka, dan Tsvetana Pironkova membuktikan petenis profesional bisa menjalankan perannya di lapangan ataupun di rumah. Mereka mampu membagi fokus, bahkan maju ke babak ketiga AS Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Menjadi seorang ibu tak menghalangi empat petenis untuk bersaing di panggung profesional. Tiga di antaranya, Serena Williams, Victoria Azarenka, dan Tsvetana Pironkova, melaju ke babak ketiga Grand Slam Amerika Serikat Terbuka di Flushing Meadows, New York.
Mereka tampil pada hari yang sama, Kamis (3/9/2020), untuk menjalani babak kedua di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King. Ketiganya, juga, sama-sama menang dalam straight sets.
Di Stadion Arthur Ashe, stadion terbesar di kompleks lapangan tenis yang namanya diambil dari salah satu legenda tenis AS tersebut, Serena menang atas Margarita Gasparyan (Rusia), 6-2, 6-4. Azarenka, di Stadion Louis Armstrong, mengalahkan unggulan kelima, Aryna Sabalenka, 6-1, 6-3. Sementara Pironkova menyingkirkan unggulan ke-10 yang merupakan dua kali juara Grand Slam, Garbine Muguruza, 7-5, 6-3, di Lapangan 17.
Sebenarnya ada ibu lain yang penampilannya paling dinanti di Flushing Meadows tahun ini, yaitu Kim Clijsters, yang kembali dari masa pensiunnya sejak 2012. Namun, ibu dari tiga anak itu hanya memiliki kesempatan bertanding dalam babak pertama karena kalah dari Ekaterina Alexandrova, 6-3, 5-7, 1-6.
Clijsters tampil kembali di arena tenis profesional setelah terakhir kali bertanding di AS Terbuka 2012. Dia mendapat inspirasi untuk kembali bersaing setelah melihat Serena yang masih bisa bertahan pada papan atas tunggal putri.
Sebelum ini, Clijsters sebenarnya telah menunjukkan bahwa menjadi ibu bukan penghalang untuk menjalani karier yang mengharuskan berkeliling dunia selama 10-11 bulan setiap tahunnya. Saat tiga tahun aktif, 2009-2012, petenis Belgia itu bahkan meraih tiga gelar Grand Slam, yakni AS Terbuka 2009 dan 2010, serta Australia Terbuka 2011.
Gelar AS Terbuka, September 2009, didapat hanya berselang sebulan setelah dia kembali ke kompetisi tenis. Petenis yang saat ini berusia 37 tahun tersebut menepi dari persaingan, pada 2007-2009, karena menikah lalu melahirkan anak pertamanya, Jada, pada Februari 2008.
Clijsters menjadi bagian dari hanya dua petenis yang menjuarai Grand Slam setelah menjadi ibu. Lainnya adalah Evonne Goolagong (Australia), peraih gelar Grand Slam pada era 1970-an.
Serena hampir meraih prestasi serupa setelah putrinya, Olympia, lahir pada September 2017. Kembali ke kompetisi mulai Maret 2018, dia empat kali lolos ke final Grand Slam, yaitu Wimbledon 2018 dan 2019, serta AS Terbuka 2018 dan 2019.
Kekalahan pada empat final itu membuat Serena bertahan dalam persaingan tenis profesional meski akan memasuki usia 39 tahun pada 26 September. Motivasinya adalah menyamai prestasi Margaret Court sebagai petenis dengan gelar tunggal terbanyak di arena Grand Slam, yaitu 24 gelar.
Sebelum cita-cita itu terwujud, Serena membuat rekor sebagai petenis dengan kemenangan terbanyak di Flushing Meadows (102 kemenangan) setelah mengalahkan Kristie Ahn pada babak pertama. Dia melewati rekor 101 kemenangan Chris Evert.
Serena mendapatkan semua itu dengan keringat dan darah dalam arti yang sebenarnya. Kembali bersaing di arena tenis profesional setelah melahirkan bukan hal yang mudah. Dalam serial dokumenter ”Being Serena”, Serena berjuang keras untuk mengembalikan kondisi fisiknya, terutama dalam menurunkan berat badan. Dia bahkan harus mengambil pilihan sulit ketika berhenti menyusui putrinya dengan lebih cepat untuk menurunkan berat badan.
Serena, juga, berhasil melalui masa sulit saat melahirkan Olympia. Masalah di paru-paru mengganggu pernapasannya, hingga dia pun dihadapkan pada kematian.
Mengikuti jejak para ibu lainnya, Pironkova juga kembali ke lapangan tenis setelah melahirkan anaknya, Alexander, pada April 2018. Penampilan di Flushing Meadows menjadi yang pertama setelah dia terakhir kali tampil dalam babak kedua Wimbledon 2017.
”Saya sangat-sangat senang bisa kembali ke turnamen. Setelah tiga tahun absen, Anda akan selalu memiliki keraguan. Namun, hasil saya di sini cukup baik. Itu memperlihatkan saya telah melakukan persiapan yang benar,” ujarnya.
Bertanding setelah menjadi ibu memberi perspektif lain bagi petenis Bulgaria berusia 32 tahun tersebut. Jika sebelumnya gelar juara dan peringkat dunia menjadi target, kali ini Pironkova memiliki prioritas lain.
”Sekarang sangat berbeda. Mendapat kesempatan agar anak saya bisa melihat penampilan saya adalah hal yang sangat berharga. Jadi, tekanan kali ini terasa lebih ringan,” lanjut Pironkova yang memulai karier sebagai petenis profesional pada 2002 ini.
Meski demikian, dia mengakui bahwa menyeimbangkan kehidupan sebagai petenis profesional dan ibu tidaklah mudah. Membutuhkan motivasi besar dan perencanaan detail dalam kehidupan sehari-hari.
Prioritasnya adalah anak dan suami. Namun, Pironkova yakin, jika memiliki motivasi besar dan bisa mengatur waktu dengan baik, seorang petenis profesional bisa menjalankan tugas di lapangan, juga di rumah.
Azarenka pun setuju bahwa kemampuan menyeimbangkan karier dan keluarga menjadi kunci menjalani kehidupan seperti saat ini. ”Tetapi, jangan melihat kami hanya sebagai seorang ibu. Kami juga perempuan yang memiliki mimpi,” kata ibu dari Leo yang lahir pada Desember 2016.
Atas dasar itulah juara Australia Terbuka 2012 dan 2013 itu berharap, dia, Serena, Clijsters, dan Pironkova bisa menjadi inspirasi bagi para orangtua yang bekerja. (AP/AFP)