Desakan Messi untuk keluar dari Barcelona tidak lepas dari ketidakcocokan dengan manajemen klub. Barcelona butuh penyegaran besar-besaran untuk mengembalikan klub di jalur juara.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
BARCELONA, RABU - Drama kepindahan Lionel Messi dari Barcelona adalah puncak gunung es dari kekacauan di tubuh internal klub. Oleh karena itu, musim 2020-2021 seharusnya menjadi momentum revolusi bagi ”El Barca”, tidak hanya untuk merombak pelatih dan pemain senior di tim inti, juga kursi penting di manajemen klub asal Catalan itu.
Messi adalah sedikit pemain utama Barcelona yang dijamin tetap dapat tempat di skema permainan pelatih baru ”El Barca” Ronald Koeman. Selain Messi, nama lain yang tetap menjadi andalan ialah Gerard Pique, Marc-Andre ter Stegen, Jordi Alba, Antoine Griezmann, dan Frenkie de Jong.
Namun, Messi memilih jalan berbeda untuk meninggalkan Barcelona, setelah tumbuh sebagai pesepak bola terbaik di dunia dalam dua dekade terakhir. Kondisi itu tidak lepas dari kondisi internal ”El Barca” yang tidak sejalan dengan keinginan ”La Pulga”, julukan Messi.
Sebagai contoh, Messi menolak keras penjualan Neymar ke Paris Saint-Germain, Juli 2017, bahkan meminta manajemen memulangkan Neymar di musim panas 2019. Keinginan itu tidak dikabulkan manajemen. Kehadiran sejumlah pemain berbakat, seperti Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, hingga Griezmann tidak mampu menggantikan peran Neymar di lini depan Barcelona bersama Messi dan Luis Suarez.
Selain itu, di tengah pandemi Covid-19, Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu memotong gaji pemain 70 persen pada periode Maret hingga Mei 2020. Hal itu menjadikan ”Blaugrana” sebagai tim dengan persentase pemotongan gaji terbesar di Eropa. Padahal, Barcelona adalah tim dengan pemasukan tertinggi di dunia pada 2019 dengan total pendapatan 841 juta euro (Rp 14,7 triliun).
Kebijakan pemotongan gaji itu berbanding terbalik dengan keputusan klub melanjutkan megaproyek ”Espai Barca”. Proyek senilai 600 juta euro (Rp 10,5 triliun) itu bertujuan menambah kapasitas Stadion Camp Nou, dan membangun kota mandiri “El Barca” yang berisi pusat perekonomian dan wisata, seperti hotel, apartemen, restoran, museum klub, dan pusat perbelanjaan megah.
Kandidat Presiden Barcelona, Victor Font, mengatakan, manajemen Barcelona yang dipimpin Bartemou sejak 2014 telah menjauh dari cita-cita olahraga yang telah dibangun ”El Barca” 15 tahun terakhir. Berbagai kebijakan klub dinilai tidak sesuai dengan ambisi memperkuat tim juara yang selalu dijanjikan manajemen kepada Messi. Ia mencontohkan, penjualan Arthur Melo ke Juventus yang ditukar dengan Miralem Pjanic adalah bukti klub mengabaikan aspek prestasi dalam kebijakan di bursa transfer.
”Ada kebijakan inkonsisten yang dilakukan klub selama ini. Itu adalah bukti salah urus manajemen, yang menjadikan persoalan Messi sebagai upaya mereka menutupi kesalahan,” ujar Font kepada Sky Sports, Rabu (2/9/2020). Font adalah salah satu sosok yang telah mendeklarasikan diri menantang Bartomeu di pemilihan presiden Barcelona pada Maret 2021.
Gelandang Barcelona, Frenkie de Jong, mengakui kondisi internal Barcelona tidak baik. ”Situasi di dalam tim adalah sebuah kekacauan, banyak hal yang terjadi,” kata de Jong yang bergabung dari Ajax Amsterdam di bursa transfer musim panas 2019.
Menurut gelandang asal Chile, Arturo Vidal, kegagalan meraih gelar di musim 2019-2020 harus menjadi bahan introspeksi seluruh klub, terutama setelah mengalami kekalahan memalukan 2-8 dari Bayern Muenchen di babak perempat final Liga Champions.
“Barcelona telah kehilangan DNA klub. Sebuah klub terbaik tidak bisa hanya diisi 13 pemain berkualitas dilengkapi para pemain muda, sebab itu bukan cara ideal untuk mengejar prestasi,” kata Vidal, yang dikabarkan semakin dekat untuk bereuni dengan Antonio Conte di Inter Milan.
Adapun bek Barcelona, Gerard Pique, menilai, permasalahan internal di Barcelona tidak seharusnya dibebankan kepada para pemain dan juga staf pelatih. “Perombakan seharusnya dilakukan di badan direksi dan manajemen klub,” ujar Pique beberapa waktu lalu.
Mustahil bertahan
Sementara itu, ayah Messi, Jorge Messi, telah tiba di Barcelona, Rabu (2/9) pagi. Jorge akan mencari jalan keluar untuk masa depan “La Pulga” yang ingin segera hijrah dari Camp Nou. “Saya pastikan (Messi) mustahil untuk bertahan,” ucap Jorge.
Messi ingin keluar dari “El Barca” dengan status bebas transfer. Tetapi, La Liga, operator Liga Spanyol, memastikan klausul pelepasan Messi seharga 700 juta euro (Rp 12,3 triliun) masih berlaku, sehingga Messi hanya bisa pindah apabila ada klub yang bersedia menebus klausul pelepasan itu.
Di sisi lain, tandem Messi, Suarez juga semakin dekat untuk meninggalkan Barcelona setelah enam tahun bermukim di Camp Nou. Media Italia, La Gazzetta dello Sport, memastikan, Juventus telah meraih kesepakatan nilai kontrak dengan Suarez hingga musim 2022-2023.
Suarez akan menerima bayaran yang tidak berbeda jauh dengan di Barcelona, yaitu sekitar 10 juta euro (Rp 175 miliar). Tetapi, kepergian Suarez masih menunggu kesepakatan Suarez dengan “Blaugrana” terkait pelepasan secara gratis.
Kehilangan Messi dan Suarez akan menjadi kerugian besar bagi lini serang “Blaugrana”. Tak diragukan lagi bahwa Messi dan Suarez adalah lumbung gol utama tim dalam enam musim terakhir. Di musim 2019-2020, Messi dan Suarez secara akumulasi mencetak 74 gol dari 110 gol Barcelona. Sejak bermain bersama di musim 2014-2015, Messi telah mencetak 280 gol, sedangkan Suarez menyumbangkan 198 gol untuk Barcelona. (REUTERS)