Komentar dokter bedah Andy Murray, tiga tahun lalu, menjadi motivasinya untuk bertahan di dunia tenis. Murray pun mampu mengalahkan Yoshihito Nishioka (Jepang) pada babak pertama Grand Slam AS Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Setelah melewati masa suram karena cedera pinggul, yang hampir mengakhiri karier sebagai petenis profesional, Andy Murray berjuang kembali ke level elite dunia. Komentar dokter bedahnya, tiga tahun lalu, menjadi motivasi untuk bertahan di dunia tenis meski dengan pelat metal terpasang di pinggulnya.
Tekad itu diperlihatkan petenis kelahiran Skotlandia tersebut saat berhadapan dengan Yoshihito Nishioka (Jepang) pada babak pertama Grand Slam Amerika Serikat Terbuka di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Selasa (1/9/2020) siang waktu setempat atau Selasa tengah malam WIB.
Murray memenangi laga setelah kehilangan dua set awal dan berhadapan dengan match point lawan. Kemenangan 4-6, 4-6, 7-6 (5), 7-6 (4), 6-4 didapat setelah bertanding selama 4 jam 39 menit. Hingga pertandingan Selasa sesi pertama usai, itu menjadi laga terlama pada babak pertama.
Seolah tak pernah bermasalah dengan cedera pinggul, yang membuatnya harus dioperasi pada Januari 2018 dan 2019, Murray tak membahas cederanya itu ketika berbicara dalam konferensi pers digital. Akibat pandemi Covid-19, AS Terbuka kali ini tak hanya digelar tanpa penonton, melainkan juga tanpa kehadiran jurnalis. Sesi wawancara pun dilakukan melalui konferensi video dengan media internasional.
Satu hal yang menjadi perhatian Murray setelah melawan Nishioka adalah berendam air es untuk memulihkan kondisinya. ”Hanya ada satu tempat berendam air es di ruang ganti yang bisa digunakan untuk darurat. Saat ini, saya dalam kondisi darurat untuk menggunakannya. Saya akan mencoba bertanya kepada panitia,” ujar Murray yang akan berhadapan dengan petenis muda Kanada, Felix Auger-Aliassime, pada babak kedua.
Penampilan di Flushing Meadows kali ini menjadi yang pertama di ajang Grand Slam sejak babak pertama Australia Terbuka 2019. Di Melbourne itulah, tangis Murray menandakan rasa frustrasinya akibat cedera pinggul. Dia mengungkapkan bahwa cedera itu bisa mengakhiri kariernya.
Kekhawatirannya tak lepas dari komentar dokter bedah yang ditemui setelah Wimbledon 2017. Dokter tersebut mengatakan bahwa Murray akan membutuhkan operasi untuk mengatasi masalahnya. Namun, setelah itu, dia dinyatakan tak akan bisa berkompetisi lagi di arena tenis profesional.
Pernyataan yang semula mengecilkan hatinya itu berubah menjadi motivasi ketika Murray melangkah untuk pertama kalinya setelah menjalani operasi kedua, Januari 2019. Dengan pinggul barunya yang terbuat dari metal, Murray berjalan melewati dokter yang dijumpai dua tahun sebelumnya.
”Dia tersenyum kepada saya. Keada istri saya, dia mengatakan, ’Saya pernah katakan bahwa dia akan menjalani operasi ini’,” kata Murray dalam media Inggris, The Telegraph.
Emosinya berkecamuk mendengar komentar sang dokter. ”Tetapi, pada saat yang sama, itu menjadi motivasi besar bagi saya. Komentar itu membuat saya bisa melewati masa-masa sulit. Saya berniat mengirimnya sebotol anggur untuk berterima kasih karena telah memberi motivasi, tetapi saya belum sempat melakukannya,” lanjut tiga kali juara Grand Slam itu.
Penampilan Murray melawan Nishioka bahkan menarik perhatian petenis lain untuk menontonnya secara langsung di Arthur Ashe. Novak Djokovic, Dominic Thiem, Naomi Osaka, dan Garbine Muguruza berada di balkon yang merupakan ruang tunggu personal untuk petenis-petenis unggulan.
Tanpa adanya penonton dalam AS Terbuka karena pandemi Covid-19, ruang VIP di Stadion Arthur Ashe diubah menjadi ruang tunggu bagi petenis-petenis unggulan dan timnya. Mereka pun bisa menggunakannya untuk menyaksikan penampilan petenis lain sambil bersantai atau makan.
Pada daftar pertandingan Selasa sesi pertama, laga Murray melawan Nishioka paling menarik perhatian sebelum tampilnya nama-nama besar lain, seperti Serena Wlliams, Venus Willliams, Kim Clijsters, dan finalis 2019, Daniil Medvedev.
Petenis lain yang bisa menghargai tekad dan penampilan Murray mungkin Andrey Kuznetsov yang mengalahkan Sam Querrey, 6-4, 7-6 (6), 6-2, di Lapangan 6. Petenis Rusia berusia 29 tahun itu absen dari turnamen selama 2,5 tahun sejak 2018 akibat cedera pinggul.
Tak memiliki peringkat dunia sejak awal 2018, Kuznetsov pun menjadi petenis pertama tanpa ranking yang memenangi pertandingan di ajang Grand Slam sejak Nicolas Kiefer pada Wimbledon 2007.
Atas pengalaman yang dilalui Murray, jurnalis pun bertanya, apakah Murray pernah membayangkan bisa kembali sepenuhnya dalam persaingan tenis profesional yang ketat. ”Tergantung kapan Anda menanyakan itu kepada saya. Jika Anda bertanya sehari setelah dioperasi dan beberapa pekan setelah itu, saya akan menjawab tidak. Tetapi, seiring berjalannya waktu, saya akan mengatakan, saya percaya diri untuk kembali,” jawabnya.
Maka, dia pun kecewa ketika tak diizinkan bermain pada nomor tunggal dalam Wimbledon 2019. Murray hanya bermain pada nomor ganda, berpasangan dengan petenis Perancis, Pierre-Hugues Herbert. Laga melawan Nishioka, 14 bulan setelah Wimbledon 2019, akhirnya mewujudkan tekad Murray untuk kembali bertanding pada tunggal putra di arena Grand Slam.
Setelah bola dari Nishioka, pengembalian lob dari Murray jauh di luar baseline, Murray pun menahan emosi dengan mengepalkan tangan. Diiringi suara tepuk tangan penonton melalui rekaman yang diputar di stadion, barulah dia meluapkan emosinya dengan berteriak di tengah lapangan.
Judy Murray, yang menonton pertandingan putranya dari televisi, menyambut kemenangan itu melalui Twitter. ”Hip hip hooray,” katanya. (AP/AFP)